Artis dan presenter kondang, Dik Doank, yang memeriahkan acara "Bincang-Bincang Cerdas Pemilu 2009" Konsulat Jenderal RI Sydney, Sabtu, memimpin pemanjatan doa bagi para korban bencana jebolnya tanggul Situ Gintung Ciputat, Tangerang, yang menewaskan sedikitnya 73 orang."Doa kita bagi para korban Situ Gintung," kata artis dengan nama lengkap Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denda Kusuma ini sebelum menghibur puluhan warga Indonesia yang hadir di acara yang menampilkan pembicara utama, pakar politik UI Eep Saefulloh Fatah dan mantan Rektor UGM Prof.Ichlasul Amal itu.
Seruan Dik Doank agar warga Muslim membacakan surat Al Fatihah dan non-Muslim memanjatkan doa bagi para korban sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu diikuti seluruh hadirin. Beberapa saat, suasana hening menyelimuti ruang kampus Universitas New South Wales (UNSW) tempat berlangsungnya acara.
Dalam acara yang diselingi hiburan band dari sekelompok anak muda Indonesia di Sydney itu, Dik Doank berpesan kepada seluruh warga Indonesia untuk tidak "golput" dalam Pemilu legislatif 9 April dan Pemilu Pemilihan Presiden (Pilpres) Juli mendatang.
"Malu kalau nggak nyontreng (mencentang)," katanya dalam pesannya di sela menyanyikan lagu Iwan Fals berjudul "Surat Buat Wakil Rakyat" yang pernah populer tahun 1987 itu.
Sementara itu, dalam pemaparannya, Eep Saefulloh Fatah menyinggung fakta bahwa Indonesia kini menjadi negara "demokrasi elektoral" yang sangat sibuk dalam lima tahun terakhir namun tanda-tanda "Keletihan berdemokrasi" mulai merasuki rakyat sehingga mereka sulit didorong untuk antusias menyambut Pemilu 2009.
Namun, sistim demokrasi tetaplah sebuah pilihan yang tepat bagi bangsa Indonesia kendati kamampuan manajemen demokratisasi di negara ini masih berjalan tertatih-tatih.
Eep melihat kebebasan, kompetisi dan partisipasi yang dinikmati rakyat Indonesia sejak era reformasi hanya ada dalam sistim demokrasi dan bukan sistim otoriter dan totaliter.
Karena itu, perbaikan terhadap kondisi demokrasi yang ada saat ini merupakan tugas bersama seluruh elemen bangsa. Selain itu, Eep juga mengingatkan bahwa biaya demokrasi yang mahal bukan alasan bagi rakyat Indonesia untuk berpindah ke sistim lain. Namun ia mendorong terselenggaranya pemilu yang efisien di Indonesia.
Acara yang dihadiri Konsul Jenderal RI di Sydney, Sudaryomo Hartosudarmo, Andi Nurpati (KPU), Edi Poerwana dari Pokja Pemilu Luar Negeri Deplu RI, serta segenap tokoh masyarakat dan pemuda Indonesia itu merupakan rangkaian kegiatan "voters education" (pendidikan pemilih) KJRI Sydney.
*) My news for ANTARA on March 28, 2009

No comments:
Post a Comment