Wednesday, July 15, 2009

BESARNYA PESERTA "SAIL BUNAKEN" BUKTI PENGAKUAN DUNIA

Perlehatan reli "Sail Bunaken" yang diikuti sekitar 160 kapal layar mancanegara dan puluhan kapal perang 19 negara, termasuk negara adidaya Amerika Serikat (AS), merupakan bentuk pengakuan dunia pada peran strategis Indonesia sebagai negara bahari, kata seorang pejabat RI.

"Jumlah peserta Sail Bunaken luar biasanya banyaknya. Sebelumnya belum pernah ada 20 kapal perang, termasuk kapal-kapal perang negara adidaya, memeriahkan kegiatan sejenis. Artinya kredibilitas politik dan diplomasi kita sangat diakui dunia," kata Panitia Nasional "Sail Bunaken" Aji Sularso.

Kepada ANTARA di Darwin, Selasa malam (14/7), Aji Sularso yang juga Dirjen Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen P2SDKP) mengatakan, tingginya partisipasi di "Sail Bunaken" Agustus mendatang itu juga merupakan penegasan dunia pada fakta maritim dan pariwisata Indonesia.

Di antara 31 kapal perang dari 19 negara yang mengikuti parlehatan maritim akbar yang kegiatannya akan dipusatkan di Bitung dan Manado itu adalah lima kapal perang AS. Kelimanya adalah kapal induk USS George Washington, dua jenis "destroyer", dan masing-masing satu jenis "cruiser" dan "fregate", katanya.

Indonesia sendiri menyertakan 10 kapal perangnya sedangkan Rusia mengirim kapal layar tiang tinggi, kata Aji Sularso.

"Sail Bunaken" yang digelar pada 12-20 Agustus itu tidak hanya diisi dengan reli kapal layar dan "Indonesian Fleet Review" (IRF) tetapi juga diisi berbagai kegaitan lain seperti festival olahraga air dan budaya, bhakti sosial, festival makanan laut, pemecahan rekor 1.500 penyelam, serta acara jamuan makan malam.

Selain itu, diselenggarakan pula dua seminar internasional bertema "Membangun Keamanan Maritim Terpadu" oleh TNI AL dan "Manfaat Meminimalisir Pencurian Ikan di Kawasan" oleh DKP. Seminar tersebut diperkirakan dihadiri 100 orang peserta, termasuk para komandan kapal perang negara-negara peserta.

Kapal-kapal perang dijadwalkan mulai lego jangkar pada 15 Agustus di Bitung dan Manado dan pada 17 Agustus diadakan pemecahan rekor pengibaran bendera Merah Putih oleh 1.500 penyelam.

Sementara itu, terkait dengan penyelenggaraan "Sail Indonesia" yang penyelenggaraannya dipadukan dengan "Sail Bunaken", sebagian besar dari 160 kapal layar peserta reli akan bertolak ke perairan Indonesia dari Darwin, Australia Utara, pada 18 Juli.

Dari Darwin, mereka langsung menuju Saumlaki dan diperkirakan tiba di Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat itu pada 20 Juli.

Selama empat hari di kota kecil yang terletak di Pulau Yamdena yang menjadi bagian dari Kepulauan Tanimbar itu, para peserta akan disambut pemerintah dan masyarakat setempat dengan festival budaya dan pameran produk kerajinan tangan.

Dari Saumlaki, kapal-kapal layar peserta menuju Tual (26-29 Juli), Banda, Ambon (4-7 Agustus), Ternate, Bitung (12-19 Agustus), Banggai, Wakatobi (26-30 Agustus), Ende (5-9 September), Nagikeo (11-13 September), Labuan Bajo (16-20 September), dan Mataram (24-28 September).

Dari Mataram, para penjelajah samudera mancanegara itu melanjutkan pelayarannya ke Bali (30 September - 4 Oktober), Karimun Jawa (8-15 Oktober), Banjarmasin (8-12 Oktober), Kumai (14-17 Oktober), dan Belitung (21-25 Oktober).

Di berbagai kota pantai yang dilalui kecuali Banda, Banggai dan Belitung, para peserta "Sail Indonesia" dan "Sail Bunaken" 2009 itu akan disambut dengan aneka acara hiburan rakyat.

Kegiatan itu diselenggarakan bersama oleh panitia "Sail Indonesia", "Sail Bunaken", dan YCBI dengan mendapat dukungan pemerintah pusat dan berbagai pemerintah daerah itu.

Kegiatan "Sail Indonesia" 2009 tidak menggunakan rute Jalur Barat seperti tahun-tahun sebelumnya.

Panitia "Sail Indonesia" 2009 menyebutkan, keputusan tentang perubahan rute itu diambil pemerintah RI guna memaksimalkan jumlah kapal layar yang dapat memeriahkan "Sail Bunaken" sebagai rangkaian kegiatan Konferensi Bahari Internasional di Manado, Sulawesi Utara.

Dibandingkan dengan "Sail Indonesia" 2008, jumlah peserta "Sail Indonesia" tahun ini meningkat dari 116 menjadi sekitar 160 kapal layar.

Kapal-kapal layar peserta itu berasal dari Australia, Selandia Baru, Kanada, Malta, Amerika Serikat, Belgia, Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Swedia, Swiss, Vanuatu, Denmark, Afrika Selatan, Kepulauan Virgin, Antigua Barbuda, Irlandia, Norwegia, Kepulauan Marshall, Finlandia, dan Spanyol.

*) My updated news for ANTARA on July 15, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity