Tuesday, September 8, 2009

REKTORAT QUT JAMU RATUSAN MAHASISWANYA YANG BERPUASA

Rektorat Universitas Teknologi Queensland (QUT), Selasa, menjamu ratusan mahasiswa Muslim kampus itu dalam acara berbuka puasa yang turut dihadiri para dosen dan Wakil Rektor Urusan Internasional dan Pembangunan QUT, Scott Sheppard.

Di antara mereka yang hadir di acara berbuka puasa Ramadan yang dilangsungkan di ruang kantin kampus yang bersebelahan dengan Kebun Raya Brisbane dan Gedung Parlemen Queensland itu adalah puluhan mahasiswa Muslim asal Indonesia dan Malaysia.

Acara berbuka puasa yang berlangsung dari sekitar pukul 17.10 hingga 19.00 waktu Brisbane itu diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan disusul dengan sambutan Wakil Rektor QUT Scott Sheppard, ceramah Ramadan dari Da'i muda Australia, Syaikh Aslam Hussain, salat magrib berjamaah dan makan malam bersama.

Dalam pidato sambutannya, Sheppard mengatakan, pihaknya mengakui keberadaan para mahasiswa Muslim yang berasal dari berbagai negara, seperti Indonesia, Malaysia, Saudi Arabia, Qatar, dan Australia yang sedang menuntut ilmu di QUT.

"Kami juga mengakui makna penting Ramadan. Karena itu, kami menyambut Anda semua di acara (berbuka puasa) ini," katanya disambut tepukan tangan ratusan orang yang hadir.

Kepada ANTARA yang menemuinya di sela acara berbuka puasa itu, Sheppard mengatakan, pihaknya ingin "menghibur hati" para mahasiswanya yang terpisah jauh dari keluarga-keluarga mereka di saat Ramadan.

Presiden Perhimpunan Mahasiswa Muslim (MSA) QUT, Kasim, mengatakan, pihak rektorat menggelar acara berbuka puasa ini sebagai apresiasi dan pengakuan atas eksistensi mahasiswa Muslim di tengah keberagaman civitas akademika QUT.

"Acara berbuka puasa seperti ini sudah dua kali diselenggarakan. Kami menyiapkan aneka makanan berbuka untuk empat ratus orang," kata mahasiswa program doktor bidang teknik kedokteran asal Nigeria ini.

Sementara itu, dalam ceramah Ramadannya, Syaikh Aslam Hussain mengatakan, umat Islam berpuasa untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaannya supaya mereka menjadi insan "berkarakter terbaik".

Keterbukaan Peradaban Islam

Sebagai bagian dari komunitas akademik, ia mengingatkan tentang sejarah peradaban Islam yang terbuka terhadap nilai-nilai positif dari budaya lain, seperti Yunani, Persia, India, dan China.

Sebaliknya di masa keemasan Islam dulu, orang-orang Barat juga belajar sains dari para ilmuwan Muslim. Hal yang sama kini dilakukan para mahasiswa Muslim mancanegara dengan melanjutkan studi mereka di negara-negara Barat, termasuk Australia, katanya.

Khatib tetap shalat Jumat kampus Universitas Queensland (UQ) ini pun menyinggung Ibnu Haitham, ilmuwan Muslim kelahiran Basrah tahun 965 Masehi dan lama menetap di Spanyol sebelum wafat tahun 1.040 Masehi, sebagai salah seorang sosok ilmuwan yang karya-karya ilmiahnya diakui dunia hingga saat ini.

"Ibnu Haitham dikenal sebagai bapak optik modern. Sepanjang hidupnya, ia menulis 200 buku," katanya.

Untuk itu, Syaikh Aslam Hussain meminta para mahasiswa Muslim di QUT agar belajar sepenuh hati supaya mereka pun tumbuh menjadi ilmuwan Muslim terbaik.

Terhadap acara berbuka puasa yang diselenggarakan pihak rektorat bersama MSA QUT ini, dua mahasiswa QUT asal Indonesia, Fajri Adrianto dan Muhammad Mufid, mengaku senang.

"Saya senang karena saya merasa eksistensi Islam diakui. Sebelumnya saya 'nggak' (tidak) pernah 'kefikiran' bahwa ada acara ini," kata Fajri.

Menurut Muhammad Mufid, kepedulian pihak rektorat terhadap kebutuhan ibadah komunitas mahasiswa Muslim QUT tidak hanya tercermin dari penyelenggaraan acara berbuka puasa Ramadan ini tetapi juga dari penyediaan tempat penyelenggaraan salat Jumat yang representatif.

"Setelah areal kampus tidak lagi memadai untuk dijadikan tempat salat Jumat, pihak rektorat QUT justru menyediakan tempat salat Jumat yang baru di aula basket Kelvin Grove," katanya.

Acara berbuka puasa di kampus yang kini memiliki sekitar 40 ribu mahasiswa, termasuk 6.000 mahasiswa internasional, itu menyuguhkan menu utama makanan khas Asia Selatan dan Timur Tengah.

*) My news for ANTARA on Sept 8, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity