Pernyataan itu disampaikan Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu Primo Alui Joelianto dalam pertemuannya dengan Pemimpin Oposisi Negara Bagian Northern Territory (NT) Terry Mills di Darwin, Kamis, pada saat keduanya menyinggung isu penguatan hubungan antar-rakyat kedua negara.
Dubes Primo mengatakan, travel advisory" level empat yang diberlakukan Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia kepada Indonesia itu tidak adil dan tidak menolong upaya kedua negara memperkuat hubungan di tingkat rakyat guna mengurangi mispersepsi yang masih ada.
"DFAT selalu mengatakan bahwa kami meninjau kembali peringatan perjalanan ini dari waktu ke waktu. Ini aneh," katanya.
Keanehan itu antara lain terlihat dari tekad Australia untuk menjadi bangsa yang "melek Asia" namun pada saat yang sama tetap memberlakukan peringatan perjalanan yang meminta warga Australia untuk mempertimbankan kembali rencana kunjungannya ke Indonesia.
Sementara itu, dalam pertemuan yang berlangsung santai dan bersahabat di ruang kerjanya yang asri di Gedung Parlemen NT itu, Terry Mills mengakui mispersepsi tentang Indonesia di masyarakat Australia masih tetap ada, terutama mereka yang belum pernah mengunjungi Indonesia.
Akibat insiden serangan teroris di Bali tahun 2002 misalnya, ada warga Australia yang menggeneralisir bahwa Muslim di Indonesia ingin membunuhi orang-orang Australia namun pandangan keliru ini umumnya tidak dimiliki mereka yang sudah pernah ke Indonesia, katanya.
Menurut Mills, insiden Bali 2002 justru semakin mendekatkan kedua negara. Bagi politisi senior NT ini, dalam situasi apapun, Indonesia tetaplah tetangga Australia.
Isu tentang "travel advisory" level empat Australia juga diangkat Dubes Primo dalam pertemuannya dengan Pimpinan Parlemen NT Jane Aagaard.
Selain Indonesia dan Pakistan, negara-negara yang mendapat peringatan perjalanan level empat dari Australia adalah Aljazair, Angola, Republik Demokrasi Kongo, Timor Leste, Eritrea, Etiopia, Haiti, Liberia, Nigeria, Saudi Arabia, Sri Lanka, Yaman, Zimbabwe, dan Meksiko.
Peringkat status "travel advisory" DFAT kepada Indonesia yang hanya terpaut satu tingkat di bawah level lima (dilarang untuk dikunjungi) itu tidak pernah berubah sejak era John Howard hingga pemerintahan Partai Buruh berkuasa di Canberra.
Dubes Primo berada di Darwin dalam rangka kunjungan kerja pertamanya ke negara bagian Northern Territory sejak menempati pos barunya di Canberra Februari 2009.
Selama kunjungan empat harinya itu, Dubes Primo didampingi Minister Counselor Bidang Pensosbud KBRI Canberra Raudin Anwar, Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr.Aris Junaidi, dan Staf Fungsi Kekonsuleran KBRI Canberra Dani Eko Wibowo.
*) My news for ANTARA on July 16, 2009
No comments:
Post a Comment