Wednesday, September 16, 2009

MAHASISWA INDONESIA DI TASMANIA TERBEBANI BIAYA SEKOLAH ANAK

Pemerintah dan Universitas Tasmania memberikan perhatian terhadap masalah biaya pendidikan anak para mahasiswa Indonesia penerima beasiswa pemerintah RI di negara bagian Tasmania yang selama ini menjadi beban.

Perhatian itu diberikan Wakil Kepala Negara Bagian Tasmania Lara Giddings dan Rektor Utas Prof Daryl Le Grew, kata Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu Primo Alui Joelianto, kepada ANTARA, Rabu, sehubungan dengan hasil kunjungan resmi empat harinya ke negara bagian itu pekan ini.

Dubes Primo mengatakan, dalam pertemuan dirinya dengan Lara Giddings dan Prof Daryl Le Grew di Hobart, keduanya berjanji menyampaikan masalah ini ke pihak kementerian pendidikan guna dicarikan solusinya karena mereka tidak memiliki otoritas untuk menangani persoalan tersebut.

Kebijakan antarnegara bagian di Australia tentang masalah biaya pendidikan anak para mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Ditjen Dikti RI tidak selalu sama. "Di negara bagian Queensland misalnya, biaya pendidikan sekolah anak para mahasiswa yang dibiayai Dikti justru dibebaskan," katanya.

Dubes Primo mengatakan, biaya pendidikan anak yang membebani para mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Dikti ini patut mendapat perhatian serius pemerintah Tasmania karena hal ini bisa saja menurunkan minat para calon mahasiswa Indonesia untuk belajar di negara bagian itu.

"Lara Giddings mengaku sudah mengetahui masalah ini tapi ini bukan semata-mata wewenang dirinya untuk memutuskan melainkan wewenang departemen pendidikan. Ia berjanji menyampaikan hal ini. Saya berharap mudah-mudahan ada solusi yang baik atas masalah ini," katanya.

Dubes Primo dan istri berada di Hobart, ibukota negara bagian Tasmania, dari Minggu hingga Rabu. Selama kunjungan empat harinya di Tasmania, Dubes Primo antara lain didampingi Konsul Jenderal RI di Melbourne Budiarman Bahar dan Sekretaris I Fungsi Kekonsuleran KBRI Canberra, Meri Binsar Simorangkir.

Sebelumnya, masalah biaya pendidikan anak para mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Dikti di Australia ini terus mendapat perhatian khusus Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Departemen Pendidikan Nasional (Diknas) RI, DR R Agus Sartono MBA.

Diknas RI bahkan sudah mengingatkan para dosen universitas negeri dan swasta penerima beasiswa Dikti agar mempertimbangkan plus-minus memilih perguruan tinggi di Australia karena pemerintah negara itu tidak membebaskan uang sekolah bagi anak-anak mereka.

"Tahun lalu isu ini sudah diangkat, tetapi tidak ada kemajuan," kata Agus Sartono dalam penjelasannya kepada ANTARA berkaitan dengan hasil kunjungannya ke Canberra pada 11-14 Agustus.

Ia mengatakan, jika masalah pembebasan uang sekolah anak-anak para penerima beasiswa Diknas RI ini tidak segera teratasi, pihaknya harus memberikan edaran ke semua perguruan tinggi di Indonesia agar dosen yang akan belajar ke luar negeri mempertimbangkan plus minus memilih Australia sebagai negara tujuan.

Dalam dua tahun terakhir (2008-2009), Depdiknas RI mengirimkan sedikitnya 495 orang mahasiswa doktoral ke berbagai perguruan tinggi di Australia dengan beasiswa penuh pemerintah RI.

*) My news for ANTARA on Sept 16, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity