Monday, September 21, 2009

AUSTRALIA SELAMATKAN PERAHU PENCARI SUAKA

Kapal patroli keamanan maritim Australia, "Oceanic Viking", Minggu (20/9) menyelamatkan sebuah perahu berpenumpang 54 orang yang diduga para pencari suaka ilegal di perairan sekitar 550 mil utara Kepulauan Cocos-Keeling, Australia.

Dalam pernyataan persnya yang diperoleh ANTARA, Senin, Menteri Dalam Negeri Australia, Brendan O'Connor, memastikan seluruh penumpang dan awak perahu yang mengalami kesulitan dalam pelayarannya itu dalam keadaan selamat.

Menurut O'Connor, upaya pencarian dan penyelamatan ke-54 orang penumpang dan awak perahu yang tidak disebutkan status kewarganegaraan dan asal perahu itu melibatkan kapal patroli "Oceanic Viking" dan pesawat intai maritim "P-3" Otoritas Keselamatan Maritim Australia.

Beberapa orang di perahu itu sempat mengalami dehidrasi dan mabuk laut namun tidak ada masalah kesehatan serius dialami para penumpang dan awak perahu. Mereka telah pun memperoleh pasokan air bersih dan kebutuhan lain yang diperlukan, katanya.

O'Connor menegaskan, mayoritas perahu pengangkut pencari suaka yang memasuki perairan Australia diatur oleh sindikat kejahatan trans-nasional yang ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan mempertaruhkan nyawa "orang-orang tak berdosa".

"Mereka beroperasi dengan risiko besar dan mengabaikan keselamatan penumpang. Pelayaran seperti ini sungguh berbahaya, dan tenggelam di laut biasa terjadi," katanya.

Seperti dalam kasus-kasus sebelumnya, ke-54 orang penumpang dan awak perahu itu dibawa ke Pusat Tahanan Imigrasi di Pulau Christmas untuk kepentingan pengecekan keamanan, identitas, kesehatan, dan penyelidikan atas alasan kepergian mereka ke Australia.

Sejak 12 September, setidaknya sudah ada lima perahu pengangkut pencari suaka yang dipergoki kapal-kapal patroli Australia. Perahu berpenumpang 54 orang ini merupakan perahu pengangkut pencari suaka ke-34 yang memasuki perairan Australia tahun ini.

Pada 16 September lalu, Kapal Patroli Angkatan Laut Australia, HMAS Maitland, juga menangkap satu perahu berawak empat orang dan berpenumpang 48 orang di perairan sekitar 78 mil barat Darwin, Northern Territory.

Mengenai akar penyebab maraknya kedatangan para pencari suaka ke negara benua itu lewat laut, kubu oposisi Australia menuding kebijakan pemerintah federal sebagai pemicunya.

Sebaliknya Perdana Menteri Kevin Rudd justru melihat "faktor-faktor keamanan global" sebagai pendorong munculnya kasus-kasus baru para pencari suaka ke Australia.

Sejalan dengan kebijakan pemerintah, Menteri Dalam Negeri Brendan O'Connor berulang kali menegaskan bahwa aksi penyelundupan manusia merupakan masalah global dan konflik dunia merupakan pemicu gelombang kedatangan para pencari suaka ilegal ke negaranya.

Untuk menangani masalah ini, ia menggarisbawahi pentingnya kerja sama bilateral dan regional dengan berbagai negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia dan Malaysia.

Jika di era pemerintahan PM John Howard, Australia menerapkan kebijakan "Solusi Pasifik", yakni para pencari suaka yang tertangkap di perairan negara itu dikirim ke Nauru, kini kebijakan itu dihapus pemerintahan PM Rudd.

Sebaliknya, pemerintahan Partai Buruh Australia sepenuhnya memberdayakan keberadaan pusat penahanan imigrasi di Pulau Christmas, Australia Barat.

*) My updated news for ANTARA on Sept 21, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity