Monday, April 27, 2009

AUSTRALIA RAWAT INTENSIF WNI KORBAN "LEDAKAN"

Mohamad Tahir, awak perahu pengangkut 47 orang pencari suaka asal Afghanistan yang meledak di perairan Australia 16 April lalu, masih dirawat secara intensif di Rumah Sakit Royal Perth, Australia Barat, karena luka bakar serius di bagian muka, tangan dan kakinya.

"Mohamad Tahir sedang dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Royal Perth karena luka bakar serius di bagian muka, tangan dan kaki yang dideritanya namun kondisinya stabil setelah menjalani operasi pekan lalu," kata Konsul Fungsi Pensosbud Konsulat RI di Perth, Ricky Suhendar, kepada ANTARA, Senin.

Ia mengatakan, otoritas terkait Australia tetap memberi akses kepada Konsulat RI Perth untuk kepentingan pemberian bantuan kekonsuleran kepada pria asal Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, ini.

"Kita tetap diberi akses kekonsuleran oleh pihak Australia," kata Ricky.

Dalam insiden ledakan di atas perahu berpenumpang 47 orang pencari suaka 16 April pagi itu, seorang warga Indonesia lainnya juga terluka. Berdasarkan informasi Konsulat RI Darwin yang diterima ANTARA sebelumnya, WNI itu bernama Beni (17) asal Bone, Sulawesi Selatan.

Berbeda dengan Mohamad Tahir yang dirawat di Perth, Beni dan enam orang korban ledakan lainnya kini dirawat di unit perawatan luka bakar Rumah Sakit Royal Brisbane. Sebelumnya Beni sempat dirawat di Rumah Sakit Royal Darwin.

Dalam insiden 16 April pagi itu, lima orang pencari suaka dilaporkan tewas dan puluhan lainnya terluka.

Kapal kayu itu ditangkap kapal perang Australia, HMAS Albany, sekitar dua mil dari Pulau Karang Ashmore pada 14 April namun dan insiden "ledakan" terjadi ketika HMAS Albany memandu perahu itu menuju Pulau Christmas, Australia Barat, 16 April pagi.

Kapal kayu ini merupakan kapal pengangkut migran gelap keenam yang ditangkap di perairan Australia. Pada 8 April lalu, sebuah kapal berpenumpang 45 orang warga asing juga tiba di Pulau Christmas.

Kubu oposisi Australia menuding kebijakan pemerintah federal yang lemah sebagai akar masalah namun Perdana Menteri Kevin Rudd justru melihat "faktor-faktor keamanan global" sebagai pendorong munculnya kasus-kasus baru para pencari suaka ke Australia.

Di era pemerintahan PM John Howard, Australia menerapkan kebijakan "Solusi Pasifik", yakni para pencari suaka yang tertangkap di perairan negara itu dikirim ke Nauru.

Kebijakan ini kemudian dihapus pemerintahan PM Rudd dengan sepenuhnya memberdayakan keberadaan pusat penahanan imigrasi di Pulau Christmas.

Dalam banyak kasus kedatangan perahu-perahu penyelundup manusia ke Australia sejak 29 September 2008, sudah 23 warga Indonesia yang ditahan di Penjara Hakea Perth, Australia Barat.

Selama 2008, ada tujuh perahu berpenumpang ratusan pencari suaka yang masuk perairan Australia. Serbuan perahu-perahu penyelundup pencari suaka asing ke negara itu terus berlangsung. Dalam empat bulan pertama 2009, setidaknya sudah ada tujuh kapal kayu berpenumpang pencari suaka yang ditahan.

Kasus terakhir adalah perahu berpenumpang 32 orang pencari suaka asal Sri Lanka yang berhasil ditangkap kapal AL Australia sekitar 47 mil laut baratdaya Pulau Barrow, Australia Barat, 22 April 2009.

*) My updated news for ANTARA on April 27, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity