Sunday, May 3, 2009

HENGKANGNYA GARUDA DARI DARWIN GANGGU KERJA SAMA BILATERAL

Penutupan rute penerbangan langsung Darwin-Denpasar Garuda Indonesia sejak 22 April lalu dikhawatirkan pemerintah negara bagian Northern Territory (NT) mengancam keberlangsungan program kerja sama pertukaran guru dan pelajar Indonesia Timur dan NT, kata seorang diplomat RI di Darwin.

"Pejabat Bagian Pelayanan Internasional Departemen Pendidikan dan Pelatihan NT, Phil Blumberg, misalnya, mengaku kecewa dengan dihentikannya penerbangan Garuda ke Darwin," kata Sekretaris II Fungsi Pensosbud Konsulat RI Darwin, Arvinanto Soeriaatmadja, kepada ANTARA, Minggu.

Kekecewaan Blumberg itu berkaitan dnegan rencana penyelenggaraan program pertukaran guru dan murid NT-RI Juli mendatang. "Menurut pihaknya, berhentinya 'flight' (penerbangan) Garuda Denpasar-Darwin akan
mengganggu program tersebut," katanya.

Jika sampai program pertukaran yang selama ini sudah berjalan baik itu dihentikan akibat ketidakhadiran Garuda, para guru dan murid sekolah menengah di Indonesia Timur akan kehilangan kesempatan menimba pengalaman dan meningkatkan kemampuan membangun jejaring pendidikan di Darwin, katanya.

Bagi Konsulat RI Darwin, ketidakhadiran Garuda itu juga memberi "dampak yang sangat signifikan" pada banyaknya program peningkatan hubungan RI-Australia di Darwin, seperti kegiatan promosi seni budaya angklung pada Agustus-September 2009, Pesona Indonesia (Agustus 2009) dan kunjungan resmi pejabat RI ke NT.

"Semua orang yang terlibat dalam program-program ini bisa saja harus melewati Sydney dulu (baru ke Darwin). Ini akan memberikan pengaruh tambahan biaya," katanya.

Berkaitan dengan penutupan layanan penerbangan Garuda ke Darwin ini, pemerintah NT sendiri telah pun menawarkan dukungan pendanaan kerja sama pemasaran Garuda di Darwin kepada pemerintah RI dan manajemen Garuda.

Tawaran tersebut disampaikan Menteri Hubungan Asia NT, Christopher Bruce Burns, 23 April lalu, sebagai bagian dari upaya serius pemerintah NT mempertahankan kehadiran Garuda di Darwin sejak 1980.

"Saya akan melakukan apa pun untuk mengembalikan Garuda ke Darwin," katanya dalam pernyataan persnya menanggapi penutupan rute penerbangan langsung Denpasar-Darwin PP Garuda sejak 22 April 2009.

Alasan normatif penghentian operasi maskapai penerbangan nasional yang membawa simbol kenegaraan RI dari Australia Utara itu adalah "kelesuan ekonomi" walaupun maskapai penerbangan murah Australia, Jet Star dan Virgin Blue, justru menambah frekuensi penerbangannya ke Denpasar, Bali, dari kota-kota utama negara itu.

Sejak Juni 2008 hingga sebelum ada keputusan penutupan, Garuda melayani tiga kali penerbangan Darwin-Denpasar per-minggu dengan pesawat Boeing 737-400 berkapasitas 16 kursi kelas bisnis dan 117 kursi kelas ekonomi, yakni setiap Senin, Rabu, dan Jumat.

Pesawat itu berangkat dari Denpasar pada pukul 01.20 dinihari dan tiba di Darwin pada pukul 05.20 pagi (waktu Darwin). Kemudian pesawat yang sama kembali terbang ke Denpasar dari Bandar Udara Internasional Darwin pada pukul 07.30 waktu setempat.

Dengan adanya keputusan Garuda menutup operasinya di Darwin itu berarti sudah dua kota utama Australia yang tidak lagi diterbangi maskapai penerbangan milik negera itu setelah Brisbane sejak awal 2007.

Keputusan manajemen Garuda menutup kantornya di Darwin itu dibuat ketika Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menargetkan kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia sebanyak 480 ribu orang pada 2009.

*) My updated news for ANTARA on May 3, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity