Sikap Australia yang menghindari spekulasi di seputar kematian salah seorang pria yang diduga sebagai Noordin M Top dalam pengepungan rumah milik Muhjahri (69) RT 01/RW 07 Dusun Beji itu disampaikan Menteri Luar Negeri Stephen Smith dalam pernyataan persnya yang diperoleh ANTARA di Brisbane, Senin.
"Kami sedang menunggu konfirmasi pihak berwenang Indonesia apakah korban dari salah satu operasi (Polri) itu adalah Noordin Top ... Kami tidak akan membuat kesimpulan apapun," katanya.
Menlu Smith menyebut Noordin sebagai "teroris yang telah diburu dan paling diinginkan Australia untuk dibawa ke pengadilan".
Terlepas dari belum adanya kepastian tentang kematian Noordin M. Top, Perdana Menteri Kevin Rudd dalam pernyataan persnya Minggu (9/8) menegaskan, Australia berterima kasih atas apa yang sejauh ini dilakukan Indonesia dalam menumpas bahaya terorisme.
"Kerja sama kami (Australia) dengan Indonesia tetap kuat, komprehenstif dan setiap langkah diambil untuk mencari mereka yang bertanggungjawab terhadap aksi-aksi terorisme maupun mereka yang masih terlibat dalam kegiatan-kegiatan terorisme saat ini," katanya.
Berbeda dengan Indonesia yang sejak 2000 didera serangkaian serangan teroris, Australia hingga kini masih "aman" dari aksi serangan seperti di Indonesia, Amerika Serikat, Spanyol, dan Inggris. Namun puluhan orang warganya di Indonesia ikut menjadi korban aksi terorisme.
Dalam serangan bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta 17 Juli lalu misalnya, tiga warga Australia termasuk di antara sembilan orang yang tewas.
Mereka adalah Pengusaha asal Perth, Nathan Verity, Craig Senger (diplomat dari Komisi Perdagangan Australia) dan Garth McEvoy (pegawai Industri Pertambangan asal Brisbane).
Sebelum serangan pemboman di dua hotel di kawasan Kuningan Jakarta ini terjadi, Indonesia sempat relatif aman dari insiden terorisme selepas Bom Bali 2005.
Sejak aksi serangan sejumlah gereja di malam Natal tahun 2000, Indonesia mengalami serangkaian insiden terorisme. Setahun setelah serangan kelompok teroris ke New York dan Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 September 2001, Bali diserang kelompok Amrozi dkk pada Oktober 2002.
Dalam insiden itu, sebanyak 202 orang tewas, termasuk 88 orang warga Australia yang sedang berlibur di Pulau Dewata tersebut. Seterusnya terjadi serangan mematikan di Hotel JW Marriott pada 2003, dan serangan terhadap Kedubes Australia di Jakarta (2004).
*) My news for ANTARA on Aug 10, 2009
No comments:
Post a Comment