Friday, May 8, 2009

WNI DIMINTA ADUKAN DIPLOMAT YANG TAK LAYANI RAKYAT

Konsul Jenderal RI di Sydney, Sudaryomo Hartosudarmo, menegaskan ia akan menindak para diplomat di KJRI Sydney yang tidak melayani WNI dengan baik karena perbuatan itu bertentangan dengan semangat Deplu RI menjadikan kantor perwakilan RI di luar negeri sebagai rumah rakyat.

Janjinya menindak tegas para staf dan diplomat yang sengaja tidak melayani WNI dengan baik itu disampaikannya dalam acara dialog dengan dua puluhan mahasiswa Indonesia di kampus Universitas Queensland (UQ), Brisbane, Jumat.

Dalam pertemuan yang diikuti para pimpinan dan aktivis organisasi mahasiswa di lingkungan UQ, Universitas Griffith dan PPIA Queensland itu, Sudaryomo bahkan meminta WNI yang merasa diabaikan dan tidak dilayani secara pantas oleh diplomat yang bertugas agar memberitahu dirinya.

"Tolong lapor ke saya," katanya. Menurut dia, diplomat Indonesia yang terbukti "gagah-gagahan" dan sengaja mengabaikan WNI yang memerlukan pelayanan KJRI Sydney, diplomat itu bisa ditarik dari pos tugasnya.

Namun, dalam memberikan pelaporan, ia berharap warga masyarakat tidak mengirim "surat kaleng".

Komitmen memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat Indonesia di negara bagian New South Wales (NSW), Queensland, dan Australia Selatan yang menjadi wilayah administratif KJRI Sydney itu disampaikan Sudaryomo menanggapi harapan PPIA Queensland dan UQISA pada peningkatan pelayanan KJRI Sydney.

Ia mengatakan, sejak era pemerintahan Megawati Soekarnoputri, seluruh perwakilan RI di luar negeri sudah diminta Menlu Nur Hassan Wirajuda agar menjadi rumah rakyat dengan pelayanan yang baik.

Sebaliknya, Sudaryomo juga meminta warga masyarakat Indonesia agar "lapor diri" ke KJRI Sydney segera setelah tiba di Australia serta memberitahu pihaknya jika mereka pindah alamat tempat tinggal atau pun kembali ke Tanah Air kepentingan perlindungan WNI maupun pemutakhiran data WNI.

Dalam acara dialog itu, tiga organisasi kemahasiswaan Indonesia di Brisbane menyampaikan presentasi tentang perkembangan dan rencana kegiatan, serta harapan mereka pada terwujudnya sinergi yang lebih baik dengan masyarakat dan perwakilan RI.

Koordinator Divisi Akademik UQISA, Hidayat Amir, misalnya, menggarisbawahi perlunya KJRI Sydney menfasilitasi pelayanan advokasi hukum, disamping pelayanan keimigrasian dan administrasi lainnya kepada WNI.

*) My news for ANTARA on May 8, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity