Perhatian itu diberikan Wakil Kepala Negara Bagian Tasmania Lara Giddings dan Rektor Utas Prof Daryl Le Grew, kata Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu Primo Alui Joelianto, kepada ANTARA, Rabu, sehubungan dengan hasil kunjungan resmi empat harinya ke negara bagian itu pekan ini.
Dubes Primo mengatakan, dalam pertemuan dirinya dengan Lara Giddings dan Prof Daryl Le Grew di Hobart, keduanya berjanji menyampaikan masalah ini ke pihak kementerian pendidikan guna dicarikan solusinya karena mereka tidak memiliki otoritas untuk menangani persoalan tersebut.
Kebijakan antarnegara bagian di Australia tentang masalah biaya pendidikan anak para mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Ditjen Dikti RI tidak selalu sama. "Di negara bagian Queensland misalnya, biaya pendidikan sekolah anak para mahasiswa yang dibiayai Dikti justru dibebaskan," katanya.
Dubes Primo mengatakan, biaya pendidikan anak yang membebani para mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Dikti ini patut mendapat perhatian serius pemerintah Tasmania karena hal ini bisa saja menurunkan minat para calon mahasiswa Indonesia untuk belajar di negara bagian itu.
"Lara Giddings mengaku sudah mengetahui masalah ini tapi ini bukan semata-mata wewenang dirinya untuk memutuskan melainkan wewenang departemen pendidikan. Ia berjanji menyampaikan hal ini. Saya berharap mudah-mudahan ada solusi yang baik atas masalah ini," katanya.
Dubes Primo dan istri berada di Hobart, ibukota negara bagian Tasmania, dari Minggu hingga Rabu. Selama kunjungan empat harinya di Tasmania, Dubes Primo antara lain didampingi Konsul Jenderal RI di Melbourne Budiarman Bahar dan Sekretaris I Fungsi Kekonsuleran KBRI Canberra, Meri Binsar Simorangkir.
Sebelumnya, masalah biaya pendidikan anak para mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Dikti di Australia ini terus mendapat perhatian khusus Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Departemen Pendidikan Nasional (Diknas) RI, DR R Agus Sartono MBA.
Diknas RI bahkan sudah mengingatkan para dosen universitas negeri dan swasta penerima beasiswa Dikti agar mempertimbangkan plus-minus memilih perguruan tinggi di Australia karena pemerintah negara itu tidak membebaskan uang sekolah bagi anak-anak mereka.
"Tahun lalu isu ini sudah diangkat, tetapi tidak ada kemajuan," kata Agus Sartono dalam penjelasannya kepada ANTARA berkaitan dengan hasil kunjungannya ke Canberra pada 11-14 Agustus.
Ia mengatakan, jika masalah pembebasan uang sekolah anak-anak para penerima beasiswa Diknas RI ini tidak segera teratasi, pihaknya harus memberikan edaran ke semua perguruan tinggi di Indonesia agar dosen yang akan belajar ke luar negeri mempertimbangkan plus minus memilih Australia sebagai negara tujuan.
*) My news for ANTARA on Sept 16, 2009
No comments:
Post a Comment