"Visi yang kuat itu akan membawa keluarga Anda menuju pulau harapan. Menjaga visi akan menghindarkan keluarga dari penyimpangan," katanya dalam ceramah Ramadannya tentang "Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah" di depan puluhan anggota Perhimpunan Komunitas Muslim Indonesia di Brisbane (IISB), Sabtu.
Pernikahan yang visioner itu menuntut motivasi yang kuat dari suami dan istri. Dengan begitu, keduanya senantiasa bersemangat untuk meraih cita-cita luhur mereka dalam membangun rumah tangga, katanya.
Konsultan keluarga yang akrab disapa Pak Cah dan sudah menghasilkan sedikitnya 30 judul buku, termasuk buku fenomenal "Bahagiakan (Diri) Dengan Satu Istri" ini mengatakan, visi keluarga merupakan gabungan dari visi suami dan istri yang mereka sepakati dan tuliskan bersama.
Sebagai contoh, Cahyadi mengatakan bahwa visi keluarganya adalah "menjadikan keluarga kami laboratorium peradaban masa depan." Dengan menuliskan visi keluarganya, suami-istri akan lebih mudah menghindarkan jalannya rumah tangga mereka dari penyimpangan, katanya.
Pasangan suami-istri yang sejak awal menikah sudah memiliki dan memahami visi keluarga yang hendak dibangun untuk mendapatkan ridho Ilahi akan dengan mudah menyelesaikan beragam masalah rumah tangga yang nilainya selalu tidak sebanding dengan nilai motivasi dan visi keluarga yang sudah mereka tetapkan bersama itu.
Menurut konsultan keluarga yang menamatkan pendidikan sarjana dan profesi apotekernya di Fakultas Farmasi UGM itu, pasangan yang visioner tidak akan terjebak dalam pertengkaran-pertengkaran yang dipicu oleh masalah-masalah seperti protes bau badan, tidur mendengkur, dan penampilan pasangan yang tak menarik.
Komunikasi dan musyawarah
"Yang penting dalam hubungan suami-istri itu adalah bangun komunikasi dan musyawarah," katanya.
Dalam membicarakan masalah yang muncul, suami-istri Muslim hendaknya menggunakan kalimat-kalimat positif dan apresiatif satu sama lain karena, dengan bahasa positif itu, keduanya dapat dengan mudah mencari solusi atas persoalan mereka, katanya.
"Tujuh puluh persen permasalahan rumah tangga itu disebabkan oleh kegagalan komunikasi. Kegagalan komunikasi ini bisa disebabkan oleh faktor kultural, pemahaman dan keterampilan," kata Cahyadi Takariawan.
Ia selanjutnya mengatakan, visi keluarga yang telah ditetapkan itu menuntut kerja sama yang baik dan solid dari suami dan istri karena sebuah keluarga sejatinya adalah "sebuah tim dengan suami sebagai kepala tim".
Sebagai sebuah tim, kerja sama yang memerlukan aturan dan kesepakatan itu dilakukan dengan sebaik mungkin. Namun dalam konteks ini, suami harus senantiasa memahami kewajibannya mencari nafkah keluarga dan membantu memperkuat potensi istrinya.
Dalam memaknai pekerjaan-pekerjaan dalam rumah tangga, seperti memasak dan mencuci, suami hendaknya memahami bahwa tidak ada satu pun perintah dalam Al Qur'an dan Hadist bahwa tugas domestik itu merupakan tanggangjawab istri semata. "Pekerjaan domestik bukan semata-mata tugas istri," katanya.
Masalah pekerjaan domestik itu diserahkan kepada kesepakatan suami dan istri sehingga komunikasi dan musyawarah sangat penting dalam hubungan suami-istri, katanya.
Seusai mengisi seminar keluarga itu, Cahyadi Takariawan bersama jamaah IISB berbuka puasa bersama di halaman Musholla UQ.
*) My news for ANTARA on Aug 29, 2009
No comments:
Post a Comment