Presiden Perhimpunan Masyarakat Muslim Indonesia di Brisbane (IISB) Eko Andi Suryo, Jumat malam, ikut mengutuk dengan keras mereka yang terlibat dalam aksi kejahatan kemanusiaan ini seraya menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan keluarga korban.
"Kami meminta pihak yang berwajib mengusut tuntas pelaku pengeboman ini dan memberikan hukuman yang setimpal," katanya dalam pernyataan resmi organisasi beranggotakan ratusan orang warga Muslim Indonesia di kota Brisbane dan sekitarnya itu.
Aktivis mahasiswa program doktor Universitas Teknologi Queensland (QUT) itu juga mengimbau semua pihak agar menahan diri dan tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan terhadap pelaku aksi terorisme serta mempercayakan sepenuhnya penanganan masalah tersebut kepada pihak berwajib.
"Kepada seluruh komponen bangsa terlepas dari suku, ras dan agama dihimbau untuk semakin mempererat kebersamaan, persatuan dan kesatuan, dan saling bahu-membahu dalam upaya mewujudkan kondisi Indonesia yang lebih baik," katanya.
Sebelumnya, reaksi yang sama juga disampaikan komunitas mahasiswa Indonesia di Australia melalui Presiden Pengurus Pusat Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Mohamad Fahmi.
Fahmi mengatakan, bangsa Indonesia tidak akan pernah tunduk pada tekanan aksi jahat pelaku.
"Kita mengutuk siapa pun pelaku serangan ini dan kita meminta Polri segera menangkap mereka yang bertanggung jawab. Bangsa Indonesia tidak akan tunduk pada tekanan aksi teroris," katanya.
Presiden Pusat Informasi dan Pelayanan Partai Keadilan Sejahtera Australia-Selandia Baru (PIP PKS ANZ) Muhamad Arifin menyebut tragedi ini sebagai aksi tidak berprikemanusiaan, dan bertentangan dengan nilai-nilai agama mana pun di muka bumi.
"Tragedi ini juga kembali merusak citra bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab di mata internasional," katanya.
Dubes Primo
Kecaman juga datang dari Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu Primo Alui Joelianto. Dia mengutuk "aksi biadab dan tak berprikemanusiaan" pelaku pemboman seraya menyerukan kerja sama yang lebih erat dengan pemerintah Australia dalam menumpas bahaya terorisme.
Namun Dubes Primo juga mengharapkan tragedi yang menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai 52 orang lainnya ini tidak lantas mengurangi apa yang telah disepakati kedua negara pada konferensi besar hubungan bilateral di Sydney Februari lalu.
"Kepada Pemerintah Australia, kita inginkan kerja sama yang lebih erat tapi saya juga mengimbau kejadian ini tidak mengurangi apa yang telah kita sepakati di Konferensi di Sydney bahwa hubungan antar-rakyat (people-to-people/P-to-P) kedua negara harus tetap ditingkatkan," katanya kepada ANTARA di Darwin.
Ditemui di sela acara perkenalan dirinya selaku Dubes RI dengan warga masyarakat Indonesia di Darwin Primo mengharapkan suara yang mengutuk keras apa yang disebutnya "aksi biadab dan tak berprikemanusiaan terhadap warga tak berdosa" ini juga datang dari seluruh masyarakat Indonesia di Australia.
Sebagai bagian dari ujung tombak diplomasi total RI di Australia, warga Indonesia juga diharapkan ikut memberi pengertian kepada masyarakat Australia bahwa aksi terorime bisa terjadi di mana saja dan kejadian di Jakarta itu jangan sampai mengurangi niat dan keinginan mereka ke Indonesia, katanya.
Insiden pemboman dua hotel di kawasan niaga Kuningan Jakarta itu telah memicu Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia untuk memperbaharui informasi tentang status "Peringatan Perjalanan" (travel advisory) level empat yang DFAT berlakukan kepada Indonesia.
DFAT menyebutkan "ancaman serangan teroris" di Indonesia, termasuk Bali, masih "sangat tinggi". Warga Australia yang sedang berada di Jakarta diminta menghindari daerah-daerah yang terpengaruh insiden ini.
Sebelum serangan pemboman di dua hotel di kawasan Kuningan Jakarta ini terjadi, Indonesia sempat relatif aman dari insiden terorisme selepas Bom Bali 2005.
Sejak aksi serangan sejumlah gereja di malam Natal tahun 2000, Indonesia mengalami serangkaian insiden terorisme. Setahun setelah serangan kelompok teroris ke New York dan Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 September 2001, Bali diserang kelompok Amrozi dkk pada Oktober 2002.
*) My updated news for ANTARA on July 17, 2009
No comments:
Post a Comment