Pemerintah Negara Bagian Northern Territory (NT), Australia, Kamis, menawarkan dukungan pendanaan kerja sama pemasaran Garuda di Darwin kepada pemerintah RI dan manajemen Garuda.Tawaran tersebut disampaikan Menteri Hubungan Asia NT, Christopher Bruce Burns, sebagai bagian dari upaya serius pemerintah NT mempertahankan kehadiran Garuda di Darwin.
"Saya akan melakukan apa pun untuk mengembalikan Garuda ke Darwin," katanya dalam pernyataan persnya menanggapi penutupan rute penerbangan langsung Denpasar-Darwin PP Garuda sejak 22 April 2009.
Menurut Burns yang juga menteri urusan bisnis, pariwisata, perdagangan dan dukungan pertahanan NT ini, dia pribadi telah pun melakukan pendekatan resmi langsung kepada para pejabat terkait pemerintah RI dan manajemen Garuda berkaitan dengan masalah Garuda di Darwin.
Di antara para pejabat yang telah diajaknya bicara adalah Meneg BUMN Sofyan Djalil, Konsul RI di Darwin Harbangan Napitupulu, dan Manajer Umum Garuda Indonesia di Darwin, Syahrul Tahir. Dia juga telah menyurati Dirut Garuda Emirsyah Satar.
Pada intinya, pihaknya berharap pemerintah RI dan manajemen Garuda mempertimbangkan kembali keputusan tentang penghentian rute penerbangan Darwin-Denpasar yang telah ada sejak 1980 itu.
"Garuda memberikan hubungan penting antara Darwin dan Indonesia, dan pemerintah Northern Territory sedang melakukan apapun untuk melihat Garuda tetap melanjutkan layanannya (di Darwin)," katanya.
"Kemarin (Rabu), saya sudah menghubungi Menteri (Sofyan) Djalil dan saya akan menemui beliau di Indonesia setelah masa persidangan parlemen usai. Saya juga akan bertemu Pak Emirsyah Satar," kata Burns.
Sebelumnya, Sekretaris II Fungsi Pensosbud Konsulat RI Darwin, Arvinanto Soeriaatmadja, mengatakan, penutupan rute penerbangan Garuda ke Darwin itu disayangkan banyak warga Australia dan Indonesia di kota itu.
Mereka melayangkan surat-surat pembaca ke Suratkabar "NT News" yang pada intinya mengharapkan Garuda tetap mempertahankan rute Darwin-Denpasar.
"Di antara yang menyayangkan penutupan itu adalah mereka yang sudah selama sepuluh tahun biasa naik Garuda saat ke Indonesia," kata Arvinanto.
Mereka melihat faktor "kelesuan ekonomi" sepatutnya tidak dijadikan alasan menghapus rute penerbangan Garuda Indonesia ke Darwin karena kondisi ekonomi yang dalam tiga atau empat bulan terakhir memengaruhi kinerja Garuda juga dialami oleh maskapai-maskapai penerbangan lain di kota terbesar di Australia Utara itu.
"Bahkan maskapai penerbangan Qantas sendiri terpaksa merumahkan ribuan orang karyawannya, termasuk pilot akibat kelesuan ekonomi ini," katanya.
Direktur Promosi Luar Negeri Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) I Gde Pitana, juga menyayangkan keputusan manajemen Garuda menutup rute penerbangan Darwin-Denpasar karena kontra-produktif bagi upaya gencar Indonesia menarik kunjungan 480 ribu turis Australia tahun ini.
"Sangat disayangkan jika memang ada keputusan penutupan itu karena kita sedang gencar menggarap pasar Australia," katanya saat ditemui ANTARA di sela acara misi penjualan (sales mission) pariwisata Indonesia bertajuk "Bali and Beyond" di Hotel Hilton Brisbane, 16 April lalu.
Bertolak belakang
Keputusan manajemen Garuda Indonesia di Jakarta itu bertolak-belakang dengan semangat besar dua maskapai penerbangan Australia dalam menambah frekuensi penerbangan langsung mereka ke Denpasar, Bali, dari berbagai kota utama di negara itu karena tuntutan pasar yang besar, katanya.
Menurut Pitana, sebaiknya manajemen Garuda tidak langsung menutup tetapi mengurangi frekuensi penerbangan Darwin-Denpasar karena faktor aksesabilitas dan komponen penerbangan yang "sangat tinggi" dalam pengeluaran setiap turis asing yang berkunjung merupakan dua hal yang sepatutnya dilihat.
Perihal keputusan penghentian operasi Garuda Indonesia di Darwin mulai 22 April itu sebelumnya juga telah mengundang keprihatinan banyak warga Indonesia dan Konsul RI Darwin, Harbangan Napitupulu.
"Terus terang, banyak warga kita yang kecewa dengan keputusan (manajemen) Garuda menghentikan penerbangan langsung Darwin-Denpasar ini. Menurut saya, sepatutnya rute penerbangan Garuda ini jangan ditutup tetapi dikurangi dari tiga kali menjadi dua kali seminggu seperti kondisi sebelum Mei 2008," katanya.
Alasan normatif penghentian operasi maskapai penerbangan nasional yang membawa simbol kenegaraan RI dari Australia Utara itu adalah "kelesuan ekonomi" walaupun maskapai penerbangan murah Australia, Jet Star dan Virgin Blue, justru menambah frekuensi penerbangannya ke Denpasar, Bali, dari kota-kota utama negara itu.
Sejak Juni 2008 hingga sebelum ada keputusan penutupan, Garuda melayani tiga kali penerbangan Darwin-Denpasar per-minggu dengan pesawat Boeing 737-400 berkapasitas 16 kursi kelas bisnis dan 117 kursi kelas ekonomi, yakni setiap Senin, Rabu, dan Jumat.
Pesawat itu berangkat dari Denpasar pada pukul 01.20 dinihari dan tiba di Darwin pada pukul 05.20 pagi (waktu Darwin). Kemudian pesawat yang sama kembali terbang ke Denpasar dari Bandar Udara Internasional Darwin pada pukul 07.30 waktu setempat.
Dengan adanya keputusan Garuda menutup operasinya di Darwin itu berarti sudah dua kota utama Australia yang tidak lagi diterbangi maskapai penerbangan milik negera itu setelah Brisbane sejak awal 2007.
*) My news for ANTARA on April 23, 2009

No comments:
Post a Comment