
Departemen Pertahanan Australia di Canberra, Rabu, menyebutkan, ketiga tentara yang terluka dalam insiden yang terjadi pada saat mereka melakukan patroli keamanan rutin itu kini dirawat di fasilitas medis di Tarin Kowt. Satu di antaranya mengalami luka yang cukup serius sehingga harus dioperasi.
Dalam insiden yang terjadi berselang beberapa hari setelah gugurnya dua orang tentara Australia dalam misi di Afghanistan itu, seorang tenaga penerjemah yang ikut dalam patroli keamanan juga terluka.
Dalam perkembangan lain, PM Rudd sudah bertemu dengan Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih. Dalam pertemuan itu, kedua pemimpin dilaporkan sempat menyinggung isu Afghanistan, krisis ekonomi global dan pemanasan global.
Sehari sebelum pertemuannya dengan Presiden Obama di Gedung Putih itu, Rudd menegaskan pihaknya tidak memberikan "cek kosong" berkaitan dengan komitmen keterlibatan Angkatan Bersenjata Australia (ADF) di Afghanistan.
"Sejak menjadi perdana menteri, saya sudah berulang kali mengatakan bahwa komitmen Australia bukanlah sebuah cek kosong," katanya.
Namun pemerintah Australia memandang keterlibatan pasukannya di Afghanistan penting karena orang-orang yang bertanggungjawab terhadap tewasnya seratusan orang warga Australia dalam sejumlah serangan teroris di seluruh dunia dilatih di Afghanistan, katanya.
Berkaitan dengan semakin menurunnya dukungan rakyat Australia pada keterlibatan pasukan negaranya di Afghanistan menyusul bertambahnya jumlah personil ADF yang gugur dalam tugas, PM Rudd mengatakan, ia memahami benar keprihatinan rakyatnya terhadap perang dan arah perang ini di masa depan.
"Presiden Obama juga punya keprihatinan yang sama. Karenanya kami bekerja sama untuk itu," katanya.
Sejak terlibat dalam misi militer di Afghanistan tahun 2001, Australia sudah kehilangan sepuluh orang tentaranya. Presiden Obama sendiri sudah berencana menambah jumlah pasukannya di Afghanistan.
Australia kini menempatkan sekitar 1.100 orang tentaranya di Afghanistan untuk mendukung upaya Amerika menumpas kelompok Taliban dan Al Qaida pimpinan Osama bin Laden yang diyakini Gedung Putih sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap insiden 11 September 2001.
*) My news for ANTARA on March 25, 2009
No comments:
Post a Comment