Thursday, September 3, 2009

GARUDA BANTAH TUDUHAN KOMISI PERSAINGAN USAHA AUSTRALIA

PT.Garuda Indonesia membantah tuduhan Komisi Persaingan Usaha dan Konsumen Australia (ACCC) bahwa pihaknya melakukan permainan harga industri kargo udara bersama sejumlah maskapai penerbangan asing lain yang beroperasi di negara itu.

Bantahan Garuda atas tuduhan ACCC itu disampaikan Manajer Umum Senior Garuda Indonesia untuk Australia dan Pasifik Baratdaya, Poerwoko Soeparyono, kepada ANTARA yang menghubunginya dari Brisbane, Kamis.

"Garuda Indonesia tidak pernah menerapkan 'fuel surcharge' (biaya tambahan bahan bakar) terhadap kargo yang dikirimkan dari Australia. Garuda juga tidak pernah mengenakan 'fuel surcharge' dalam bentuk apa pun juga terhadap 'pengirim' barang dari Australia," katanya.

Poerwoko mengatakan, pernyataan ACCC tentang adanya "kesepahamanan" Garuda dengan penerbangan kargo udara internasional lain yang dibuat di Indonesia dan Hong Kong sulit dikaitkan dengan situasi yang dapat mempengaruhi pelayanan di Australia karena Garuda tidak mengenakan "fuel surcharge" di Australia.

Terhadap tuduhan ACCC bahwa Garuda Indonesia melakukan "security surcharge" atau tambahan biaya keamanan untuk kargo di Australia, ia mengakui hal itu namun pelaksanaannya tidak berdasarkan referensi maskapai-maskapai penerbangan lain.

"Garuda memang mengenakan 'security surcharge' untuk kargo di Australia. Akan tetapi hal tersebut tidak berdasarkan referensi dari airline (maskapai penerbangan) lain, dan dilakukan dengan 'basis' yang sama sekali berbeda dengan 'airline-airline' lain atau 'airlines' pada umumnya," kata Poerwoko.

Sehari sebelumnya ACCC melaporkan Garuda ke Pengadilan Federal, Sydney, dengan tuduhan bahwa maskapai penerbangan nasional Indonesia itu telah melakukan permainan harga industri kargo udara.

Dalam pernyataan persnya Rabu (2/9) ACCC menyebutkan bahwa antara 2001 dan 2006 Garuda telah membuat "kesepahaman" dengan sejumlah penerbangan kargo udara internasional di Indonesia dan Hong Kong tentang penentuan harga "fuel surcharge" dan "security surcharge" terhadap kargo yang mereka angkut.

Akibatnya, Garuda terancam terkena denda jika terbukti bersalah. ACCC akan melakukan "hearing" kasus ini di Pengadilan Federal, Sydney, pada 22 Oktober 2009.

Garuda Indonesia tercatat sebagai maskapai penerbangan ke-10 yang dituduh ACCC melakukan permainan harga industri kargo udara. Sejauh ini, total denda yang sudah diperintahkan pengadilan kepada maskapai-maskapai penerbangan yang bersalah untuk dibayar mencapai 41 juta dolar Australia.

Denda terbesar dikenakan pengadilan pada Maskapai penerbangan nasional Australia, "Qantas Airways", yakni 20 juta dolar Australia, pada 11 Desember 2008.

Adapun delapan maskapai penerbangan lain yang tersangkut kasus yang sama adalah British Airways PLC (sudah didenda lima juta dolar), Societe Air France (tiga Juta dolar), Koninklijke Luchtvaart Maatschappij NV (tiga juta dolar), Martinair Holland NV (lima juta dolar) dan Cargolux International Airlines SA (lima juta dolar).

Seterusnya, Singapore Airlines Cargo Pte Ltd, Cathay Pacific Airways Ltd, dan Emirates.

Sejak penghentian rute penerbangan Darwin-Denpasar 22 April 2009, Garuda Indonesia kini hanya beroperasi di tiga kota utama Australia, yakni Sydney, Melbourne, dan Perth.

*) My news for ANTARA on Sept 3, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity