Saturday, July 25, 2009

RATUSAN PESERTA "SAIL BUNAKEN" TAK TERPENGARUH BOM KUNINGAN

Serangan teroris terhadap Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton Jakarta, Jumat (17/7), tidak memengaruhi antusiame para nakhoda dan awak 127 kapal layar (yacht) mancanegara peserta reli wisata bahari "Sail Indonesia/Sail Bunaken" yang berangkat dari perairan Darwin, Northern Territory (NT).

Kapal-kapal layar berbagai ukuran dengan jumlah awak rata-rata tiga orang itu meninggalkan perairan Darwin menuju Saumlaki, ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Sabtu siang.

Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy mendapat kehormatan menembakkan senapan ke udara pertanda pelepasan (flag off) kapal-kapal layar dari 21 negara itu dari atas geladak kapal "The Spirit of Darwin".

Acara "flag off" 127 dari 132 kapal peserta yang telah memberikan konfirmasi kepada panitia tentang titik awal pelayaran menuju Saumlaki di Darwin itu disaksikan puluhan orang, termasuk Duta Besar RI Primo Alui Joelianto, Menteri Hubungan Asia NT Chris Burns, dan Konsul RI di Darwin Harbangan Napitupulu.

Sebanyak lima kapal peserta yang telat tiba di Darwin tidak mengikuti acara "flag off" yang juga dihadiri sejumlah pejabat pemerintah daerah tingkat dua di kawasan timur Indonesia.

Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi mengatakan, serangan teroris terhadap dua hotel di kawasan niaga Kuningan Jakarta yang menewaskan sedikitnya delapan orang, termasuk tiga warga Australia, itu gagal mempengaruhi antusiasme para peserta reli kapal layar "Sail Bunaken".

"Tidak ada kapal peserta yang mundur dari Sail Bunaken karena insiden kemarin," katanya.

Kenyataan ini membuktikan tingginya kepercayaan negara-negara di dunia pada Indonesia karena di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia dapat dikelola dengan baik sehingga apapun yang terjadi, para pencinta wisata bahari dunia itu tetap datang, kata Freddy.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, terjadinya peristiwa serius di satu daerah tidak lantas membuat daerah-daerah lain tidak aman untuk dikunjungi warga negara asing karena Indonesia bukanlah negara kontinental, katanya.

Panitia Nasional "Sail Bunaken" Aji Sularso mengatakan, semua elemen pemerintah dan masyarakat yang terlibat dalam upaya menyukseskan kegiatan reli wisata bahari akbar ini bekerja keras untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan kepada kapal-kapal layar peserta di setiap daerah yang dilalui.

"Jadi walaupun ada (negara yang mengeluarkan) 'travel warning' (peringatan perjalanan), 'Sail Bunaken' jalan terus," kata Aji Sularso yang juga Dirjen Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Dirjen P2SDKP) ini.

Antusiasme para awak ratusan kapal layar peserta "Sail Indonesia/Sail Bunaken" yang mengikuti "flag off" di perairan Darwin Sabtu ini juga disampaikan Wakil "Sail Malaysia", Sazli Kamal Basha.

Menurut Sazli yang ikut di atas kapal "The Spirit of Darwin", para peserta "Sail Bunaken" itu adalah "para turis profesional" yang tidak terpengaruh dengan serangan teroris di Jakarta.

Sementara itu, Menteri Hubungan Asia NT Chris Burns memandang "Sail Indonesia/Sail Bunaken" yang mengambil titik awal pelayaran menuju Indonesia dari Darwin sebagai "simbol persahabatan" kedua bangsa.

Segelintir orang yang mencoba melemahkan hubungan Australia-Indonesia yang sudah kuat terbangun dengan aksi kejahatan seperti yang terjadi di Jakarta 17 Juli itu tidak akan berhasil. "Kita ini bertetangga dan akan selalu begitu," kata Chris Burns.

Terkait dengan serangan teroris di dua hotel mewah tersebut, Chris Burns menyampaikan rasa sedih dan belasungkawanya bagi para korban dan keluarga korban. Dia berharap mereka yang terlibat dapat segera diadili.

Meriah

Sementara itu, acara "flag off" itu berlangsung meriah karena mereka yang berada di atas Kapal "The Spirit of Darwin" menyampaikan ucapan selamat jalan dengan meneriaki nama-nama kapal layar peserta yang melaju dan bermanuver sambil melambai-lambaikan tangan ke arah para awaknya.

Kapal-kapal layar yang bertolak dari Darwin ini dikawal dua kapal patroli Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), "Hiu Macan Tutul 001" dan "Hiu Macan 006", sampai Saumlaki. Mereka diperkirakan tiba di Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat itu pada 20 Juli.

Penyelenggaraan reli kapal layar "Sail Indonesia/Sail Bunaken" ini juga diikuti 25 kapal lainnya yang berlayar menuju Bitung, Sulawesi Utara, dari Kota Kinibalu Malaysia.

Selama empat hari di kota kecil yang terletak di Pulau Yamdena yang menjadi bagian dari Kepulauan Tanimbar itu, para peserta akan disambut pemerintah dan masyarakat setempat dengan festival budaya dan pameran produk kerajinan tangan.

Dari Saumlaki, kapal-kapal layar peserta menuju Tual (26-29 Juli), Banda, Ambon (4-7 Agustus), Ternate, Bitung (12-19 Agustus), Banggai, Wakatobi (26-30 Agustus), Ende (5-9 September), Nagikeo (11-13 September), Labuan Bajo (16-20 September), dan Mataram (24-28 September).

Dari Mataram, para penjelajah samudera mancanegara itu melanjutkan pelayarannya ke Bali (30 September - 4 Oktober), Karimun Jawa (8-15 Oktober), Banjarmasin (8-12 Oktober), Kumai (14-17 Oktober), dan Belitung (21-25 Oktober).

Di berbagai kota pantai yang dilalui kecuali Banda, Banggai dan Belitung, para peserta "Sail Indonesia" dan "Sail Bunaken" 2009 itu akan disambut dengan aneka acara hiburan rakyat.

Kegiatan itu diselenggarakan bersama oleh panitia "Sail Indonesia", "Sail Bunaken", dan YCBI dengan mendapat dukungan pemerintah pusat dan berbagai pemerintah daerah itu.

Kegiatan "Sail Indonesia" 2009 tidak menggunakan rute Jalur Barat seperti tahun-tahun sebelumnya.

Panitia "Sail Indonesia" 2009 menyebutkan, keputusan tentang perubahan rute itu merupakan keputusan pemerintah RI guna memaksimalkan jumlah kapal layar yang dapat memeriahkan "Sail Bunaken" sebagai rangkaian kegiatan Konferensi Bahari Internasional di Manado, Sulawesi Utara.

Dibandingkan dengan "Sail Indonesia" 2008, maka jumlah peserta "Sail Indonesia" tahun ini meningkat dari 116 menjadi 157 kapal layar.

Beberapa di antara kapal-kapal layar itu adalah "Arnak" yang dinakhodai pelaut asal Selandia Baru, Geoff Gentil, "Backchat" (Australia dengan nakhoda, Alan Main), "Quiver (Kanada, Jim Burgoyne), dan "Absolutely Knot (Australia, Eddie Davidson).

Selanjutnya, "Barbara Ann" (Amerika Serikat dengan kapten kapal Jack Hunt), "Bauvier" (Belgia, Bart Venhaeghe), "Cheshire Cat" (Kanada, Mike Rigby Williams), dan "Cool Bananas" (Selandia Baru, Daryl Fisher).

Selain diikuti kapal-kapal layar asal Australia, Selandia Baru, Kanada, Amerika Serikat, dan Belgia, "Sail Bunaken" 2009 itu juga dimeriahkan kapal-kapal asal Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Swedia, Swiss, Vanuatu, Denmark, Afrika Selatan, Pulau Virgin, Pulau Cook, Panama, Kepulauan Marshall, Finlandia, dan Spanyol.

*) My news for ANTARA on July 18, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity