Saturday, July 25, 2009

PEJABAT BNP2TKI YANG JATUH SAKIT MASIH DI DARWIN

Direktur Promosi dan Kerja Sama Luar Negeri Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI), Endang Sulistioningsih, Selasa, keluar dari RS Royal Darwin setelah sempat dirawat sejak 17 Juli malam di rumah sakit ternama di negara bagian Northern Territory (NT) itu.

Minister Counselor Fungsi Perdagangan Konsulat RI Darwin, Maimunah Vera Syafik, mengatakan kepada ANTARA menghubunginya dari Brisbane, kondisi kesehatan Endang sudah membaik namun tim dokter meminta yang bersangkutan agar beristirahat setidaknya hingga akhir pekan ini sebelum kembali ke Jakarta.

"Alhamdulillah Bu Endang Selasa ini sudah boleh pulang. Untuk sementara Bu Endang dan staf beliau, Elfrida Siregar, tinggal di kediaman saya sampai kondisi kesehatan beliau benar-benar pulih dan siap kembali ke Jakarta," katanya.

Endang Sulistioningsih berada di Darwin sejak 16 Juli mengikuti kunjungan delegasi n BNP2TKI namun pada 17 Juli sekitar pukul 23.00 waktu Darwin, kondisi kesehatannya menurun akibat radang tergorokan dengan suhu badan sekitar 37-38 derajat, kata diplomat yang mendampingi delegasi BNP2TKI selama kunjungan di Darwin itu.

"Mungkin beliau kecapaian karena dikabarkan beliau sudah mulai sakit sejak di Canberra," katanya.

Dalam kondisi kesehatan yang menurun itu, Endang dibawa ke rumah sakit, sedangkan para anggota delegasi BNP2TKI lainnya melanjutkan misi kunjungan mereka ke Sydney sebelum kembali ke Jakarta, katanya.

Berkaitan dengan hasil kunjungan BNP2TKI di kota Canberra, Melbourne, dan Darwin, Ketua BNP2TKI, Jumhur Hidayat, sebelumnya mengatakan, pihaknya melihat terbukanya peluang pasar kerja Australia bagi para pekerja terampil dan setengah terampil dari Indonesia selama mereka memenuhi semua persyaratan.

Salah satu persyaratan tersebut adalah skor tes bahasa Inggris (IELTS) 4,5 hingga tujuh, katanya.

"Hasil IELTS sebesar 4,5 sampai tujuh itu berlaku untuk bidang pekerjaan tingkat rendah sampai 'high skill' (berketerampilan tinggi-red.)," katanya.

Mengenai besarnya potensi pasar kerja di Australia, Jumhur mengatakan, di sektor konstruksi misalnya, ada sebuah perusahaan di Melbourne yang telah meminta BNP2TKI menyediakan 50 TKI dalam waktu dua bulan ini.

Sebuah perusahaan milik warga negara Indonesia (WNI) yang bergerak dalam usaha teknologi informasi (IT) juga memerlukan ratusan orang TKI terampil, katanya.

"Potensi pasar tenaga kerja di bidang IT di Australia dilaporkan mencapai enam ribu hingga tujuh ribu orang," kata Jumhur Hidayat.

Sektor usaha lain yang juga membuka peluang besar bagi TKI adalah industri peternakan sapi. Selama ini Indonesia merupakan pasar ekspor terbesar sapi hidup dan produk daging asal Australia sehingga wajar TKI diserap sektor ini sebagai "counter trading" (imbalan dagang), katanya.

Di sektor industri peternakan sapi ini, setidaknya ada tiga peluang kerja yang dapat dibidik para TKI, yakni peternakan, penggemukan, dan pemotongan sapi, katanya.

Dari pertemuannya dengan kalangan usaha peternakan, termasuk Direktur Eksekutif Asosiasi Peternak Northern Territory, Luke Bowen, di Darwin, Kamis, terungkap bahwa sektor peternakan berpotensi menyerah sedikitnya seribu orang TKI, katanya.

Jumhur Hidayat dan anggota delegasi BNP2TKI mengunjungi empat kota di Australia sejak awal pekan ini untuk menjajaki pasar kerja Australia dengan bertemu kalangan pemerintah dan bisnis, serta pekerja Indonesia di negara itu. Ke-empat kota itu adalah Canberra, Melbourne, Darwin, dan Sydney.

Dalam misi kunjungan hingga 18 Juli itu, selain Direktur Promosi dan Kerja Sama Luar Negeri, Endang Sulistioningsih, Jumhur antara lain juga didampingi Deputi Kepala BNP2TKI Bidang Penempatan, Ade Adam Noch, dan Direktur Penyiapan Dokumen Direktorat Penempatan BNP2TKI, Arifin Purba.

*) My news for ANTARA on July 21, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity