Thursday, August 27, 2009

KONTROVERSI "TARI PENDET" IKLAN MALAYSIA SEMAKIN POPULERKAN BALI

Kontroversi iklan promosi pariwisata Malaysia yang menampilkan tari Pendet diyakini Pengamat Pariwisata Bali, Dr.I Nyoman Darma Putra, justru semakin melambungkan nama pulau wisata ternama Indonesia itu di mata wisatawan dan pelaku industri pariwisata dunia.

"Di balik kasus ini, saya yakin nama Bali akan semakin melambung di kalangan wisatawan dan pelaku wisata dunia," katanya kepada ANTARA di Brisbane, Kamis, menanggapi kasus iklan kontroversial pariwisata Malaysia yang tanpa seizin pemerintah RI menampilkan tari pendet dari Bali.

Darma Putra mengatakan, pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap pembuatan iklan promosi berjudul "Enigmatic Malaysia" itu tidak etis memasukkan materi budaya Bali bagi kepentingan promosi pariwisata Malaysia.

"Kalau materi budaya Bali digunakan untuk mendukung promosi pariwisata Bali, kita sangat berterima kasih. Dalam kasus ini, sikap pemerintah Malaysia yang sebatas menyalahkan pihak swasta yang memproduksi materi promosi pariwisata negaranya sangat disayangkan," katanya.

Penulis buku "Bali dalam Kuasa Politik" (2008) ini mengatakan, pemerintah Malaysia sudah seharusnya dapat menjamin bahwa kasus pemanfaatan dan pengklaiman kekayaan budaya Indonesia oleh Malaysia seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini tidak terulang lagi di masa mendatang.

Pemerintah Malaysia juga sepatutnya memberi sanksi kepada pihak pembuat materi promosi pariwisatanya itu, katanya.

The Australian: Malaysia Maling

Kasus iklan komersial yang sempat ditayangkan jaringan TV "Discovery" yang diprotes Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik itu tidak hanya mengundang perhatian beragam kalangan di Indonesia tetapi juga menarik perhatian media utama di Australia.

Suratkabar berpengaruh "The Australian" misalnya menyoroti kasus ini lewat salah satu berita edisi 26 Agustus di bawah judul "Malaysia 'steals' Bali dance" (Malaysia 'Mencuri' Tari Bali).

Berita Harian "The Australian" yang dibuat Korespondennya di Jakarta, Stephen Fitzpatrick, itu menyoroti perkembangan di seputar kontroversi pemakaian tari Pendet dalam kasus iklan kontroversial pariwisata Malaysia dan reaksi publik Indonesia dalam konteks hubungan kedua negara bertetangga ini.

Kontroversi yang mewarnai hubungan kedua negara yang dipicu oleh kasus pengklaiman kekayaan warisan seni budaya Indonesia oleh Malaysia itu sudah terjadi sejak kasus lagu asal Maluku, "Rasa Sayange" tahun 2007 serta pengklaiman desain Batik, Angklung dan Reog, tarian asli rakyat Jawa Timur.

Akibat skandal pengklaiman Malaysia terhadap sejumlah kekayaan seni-budaya Indonesia itu, publik Indonesia kemudian menyebut fenomena ini sebagai "Malingsia" atau "Malaysia maling", sebut The Australian.

*) My news for ANTARA on Aug 27, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity