Wednesday, May 6, 2009

AUSTRALIA LOBI INDONESIA SOAL GARUDA DARWIN

Menteri Hubungan Asia negara bagian Northern Territory (NT), Christopher Bruce Burns, akan bertemu Meneg BUMN Sofyan Djalil, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, dan Dirut Garuda, Emirsyah Satar, di Jakarta, Jumat (8/5), untuk membicarakan perihal penutupan kantor Garuda di Darwin.

"Dalam kunjungannya ke Jakarta itu, Pak Chris Burns didampingi penasehat dan beberapa pejabat NT," kata Sekretaris II Fungsi Pensosbud Konsulat RI Darwin, Arvinanto Soeriaatmadja, kepada ANTARA, Rabu, sehubungan dengan perkembangan terbaru upaya pemerintah NT mengembalikan Garuda ke negara bagian itu.

Menteri Chris Burns dan rombongan dijadwalkan tiba di Jakarta, Kamis (7/5) sedangkan pertemuan dirinya dengan meneg BUMN, menhub dan dirut Garuda yang difasilitasi Konsulat RI Darwin ini berlangsung Jumat sore (8/5), katanya.

Sebelum bertemu langsung dengan para menteri terkait di Jakarta, Chris Burns telah pun dengan Meneg BUMN Sofyan Djalil lewat telepon 22 April lalu dan menyurati Dirut Garuda Emirsyah Satar, kata Arvinanto.

Dalam pernyataan persnya pada 23 April, Chris Burns telah pun menawarkan dukungan pendanaan kerja sama pemasaran Garuda di Darwin kepada pemerintah RI dan manajemen Garuda.

Tawaran tersebut bagian dari upaya serius pemerintah NT mempertahankan kehadiran maskapai penerbangan nasional Indonesia itu di Darwin. "Saya akan melakukan apa pun untuk mengembalikan Garuda ke Darwin," katanya.

Pada intinya, pihaknya berharap pemerintah RI dan manajemen Garuda mempertimbangkan kembali keputusan tentang penghentian rute penerbangan Darwin-Denpasar yang telah ada sejak 1980 itu.

"Garuda memberikan hubungan penting antara Darwin dan Indonesia, dan pemerintah Northern Territory sedang melakukan apapun untuk melihat Garuda tetap melanjutkan layanannya (di Darwin)," katanya.

Perihal keputusan penghentian operasi Garuda Indonesia di Darwin mulai 22 April itu tidak hanya mengundang keprihatinan pemerintah NT tetapi juga banyak warga Indonesia dan Australia, serta Konsul RI Darwin, Harbangan Napitupulu.

"Terus terang, banyak warga kita yang kecewa dengan keputusan (manajemen) Garuda menghentikan penerbangan langsung Darwin-Denpasar ini. Menurut saya, sepatutnya rute penerbangan Garuda ini jangan ditutup tetapi dikurangi dari tiga kali menjadi dua kali seminggu seperti kondisi sebelum Mei 2008," katanya.

Alasan normatif penghentian operasi maskapai penerbangan nasional yang membawa simbol kenegaraan RI dari Australia Utara itu adalah "kelesuan ekonomi" walaupun maskapai penerbangan murah Australia, Jet Star dan Virgin Blue, justru menambah frekuensi penerbangannya ke Denpasar, Bali, dari kota-kota utama negara itu.

Sejak Juni 2008 hingga sebelum ada keputusan penutupan, Garuda melayani tiga kali penerbangan Darwin-Denpasar per-minggu dengan pesawat Boeing 737-400 berkapasitas 16 kursi kelas bisnis dan 117 kursi kelas ekonomi, yakni setiap Senin, Rabu, dan Jumat.

Pesawat itu berangkat dari Denpasar pada pukul 01.20 dinihari dan tiba di Darwin pada pukul 05.20 pagi (waktu Darwin). Kemudian pesawat yang sama kembali terbang ke Denpasar dari Bandar Udara Internasional Darwin pada pukul 07.30 waktu setempat.

Dengan adanya keputusan Garuda menutup operasinya di Darwin itu berarti sudah dua kota utama Australia yang tidak lagi diterbangi maskapai penerbangan milik negera itu setelah Brisbane sejak awal 2007.

Keputusan manajemen Garuda menutup kantornya di Darwin itu dibuat ketika Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI menargetkan kunjungan wisatawan Australia ke Indonesia sebanyak 480 ribu orang pada 2009.

*) My updated news for ANTARA on May 6, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity