Pemerintah Indonesia dan Australia sepakat mendorong suksesnya konferensi perubahan iklim yang akan diselenggarakan di Kopenhagen, Denmark, akhir 2009."Di tingkat internasional, kita (Indonesia dan Australia-red.) akan terus bergandengan tangan untuk menyukseskan pertemuan Kopenhagen," kata Meneg Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar di Brisbane, Senin.
Pertemuan Kopenhagen itu merupakan bagian dari rangkaian konferensi perubahan iklim internasional sejak di Bali yang menghasilkan "Peta Jalan Bali" Desember 2007, Poznan (Desember 2008), dan Bonn, Jerman (Maret 2009).
Tekad bersama itu merupakan salah satu poin penting pertemuan bilateralnya dengan Menteri Perubahan Iklim Australia, Penny Wong, di Sydney 20 Februari lalu, katanya.
Kepada ANTARA yang menemuinya seusai ia menyampaikan kuliah umum di depan anggota civitas akademika Universitas Griffith (GU) di "Eco Center" kampus Nathan, Rachmat mengatakan, kerja sama kedua negara dalam merespons isu-isu perubahan iklim di tingkat bilateral juga sangat erat.
"Kita juga sepakat untuk lebih meningkatkan kemitraan bilateral kita di bidang (pemeliharaan) hutan dan 'carbon trading' (perdagangan karbon)," kata Rachmat.
Sementara itu, dalam kuliah umumnya di depan puluhan mahasiswa dan dosen GU, ia memaparkan sejumlah kemajuan yang dicapai sejak Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) di Bali Desember 2007.
Sejumlah isu yang telah disepakati adalah mitigasi, adaptasi, transfer teknologi, dan pendanaan, katanya.
Rachmat menggarisbawahi tiga pelajaran yang perlu diambil dari fenomena perubahan iklim, yakni masalahnya tidak dapat diubah, ancamannya bersifat global, dan dampaknya bersifat "non linier".
"Makna dari dampaknya yang bersifat non-linier itu adalah peristiwa perubahan iklim tidak dapat diamati dari satu kejadian saja," katanya.
Setelah memberikan kuliah umum, didampingi beberapa pejabat GU dan Konsul Jenderal RI di Sydney, Sudaryomo Hartosudarmo, Rachmat meresmikan Pusat Keunggulan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia GU.
Senin pagi, Meneg Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar sempat menggelar dialog terbuka dengan komunitas mahasiswa Indonesia di Brisbane.
Ia berada di Australia sejak 20 Februari guna mengadakan pertemuan bilateral dengan para menteri lingkungan hidup dan perubahan iklim Australia sekaligus menghadiri Konferensi Hubungan Indonesia-Australia di Sydney.
*) My news for ANTARA on Feb 23, 2009

No comments:
Post a Comment