Desakan terhadap Polri itu disampaikan Cecep Setiawan, Ratna Fitriani, dan Febry H.J. Dien dalam surat pernyataan Pengurus UQISA yang diterima ANTARA di Brisbane, Kamis.
"Kami turut berduka cita dan mengutuk dengan keras pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton.
Pengeboman ini adalah tindakan kejahatan dan merupakan tragedi kemanusiaan yang tidak dapat ditolerir," kata mereka.
Pengurus UQISA mendesak pihak berwenang secara transparan dan segera mengungkap insiden yang menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai 55 orang lainnya itu.
Di antara para korban yang tewas dalam serangan 17 Juli itu adalah tiga warga negara Australia. Mereka adalah Pengusaha asal Perth, Nathan Verity, Craig Senger (diplomat dari Komisi Perdagangan Australia) dan Garth McEvoy (pegawai Industri Pertambangan asal Brisbane).
Menanggapi serangan bom bunuh diri di dua hotel mewah di kawasan niaga Mega Kuningan Jakarta itu, Perdana Menteri Kevin Rudd mengutuk insiden tersebut dan menyebutnya sebagai "saat yang sangat-sangat berat bagi banyak keluarga Australia dan Indonesia".
Pemerintah Australia mencatat total jumlah warganya yang saat ini ada di Indonesia mencapai 4.745 orang dan 1.053 orang di antaranya tercatat tinggal di Jakarta.
Pemerintah Australia menawarkan bantuan apapun lewat otoritas kesehatan negara itu bagi para korban luka bakar kepada pemerintah RI.
Sebelum serangan pemboman di dua hotel di kawasan Kuningan Jakarta ini terjadi, Indonesia sempat relatif aman dari insiden terorisme selepas Bom Bali 2005.
Sejak aksi serangan sejumlah gereja di malam Natal tahun 2000, Indonesia mengalami serangkaian insiden terorisme. Setahun setelah serangan kelompok teroris ke New York dan Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 September 2001, Bali diserang kelompok Amrozi dkk pada Oktober 2002.
*) My news for ANTARA on July 23, 2009
No comments:
Post a Comment