"Dalam berbagai kesempatan, saya mendiskusikan masalah ini dengan mitra saya Menlu RI (Nur Hassan) Wirajuda. Kami terus menekan Indonesia berkaitan dengan masalah ini," katanya kepada Stasiun Radio 720 ABC Perth, Kamis, sehubungan dengan kemungkinan pemulangan Corby ke Australia.
Menlu Smith mengatakan, sejauh ini Indonesia tidak punya perjanjian pemindahan narapidana internasional dengan negara manapun tapi pemerintah Australia terus berupaya membicarakan masalah ini dengan Indonesia.
Dengan adanya perjajian seperti itu, terbuka peluang bagi para napi Australia di Indonesia untuk memohon pemindahan masa tahanannya di Australia. "Keputusan akhir tentu didasarkan pada kasus per kasus," katanya.
Menlu Smith mengatakan, sejauh ini ada sekitar 260 orang warga Australia yang menjalani hukuman di penjara-penjara luar negeri, termasuk di Indonesia.
Schapelle Corby, perempuan asal Gold Coast, Queensland, yang sedang menjalani hukuman 20 tahun penjara di LP Kerobokan Bali karena terbukti menyelundupkan 4,2 kilogram mariyuana tahun 2004, kembali mencuri perhatian publik Australia setelah seorang psikiater mengklaim dirinya sudah "tidak waras" alias "gila".
Psikiater tersebut adalah Asosiat Profesor Jonathan Phillips. Berbagai media Australia melaporkan psikiater kenamaan Australia itu menyampaikan penilaiannya tentang kondisi kejiwaan Corby setelah bertemu langsung dengan Corby di Penjara Kerobokan awal Agustus 2009.
Menurut Phillips, Corby kini merasa dirinya "tak berguna","tak berdaya","terasing", "putus asa" dan "tercerabut dari masyarakat". Dalam kondisi kejiwaan yang demikian, dia dapat dikatakan "gila".
Mantan presiden Perhimpunan Psikiater Australia dan Selandia Baru (RANZCP) ini mengatakan, dengan kondisi jiwa yang seperti itu, Corby mudah terdorong untuk bunuh diri.
Kondisi kejiwaan mantan mahasiswi Sekolah Terapi Kecantikan yang kini berusia 32 tahun itu dikhawatirkan akan semakin memburuk jika terus di penjara Bali.
Karena itu, menurut Phillips, cara terbaik adalah Corby meneruskan masa hukumannya di Australia dan mendapat perawatan rumah sakit.
Keluarga Corby ngotot
Dengan dalih kemanusiaan dan "masalah hidup mati",pihak keluarga Corby akan mendesak pemerintah federal agar membantu pemulangan Schapelle Corby ke Australia.
Keluarga Corby bahkan berencana mengirim laporan "temuan" Prof.Phillips itu ke Perdana Menteri Kevin Rudd dan para politisi negara itu.
Sejak kasus Schapelle Corby muncul tahun 2004, kalangan media dan publik Australia terus memberi perhatian pada perkembangan apapun yang terkait dengan perempuan asal Gold Coast ini.
Dalam konteks hubungan Indonesia dan Australia, kasus Corby ini bahkan sempat memunculkan sentimen negatif publik Australia terhadap Indonesia.
Pada saat kasusnya ditangani aparat keamanan dan hukum Indonesia pada 2004-2005, pemberitaan media cetak dan elektronika Australia yang sedemikian rupa telah membentuk opini publik bahwa Corby "tidak bersalah".
Saat opini publik Australia masih berpihak kepada Corby, KBRI Canberra dan kantor-kantor perwakilan RI lainnya sempat menjadi sasaran kekesalan orang-orang yang tidak bertanggung jawab di negara itu.
Beberapa bentuk kekesalan mereka yang bersimpati kepada "nasib" Corby ketika itu adalah ancaman pembunuhan terhadap staf Konsulat RI di Perth, pengiriman surat bernada ancaman dan paket berisi "serbuk putih" yang sempat menghebohkan aparat keamanan dan diplomat RI di KBRI Canberra, serta vandalisme terhadap properti milik KJRI Sydney.
Dinamika hubungan Indonesia-Australia akibat kasus Corby yang memicu sentimen publik itu memasuki era baru setelah kebenaran tentang kasus Corby dan rekam jejak ayahnya dalam jaringan penyelundupan obat-obatan terlarang diungkapkan sendiri oleh media Australia.
Pengungkapan "kebenaran" di balik kasus Corby itu dilakukan Stasiun TV "Saluran Sembilan" (Channel Nine) Australia, Stasiun TV ABC dan sejumlah media cetak negara itu pertengahan 2008.
*) My updated news for ANTARA on Sept 3, 2009
No comments:
Post a Comment