Thursday, April 23, 2009

TUNISIA DAN TURKI SUDAH HAPUS POLIGAMI

Poligami dalam Islam sangat berat dan hanya dibolehkan bagi pria yang mampu berlaku adil kepada istri-istrinya. Di beberapa negara Islam, poligami telah pun "dibatasi". Bahkan Tunisia dan Turki sudah resmi "menghapus" poligami, kata seorang pakar hukum Islam Australia.

"Poligami dibolehkan bagi pria Muslim yang mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya. Yang bersangkutan pun harus punya alasan yang dapat diterima mengapa dia ingin menikahi lebih dari satu wanita," kata Dosen Hukum Islam Universitas Teknologi Sydney (UTS), Jamila Hussain, di Brisbane, Kamis.

Berbicara di depan puluhan akademisi, pengacara dan pengamat masalah Islam yang menghadiri diskusi terbuka tentang isu hukum di seputar kehidupan komunitas Muslim di Australia itu, ia mengatakan, beberapa negara Islam telah pun membatasi poligami. "Bahkan Tunisia dan Turki sudah resmi melarang poligami," katanya.

Jamila Hussain yang mengangkat topik bahasan "Syariah dan Hukum Keluarga Australia" dalam diskusi terbuka yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Queensland (UQ) ini mengatakan, hampir tidak ada pertentangan antara hukum Islam dan hukum keluarga Australia, kecuali aturan tentang poligami dan kawin beda agama.

Dalam masalah kawin beda agama, penulis buku "Islam Its Law and Society" (2004) ini mengatakan, perempuan Muslim tidak dibolehkan menikahi pria non-Muslim. Sebaliknya, pria Muslim dibolehkan menikahi perempuan ahlul kitab (Yahudi dan Kristen) namun tidak perempuan yang bukan dari ahlul kitab.

"Pada umumnya, kawin beda agama ini tidak disarankan karena rentan terhadap munculnya konflik keluarga di masa depan," kata Hussain dalam acara diskusi yang dipandu pakar hukum Islam UQ, Ann Black, itu.

Mengenai masalah perceraian, ia melihat hukum Australia belum mengatur perihal perceraian yang bersifat agama sehingga para wanita Muslim menghadapi beberapa kesulitan, seperti adanya masa penungguan selama setahun tanpa dukungan dan tidak memperoleh putusan cerai secara agama.

"Ada beberapa perempuan Muslim (Australia) yang bahkan tidak bisa menikah lagi. Di beberapa negara Muslim, perceraian sipil justru tidak diakui," katanya.

Acara diskusi yang menghadirkan akademisi, imam masjid, dan pengacara Muslim dan non-Muslim Australia itu juga membahas masalah migran dan pengungsi Muslim di Australia, warisan, praktek agama dan pendidikan, serta produk keuangan dan ekonomi Islam.

Para pembicara lainnya adalah Rob Lachowicz (akademisi Universitas Griffith), Rafik Sabdia (pengacara), Dr.Tariq Syed (akademisi Universitas Griffith), dan Ishaq Burney (pengacara). Di Australia, terdapat sekitar 400 ribu orang Muslim.

*) My news for ANTARA on April 23, 2009

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity