Di antara mereka yang hadir di acara berbuka puasa Ramadan yang dilangsungkan di ruang kantin kampus yang bersebelahan dengan Kebun Raya Brisbane dan Gedung Parlemen Queensland itu adalah puluhan mahasiswa Muslim asal Indonesia dan Malaysia.
Acara berbuka puasa yang berlangsung dari sekitar pukul 17.10 hingga 19.00 waktu Brisbane itu diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan disusul dengan sambutan Wakil Rektor QUT Scott Sheppard, ceramah Ramadan dari Da'i muda Australia, Syaikh Aslam Hussain, salat magrib berjamaah dan makan malam bersama.
Dalam pidato sambutannya, Sheppard mengatakan, pihaknya mengakui keberadaan para mahasiswa Muslim yang berasal dari berbagai negara, seperti Indonesia, Malaysia, Saudi Arabia, Qatar, dan Australia yang sedang menuntut ilmu di QUT.
"Kami juga mengakui makna penting Ramadan. Karena itu, kami menyambut Anda semua di acara (berbuka puasa) ini," katanya disambut tepukan tangan ratusan orang yang hadir.
Kepada ANTARA yang menemuinya di sela acara berbuka puasa itu, Sheppard mengatakan, pihaknya ingin "menghibur hati" para mahasiswanya yang terpisah jauh dari keluarga-keluarga mereka di saat Ramadan.
Presiden Perhimpunan Mahasiswa Muslim (MSA) QUT, Kasim, mengatakan, pihak rektorat menggelar acara berbuka puasa ini sebagai apresiasi dan pengakuan atas eksistensi mahasiswa Muslim di tengah keberagaman civitas akademika QUT.
"Acara berbuka puasa seperti ini sudah dua kali diselenggarakan. Kami menyiapkan aneka makanan berbuka untuk empat ratus orang," kata mahasiswa program doktor bidang teknik kedokteran asal Nigeria ini.
Sementara itu, dalam ceramah Ramadannya, Syaikh Aslam Hussain mengatakan, umat Islam berpuasa untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaannya supaya mereka menjadi insan "berkarakter terbaik".
Keterbukaan Peradaban Islam
Sebagai bagian dari komunitas akademik, ia mengingatkan tentang sejarah peradaban Islam yang terbuka terhadap nilai-nilai positif dari budaya lain, seperti Yunani, Persia, India, dan China.
Sebaliknya di masa keemasan Islam dulu, orang-orang Barat juga belajar sains dari para ilmuwan Muslim. Hal yang sama kini dilakukan para mahasiswa Muslim mancanegara dengan melanjutkan studi mereka di negara-negara Barat, termasuk Australia, katanya.
Khatib tetap shalat Jumat kampus Universitas Queensland (UQ) ini pun menyinggung Ibnu Haitham, ilmuwan Muslim kelahiran Basrah tahun 965 Masehi dan lama menetap di Spanyol sebelum wafat tahun 1.040 Masehi, sebagai salah seorang sosok ilmuwan yang karya-karya ilmiahnya diakui dunia hingga saat ini.
"Ibnu Haitham dikenal sebagai bapak optik modern. Sepanjang hidupnya, ia menulis 200 buku," katanya.
Untuk itu, Syaikh Aslam Hussain meminta para mahasiswa Muslim di QUT agar belajar sepenuh hati supaya mereka pun tumbuh menjadi ilmuwan Muslim terbaik.
Terhadap acara berbuka puasa yang diselenggarakan pihak rektorat bersama MSA QUT ini, dua mahasiswa QUT asal Indonesia, Fajri Adrianto dan Muhammad Mufid, mengaku senang.
"Saya senang karena saya merasa eksistensi Islam diakui. Sebelumnya saya 'nggak' (tidak) pernah 'kefikiran' bahwa ada acara ini," kata Fajri.
Menurut Muhammad Mufid, kepedulian pihak rektorat terhadap kebutuhan ibadah komunitas mahasiswa Muslim QUT tidak hanya tercermin dari penyelenggaraan acara berbuka puasa Ramadan ini tetapi juga dari penyediaan tempat penyelenggaraan salat Jumat yang representatif.
"Setelah areal kampus tidak lagi memadai untuk dijadikan tempat salat Jumat, pihak rektorat QUT justru menyediakan tempat salat Jumat yang baru di aula basket Kelvin Grove," katanya.
*) My news for ANTARA on Sept 8, 2009
No comments:
Post a Comment