Saturday, July 25, 2009

HENGKANGNYA GARUDA DARI DARWIN DISAYANGKAN PEJABAT RI-AUSTRALIA

Hengkangnya Garuda Indonesia dari Darwin, Australia Utara, sejak 22 April lalu disayangkan Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi dan Ketua Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Jumhur Hidayat.

Keputusan manajemen Garuda Indonesia di Jakarta menghentikan rute penerbangan Darwin-Denpasar itu dinilai mereka tidak hanya melemahkan upaya penguatan hubungan bilateral Indonesia-Australia Utara tetapi juga menghambat arus kedatangan kalangan pebisnis Northern Territory (NT) ke Indonesia.

"Kita mengimbau agar Garuda tak terlalu lama balik ke Darwin. Bagaimana pun Australia tetap tetangga kita sehingga lebih baik berfikir tentang pasar yang sudah ada daripada berfikir untuk membuka pasar baru seperti Eropa Timur yang belum jelas," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi.

Ditemui ANTARA di sela acara silaturrahmi dan santap malam bersama di Wisma Indonesia Darwin, Kamis malam, Freddy mengatakan, upaya memperkuat dasar hubungan dengan Australia sangat penting. Karenanya Garuda dihimbau agar tidak terlalu lama meninggalkan Darwin.

Namun Freddy berharap Garuda diizinkan melayani rute domestik Australia dalam penerbangannya menuju Darwin untuk membantu maskapai penerbangan nasional Indonesia ini menutupi kerugian.

Himbauan yang sama juga disampaikan Jumhur Hidayat. Menurut ketua BNP2TKI yang berada di Darwin dalam misi memperluas pasar baru bagi TKI terampil dan setengah terampil ini, hengkangnya Garuda dikeluhkan banyak pengusaha Australia yang ditemuinya.

"Saya mendapat keluhan kalangan bisnis Australia karena penghentian layanan penerbangan Garuda ke Denpasar dari Darwin. Menurut saya tidak masuk akal setelah sekitar 30 tahun hadir di Darwin, tiba-tiba Garuda ditutup," katanya.

Dulu Garuda hadir di negara bagian Northern Territory ini ketika hubungan ekonominya dengan Indonesia belum sebaik sekarang. Namun ketika hubungan perdagangan dan ekonomin Indonesia-Northern Territory lebih dinamis, Garuda menyerahkan peluang kemajuan ke maskapai penerbangan murah Australia, Jetstar, katanya.

"Garuda harus 'outward looking' (berpandangan keluar) sebagai 'national flag carrier' (maskapai penerbangan nasional)," kata Jumhur Hidayat.

Banyak yang kehilangan

Konsul RI di Darwin Harbangan Napitupulu juga menyayangkan ketidakmungkinan Garuda Indonesia beroperasi kembali di Darwin dalam waktu dekat karena banyak pihak yang akan kehilangan pelayanan Garuda, termasuk kalangan pengusaha Australia.

"Ketidakhadiran Garuda di Darwin bukan hanya berdampak bagi warga masyarakat Indonesia, Australia dan warga asing di sini, tetapi juga bagi kalangan bisnis sebagai pengguna setia jasa penerbangan Garuda selama ini," katanya menanggapi terbitnya surat keputusan Dirut Garuda.

Sejak lama banyak kalangan bisnis Australia di NT memilih Garuda Indonesia karena hanya maskapai penerbangan nasional Indonesia ini yang memiliki kelas bisnis dan memberikan "full service" (pelayanan penuh) selama hampir 30 tahun kehadirannya di Darwin, katanya.

Maskapai penerbangan "murah" Australia, Jetstar, yang kini memonopoli rute penerbangan Darwin-Denpasar tidak memiliki kelas bisnis dan tidak pula memberikan pelayanan penuh sebagaimana Garuda padahal harga tiket pulang-perginya kini lebih dari dua kali lipat harga tiket Garuda, katanya.

"Ketika ada Garuda, tiket Jetstar (ke Denpasar) masih 350 dolar Australia PP tapi sekarang sudah mencapai 800 hingga 900 dolar Australia," kata Napitupulu.


Timbulkan kekecewaan
Keputusan manajemen Garuda Indonesia yang tidak mau membuka kembali rute penerbangannya ke Darwin yang ditutup sejak 22 April 2009 itu juga menimbulkan kekecewaan pemerintah NT.

Walaupun kecewa, Pemerintah NT akan melanjutkan kerja samanya dengan Garuda dan Pemerintah RI guna mengantisipasi peluang-peluang baik di masa mendatang.

Reaksi pemerintah NT terhadap keputusan akhir manajemen Garuda yang termaktub dalam surat Dirut Garuda Emirsyah Satar tertanggal 10 Juli 2009 itu disampaikan Menteri Hubungan Asia NT, Christopher Bruce Burns, dalam pernyataan persnya 14 Juli lalu.

Seperti disampaikan Dirut Garuda Emirsyah Satar dalam suratnya tertanggal 10 Juli 2009, manajemen Garuda menegaskan penutupan rute penerbangan ke Darwin kecuali Garuda diberi hak penerbangan domestik dari kota-kota di Australia ke Darwin berdasarkan basis "non-resiprokal".

Selain mendapat hak penerbangan domestik dari kota-kota di Australia ke Darwin atas dasar "non-resiprokal", Garuda akan mempertimbangkan kembali layanan rute penerbangan Denpasar-Darwin jika kondisi ekonomi membaik secara signifikan, katanya.

Sejak Juni 2008 hingga sebelum ada keputusan penutupan, Garuda melayani tiga kali penerbangan Darwin-Denpasar per-minggu dengan pesawat Boeing 737-400 berkapasitas 16 kursi kelas bisnis dan 117 kursi kelas ekonomi, yakni setiap Senin, Rabu, dan Jumat.

*) My news for ANTARA on July 16, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity