"Jumlah peserta Sail Bunaken luar biasanya banyaknya. Sebelumnya belum pernah ada 20 kapal perang, termasuk kapal-kapal perang negara adidaya, memeriahkan kegiatan sejenis. Artinya kredibilitas politik dan diplomasi kita sangat diakui dunia," kata Panitia Nasional "Sail Bunaken" Aji Sularso.
Kepada ANTARA di Darwin, Selasa malam (14/7), Aji Sularso yang juga Dirjen Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen P2SDKP) mengatakan, tingginya partisipasi di "Sail Bunaken" Agustus mendatang itu juga merupakan penegasan dunia pada fakta maritim dan pariwisata Indonesia.
Di antara 31 kapal perang dari 19 negara yang mengikuti parlehatan maritim akbar yang kegiatannya akan dipusatkan di Bitung dan Manado itu adalah lima kapal perang AS. Kelimanya adalah kapal induk USS George Washington, dua jenis "destroyer", dan masing-masing satu jenis "cruiser" dan "fregate", katanya.
Indonesia sendiri menyertakan 10 kapal perangnya sedangkan Rusia mengirim kapal layar tiang tinggi, kata Aji Sularso.
"Sail Bunaken" yang digelar pada 12-20 Agustus itu tidak hanya diisi dengan reli kapal layar dan "Indonesian Fleet Review" (IRF) tetapi juga diisi berbagai kegaitan lain seperti festival olahraga air dan budaya, bhakti sosial, festival makanan laut, pemecahan rekor 1.500 penyelam, serta acara jamuan makan malam.
Selain itu, diselenggarakan pula dua seminar internasional bertema "Membangun Keamanan Maritim Terpadu" oleh TNI AL dan "Manfaat Meminimalisir Pencurian Ikan di Kawasan" oleh DKP. Seminar tersebut diperkirakan dihadiri 100 orang peserta, termasuk para komandan kapal perang negara-negara peserta.
Kapal-kapal perang dijadwalkan mulai lego jangkar pada 15 Agustus di Bitung dan Manado dan pada 17 Agustus diadakan pemecahan rekor pengibaran bendera Merah Putih oleh 1.500 penyelam.
Sementara itu, terkait dengan penyelenggaraan "Sail Indonesia" yang penyelenggaraannya dipadukan dengan "Sail Bunaken", sebagian besar dari 160 kapal layar peserta reli akan bertolak ke perairan Indonesia dari Darwin, Australia Utara, pada 18 Juli.
Dari Darwin, mereka langsung menuju Saumlaki dan diperkirakan tiba di Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat itu pada 20 Juli.
Selama empat hari di kota kecil yang terletak di Pulau Yamdena yang menjadi bagian dari Kepulauan Tanimbar itu, para peserta akan disambut pemerintah dan masyarakat setempat dengan festival budaya dan pameran produk kerajinan tangan.
Dari Saumlaki, kapal-kapal layar peserta menuju Tual (26-29 Juli), Banda, Ambon (4-7 Agustus), Ternate, Bitung (12-19 Agustus), Banggai, Wakatobi (26-30 Agustus), Ende (5-9 September), Nagikeo (11-13 September), Labuan Bajo (16-20 September), dan Mataram (24-28 September).
Dari Mataram, para penjelajah samudera mancanegara itu melanjutkan pelayarannya ke Bali (30 September - 4 Oktober), Karimun Jawa (8-15 Oktober), Banjarmasin (8-12 Oktober), Kumai (14-17 Oktober), dan Belitung (21-25 Oktober).
Di berbagai kota pantai yang dilalui kecuali Banda, Banggai dan Belitung, para peserta "Sail Indonesia" dan "Sail Bunaken" 2009 itu akan disambut dengan aneka acara hiburan rakyat.
Kegiatan itu diselenggarakan bersama oleh panitia "Sail Indonesia", "Sail Bunaken", dan YCBI dengan mendapat dukungan pemerintah pusat dan berbagai pemerintah daerah itu.
Kegiatan "Sail Indonesia" 2009 tidak menggunakan rute Jalur Barat seperti tahun-tahun sebelumnya.
Panitia "Sail Indonesia" 2009 menyebutkan, keputusan tentang perubahan rute itu diambil pemerintah RI guna memaksimalkan jumlah kapal layar yang dapat memeriahkan "Sail Bunaken" sebagai rangkaian kegiatan Konferensi Bahari Internasional di Manado, Sulawesi Utara.
Dibandingkan dengan "Sail Indonesia" 2008, jumlah peserta "Sail Indonesia" tahun ini meningkat dari 116 menjadi sekitar 160 kapal layar.
*) My updated news for ANTARA on July 15, 2009
No comments:
Post a Comment