Saturday, July 25, 2009

MAHASISWA INDONESIA DI AUSTRALIA KUTUK SERANGAN TERORIS DI JAKARTA

Komunitas mahasiswa Indonesia di Australia mengutuk aksi serangan bom di Hotel Marriot dan Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Jumat, dengan satu pesan tegas bahwa bangsa Indonesia tidak akan pernah tunduk pada tekanan aksi jahat para pelaku yang menewaskan sedikitnya sembilan orang ini.

"Kita mengutuk siapapun pelaku serangan ini dan kita meminta Polri segera menangkap mereka yang bertanggungjawab. Bangsa Indonesia tidak akan tunduk pada tekanan aksi teroris," kata Presiden Pengurus Pusat Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Mohamad Fahmi.

Kepada ANTARA yang menghubunginya dari Darwin, Jumat, pihaknya juga menyampaikan bela sungkawa yang mendalam kepada para korban dan keluarga korban dan meminta aparat penegak hukum untuk segera dapat mengungkap kasus ini sehingga rakyat dapat hidup dengan tenang.

Penuntasan kasus ini sangat penting terlebih lagi selama ini terlanjur ada stigma terhadap bangsa Indonesia terkait dengan masalah terorisme yang dampaknya dirasakan komunitas Indonesia, termasuk mahasiswa, di luar negeri, katanya.

"Kita sangat mendukung upaya profesional Polri," kata Mohamad Fahmi.

Kecaman terhadap para pelaku penyerangan bom di dua hotel mewah di Jakarta itu juga datang dari Presiden Pusat Informasi dan Pelayanan Partai Keadilan Sejahtera Australia-Selandia Baru (PIP PKS ANZ) Muhamad Arifin.

Arifin menyebut tragedi ini sebagai aksi tidak berprikemanusiaan, bertentangan dengan nilai-nilai agama mana pun di muka bumi, dan kembali merusak citra bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab di mata internasional.

"Aksi ini juga mencoreng upaya perbaikan citra bangsa serta menodai upaya pembangunan bangsa Indonesia yang sedang dilakukan segenap komponen bangsa. Untuk itu, PIP PKS ANZ meminta aparat berwenang mengusut tuntas dan mengadili pelaku pemboman seadil-adilnya," kata Arifin.

Kepada para korban dan keluarga korban, pihaknya juga menyampaikan "bela sungkawa secara tulus dari hati yang paling dalam".

"Kami menghimbau segenap bangsa Indonesia bersabar atas musibah dan berdoa semoga Allah SWT memberikan keselamatan pada kita semua," katanya.

Sementara itu, berbagai media Australia menjadikan insiden pemboman dua hotel di kawasan niaga Kuningan Jakarta itu "berita utama" mereka. Jaringan pemberitaan "ABC" misalnya menurunkan laporan khusus bertajuk "Jakarta Hotel Bombings" (Pemboman Hotel Jakarta).


Media dan Dubes RI

Duta Besar RI untuk Australia Primo Alui Joelianto yang tengah melakukan kunjungan kerja pertamanya ke Darwin, ibukota negara bagian Northern Territory (NT), tidak luput dari incaran media Australia yang meminta wawancara khusus tentang insiden tersebut.

Minister Counselor Fungsi Pensosbud KBRI Canberra Raudin yang turut mendampingi Dubes Primo di Darwin mengatakan, media terkemuka Australia, "ABC Network" misalnya telah meminta wawancara khusus Jumat malam.

"Presenter ABC Network, Jim Middleton, sudah meminta waktu untuk mewawancarai langsung Dubes Primo pukul 20.30 waktu Darwin," katanya kepada ANTARA.

Reaksi pemerintah Australia sendiri atas serangan bom di dua hotel mewah itu disampaikan Perdana Menteri Kevin Rudd.

PM Rudd mengutuk insiden yang dilaporkan media setempat turut melukai dua orang warga negaranya itu dengan menyebutnya sebagai "aksi teroris yang membunuh dan barbar".

Komite Keamanan Nasional Persemakmuran Australia, kata Rudd, bertemu Jumat sore dan meminta semua badan pemerintah menawarkan bantuan kepada mitra Indonesia mereka.

Media Australia yang mengutip pendapat kalangan analis masalah terorisme di negara itu menuding kelompok yang disebut "Jemaah Islamiyah" (JI) berada di belakang aksi ini.

Sebelum serangan pemboman di dua hotel di kawasan Kuningan Jakarta ini terjadi, Indonesia sempat relatif aman dari insiden terorisme selepas Bom Bali 2005.

Sejak aksi serangan sejumlah gereja di malam Natal tahun 2000, Indonesia mengalami serangkaian insiden terorisme. Setahun setelah serangan kelompok teroris ke New York dan Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 September 2001, Bali diserang kelompok Amrozi dkk pada Oktober 2002.

Dalam insiden itu, sebanyak 202 orang tewas, termasuk 88 orang warga Australia yang sedang berlibur di Pulau Dewata tersebut. Seterusnya terjadi serangan mematikan di Hotel JW Marriott pada 2003, dan serangan terhadap Kedubes Australia di Jakarta (2004).

*) My updated news for ANTARA on July 17, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity