Masyarakat Batak yang tergabung dalam "Bona Pasogit" Sydney mengumpulkan sumbangan senilai seribu dolar Australia (sekitar Rp7,5 juta) untuk meringankan beban keluarga mendiang Tonni Musa Sirait, perantau asal Toba Samosir yang meninggal dunia di tempat kerjanya 22 Februari lalu."Pak Gorlap Simanjuntak, pimpinan Bona Pasogit Sydney, sudah mengabarkan kepada saya bahwa dana sumbangan sebesar seribu dolar itu akan dikirim ke pihak keluarga di Jakarta. ," kata Sekretaris I/Konsul Fungsi Kekonsuleran KJRI Sydney, Edy Wardoyo, kepada ANTARA, Selasa.
Pihaknya berharap sumbangan itu dapat meringankan biaya pengiriman jenazah Tonni dari Jakarta ke Medan hingga Toba Samosir, katanya.
Ungkapan empati kepada mendiang Tonni tidak hanya ditunjukkan oleh komunitas Batak di Sydney tetapi juga oleh manajer dan pelanggan Restoran Vamps tempatnya bekerja hingga akhir hayatnya.
Edy mengatakan, mendiang Tonni dikenal majikannya sebagai seorang pekerja yang baik dan dekat dengan banyak pelanggan restoran tempatnya bekerja. "Menurut manajer restoran, banyak sekali pelanggan merasa kehilangan Tonni dan terkejut mendengar kabar meninggalnya Tonni Alexander."
Mereka menunjukkan empatinya dengan mengirim bunga ke restoran dimana Tonni terakhir bekerja, katanya mengutip pengakuan manajer restoran Vamps.
"Selain dikenal ramah, Tonni yang kerap dipanggil Tonni Alexander ini juga disenangi karena dia pandai berbahasa Jepang. Manajer Restoran Vamps mengatakan, pihaknya mau mengumpulkan sedikit uang sebagai ungkapan solidaritas dan rasa kehilangan," katanya.
Di mata pemilik apartemen tempatnya menyewa, Tonni Musa Sirait juga dianggap orang Indonesia yang berprilaku baik, katanya.
Mengenai sebab-sebab kematian Tonni, Edy mengatakan, Pengadilan Koroner Sydney belum bisa memastikan sebab-sebab kematiannya namun kesimpulan utama pihak medis adalah "tidak ada tanda kekerasan dan tidak pula ditemukan sakit menularseperti TBC, cacar, dan antraks."
"Kemungkinan besar mendiang Tonni meninggal karena serangan jantung tapi pihak Pengadilan Koroner memerlukan waktu lama untuk bisa memastikan penyebab meninggalnya," kata Edy.
Sementara itu, jenazah Tonni akan diterbangkan dengan pesawat Garuda (GA-715) dari Sydney ke Jakarta, Rabu (18/3). "Insya Allah jenazahnya tiba di Jakarta Rabu sore," katanya.
Berdasarkan hasil pembicaraannya dengan pihak keluarga, jenazah Tonni akan langsung diterbangkan dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta ke Bandara Polonia Medan untuk kemudian dibawa dengan mobil ke kampung halaman mendiang di Toba Samosir untuk dimakamkan, katanya.
"Kami sudah berhubungan dengan pihak keluarga tentang pengaturan pengiriman jenazah dari Sydney-Jakarta-Medan dan Toba Samosir," katanya.
Jenazah perantau asal Toba Samosir yang telah bermukim di Australia sejak 1994 dengan hanya berbekal visa berkunjung tiga bulan itu sempat bersemayam di kamar mayar Pengadilan Koroner Sydney selama dua pekan. Namun jenazahnya akhirnya dapat dipulangkan setelah terkumpul biaya pengurusan dan pengiriman jenazah.
Edy mengatakan, total dana yang dibutuhkan sebesar 3.000 dolar Australia untuk ongkos "funeral service" (perusahaan pelayanan pemakaman-red.) dan 1.000 dolar untuk membiayai pengiriman jenazah (kargo).
Pemuda Tapanuli Utara kelahiran 17 Juni 1965 ini meninggal di tempat kerjanya 22 Februari namun polisi negara bagian New South Wales (NSW) baru memberitahu KJRI Sydney 6 Maret lalu.
Hingga akhir hayatnya, Tonni Musa Sirait bekerja apa saja untuk bisa bertahan hidup, termasuk menjadi pelayan honorer di sejumlah restoran dan kafe di kawasan Paddington.
*) My news for ANTARA on March 17, 2009

No comments:
Post a Comment