Menteri Luar Negeri Nur Hassan Wirajuda mengatakan lahirnya Indonesianis (ahli Indonesia) baru di Australia dan bertambahnya jumlah Australianis (ahli Australia) di Indonesia mutlak diperlukan untuk mendukung pencerahan publik secara proporsional tentang isu-isu hubungan kedua negara."Kita harus mengembangkan program-program yang mendukung peningkatan jumlah Indonesianis di Australia yang cenderung menurun dan jumlah Australianis di Indonesia yang masih sedikit ini," kata Menlu Wirajuda dalam pidatonya di depan sesi pembukaan Konferensi Hubungan Indonesia-Australia di Sydney, Jumat.
Program-program peningkatan jumlah para ahli tentang Indonesia dan Australia di kedua negara itu harus dirumuskan dan dilaksanakan guna mendukung era baru hubungan bilateral tidak hanya di tingkat pemerintah tetapi juga di tingkat rakyat, katanya.
"Rakyat Australia dan Indonesia adalah pemilik bersama hubungan ini dan saya gembira mereka ini terwakili oleh para pemimpin masyarakat madani dan perorangan yang berasal dari beragam profesi," kata Menlu Hassan Wirajuda.
Bagi Indonesia, jumlah pelajar dan mahasiswanya di Australia yang kini mencapai 19 ribu orang akan ditambah beberapa ribu orang lagi dan masuknya bahasa dan budaya Indonesia sebagai bagian dari program peningkatan studi-studi Asia di sekolah-sekolah Australia patut disambut baik, katanya.
Sebaliknya, Indonesia juga sedang mencari jalan bagaimana meningkatkan keberadaan program-program studi Australia di Indonesia, kata Menlu Wirajuda.
Sebelumnya, dalam pidatonya di forum yang sama, Menlu Australia Stephen Smith juga menggarisbawahi peran bidang pendidikan dalam penguatan fondasi hubungan kedua negara.
Ia menjelaskan pengalaman pribadinya yang mengesankan saat berada di tengah para murid salah satu sekolah yang dibangun dari program bantuan pemerintah Australia di kawasan timur Indonesia dalam kunjungannya tahun lalu.
Menlu Hassan Wirajuda juga sempat mengunjungi bekas sekolah Menlu Stephen Smith di Perth Februari 2008. Di sekolah itu, Menlu Hassan Wirajuda sempat berdialog dengan sejumlah murid Australia yang belajar bahasa Indonesia, kata Menlu Smith.
Para pelajar itu adalah dutabesar bagi penguatan hubungan kedua negara. Dalam hal ini, Menlu Smith mengatakan pihaknya berkeinginan melihat lebih banyak anak-anak muda Australia yang belajar di Indonesia dan menjadi Indonesianis.
"Kami memerlukan lebih banyak anak-anak muda Australia belajar di Indonesia dan anak-anak muda yang ingin menjadi Indonesianis. Ini adalah salah satu bidang yang saya beri perhatian khusus. Tentu masih banyak lagi bidang-bidang lain yang dapat memajukan hubungan kedua negara," katanya.
Konferensi bertema "Mitra-Mitra di Era Baru" itu berlangsung hingga Sabtu diikuti sekitar 140 orang anggota delegasi dari kedua negara.
Mereka berasal dari berbagai latar belakang profesi, seperti pengusaha, pegiat lingkungan hidup, masyarakat madani, akademisi dan peneliti, anggota parlemen, pejabat pemerintah dan pekerja media.
Di antara mereka yang hadir adalah para eksekutif senior perusahaan-perusahaan besar kedua negara seperti Rio Tinto, BHP, Leightons, Thiess, Santos, ANZ, Commonwealth Bank, Deacons, Corrs, Allens, Kelompok Wings, Petrolog, SCTV, Indomobil, Sinar Mas Grup, dan PT Jababeka.
Dari kalangan pejabat pemerintah, peneliti, tokoh masyarakat, dan pegiat lembaga kajian, hadir Ketua Lembaga Kajian Lowy, Allan Gyngell, Greg Fealy (Indonesianis ANU), Din Syamsuddin (Muhammadiyah), Yenny Wahid, Khofifah Indar Parawangsa, Andrew MacIntyre (ANU) dan Greg Barton (Universitas Monash).
*) My news for ANTARA on Feb 20, 2009

No comments:
Post a Comment