Konsul Jenderal RI di Sydney, Sudaryomo Hartosudarmo, mengatakan, Departemen Pendidikan dan Pelatihan Negara Bagian New South Wales (NSW) "tidak peduli" dengan nasib pendidikan anak-anak para dosen Indonesia yang sedang tugas belajar dengan beasiswa Dikti."Masalah ini sudah saya sampaikan ke 'Department of Education and Training' New South Wales tapi jawabannya tidak membahagiakan," katanya di Brisbane, Jumat, menanggapi tidak adanya konsesi biaya pendidikan bagi anak-anak penerima beasiswa Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Depdiknas di sejumlah negara bagian di Australia.
Sudaryomo mengatakan, pihaknya juga sudah menyampaikan masalah ini kepada para pimpinan sejumlah universitas di kota Sydney dan Wollongong. Mereka sangat prihatin dengan nasib mahasiswa program beasiswa Dikti itu dan berjanji memperjuangkannya ke pemerintah NSW.
Pemerintah negara bagian Australia Selatan justru sudah memberikan sinyal positif tentang kemungkinan pemberian konsesi biaya pendidikan bagi para mahasiswa asing yang kuliah dengan dukungan beasiswa pemerintah, katanya dalam dialog dengan dua puluhan mahasiswa Indonesia di kota Brisbane itu.
Sebelumnya, kesulitan yang dihadapi para penerima beasiswa Dikti ini sudah pernah disampaikan Kabiro Kabiro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Depdiknas, R. Agus Sartono.
Dalam satu penjelasannya kepada ANTARA, ia mengatakan, anak-anak penerima beasiswa Depdiknas RI sudah sepatutnya mendapat perlakuan yang sama dalam pembebasan uang sekolah seperti halnya anak-anak mahasiswa Indonesia penerima beasiswa pemerintah Australia.
Anak-anak dari para mahasiswa Indonesia yang menerima beasiswa pemerintah Australia dapat belajar di sekolah negeri di tempat mereka berdomisili tanpa dipungut biaya, sedangkan anak-anak dari dosen perguruan tinggi negeri/swasta penerima beasiswa Depdiknas tidak mendapatkan kesempatan yang sama.
"Isu ini sangat penting dan kita meminta komitmen pemerintah Australia untuk memberikan perlakuan yang sama. Jika hal ini tidak bisa dipenuhi, tentu menjadi 'disincentive' dan akan men-'discourage' (mengecilkan semangat) para penerima beasiswa untuk belajar di Australia," katanya.
Agus Sartono memandang hal ini sebagai "masalah krusial" yang harus diselesaikan agar hubungan kerja sama pendidikan kedua negara dapat berjalan dengan baik. "Mestinya hal ini dapat dimasukkan sebagai bagian dari komitmen pemerintah Australia untuk memperbesar beasiswa," katanya.
Australia adalah satu dari 32 negara yang menjadi tujuan 1.886 orang dosen perguruan tinggi negeri dan swasta penerima beasiswa Depdiknas untuk melanjutkan studi ke jenjang magister dan doktoral pada 2008.
"Perlu diketahui bahwa dari jumlah itu, ada 262 orang dosen yang menempuh program gelar dan 148 orang dosen yang menempuh program 'sandwich' di berbagai universitas di Australia," katanya.
Saat ini, lebih dari 16 ribu orang pelajar Indonesia menuntut ilmu di negara berpenduduk 21 juta jiwa ini.
*) My news for ANTARA on May 8, 2009

No comments:
Post a Comment