Saturday, February 21, 2009

AKAR SEMUA KONFLIK DUNIA BERSEMAYAM DALAM DIRI MANUSIA

Konflik dan peperangan yang mewarnai kehidupan umat manusia di dunia hingga saat ini sesungguhnya berakar dari pertarungan antara nilai-nilai baik dan kebiasaan-kebiasaan buruk dalam diri manusia itu sendiri, kata tokoh terkemuka agama Buddha dunia, Master Chin Kung.

"Akar sesungguhnya dari konflik adalah pertarungan antara nilai sejati kebaikan dan kebiasaan negatif seperti fikiran dan pandangan buruk dalam diri kita sendiri," katanya dalam pidatonya di depan ratusan peserta KTT "Antar-Iman" (Interfaith Summit) yang berlangsung di Brisbane, Rabu.

Dalam konteks ini, pemimpin "Pure Land Learning College" Australia itu percaya sepenuhnya pada peran kerja sama antartokoh dan penganut agama-agama di dunia dalam proses penyelesaian konflik dunia.

Caranya adalah setiap negara, setiap kelompok etnis, setiap partai politik dan faksi, dan setiap kelompok penganut agama memperluas wawasan dan horizon berfikir mereka, hidup berdampingan secara damai, mengedepankan persamaan dan menepikan perbedaan, dan menerapkan azas persamaan dan keadilan, katanya.

"Semua ini memang tidak mudah dicapai, tapi kalau kita memulai upaya ini dari membangun kerja sama antarpenganut agama, hal itu pasti bisa dicapai," kata Master Chin Kung.

Ia mengatakan, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pernah bertanya kepadanya sekitar empat tahun lalu tentang "apakah akan ada perdamaian di muka bumi" dan ia menjawab pertanyaan Mahathir itu dengan mengutarakan cara praktis di atas.

Untuk membangun harmoni dan kehidupan yang damai antarpenganut agama dan keyakinan yang berbeda, Master Chin Kung lebih lanjut mengatakan, kegiatan mempelajari teks agamanya sendiri dan agama-agama lain adalah cara yang baik guna membangun pemahaman.

Ia juga memandang penting kehadiran apa yang disebutnya "universitas agama-agama" untuk mencetak para akademisi dan guru-guru yang tidak hanya memahami secara mendalam nilai-nilai ajaran agamanya tetapi juga belajar dan memahami nilai-nilai ajaran agama-agama lain.

"Saya dengan tulus berharap Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun pemerintah setiap negara mendirikan satu universitas semacam ini... dan saya berharap setiap orang yang hadir di sini (KTT) mendorong Perdana Menteri Australia Kevin Rudd menjadi orang pertama yang membangun universitas global agama ataupun universitas multikultural sehingga Australia memimpin dunia menuju perdamaian dan stabilitas, serta menjadi contoh terbaik negara-negara lain," katanya.

Konferensi tingkat tinggi Antar-Iman yang diselenggarakan Pusat Multi-Keyakinan Universitas Griffith bersama
Pure Land Learning College hingga 21 Februari itu menghadirkan puluhan tokoh lintas agama.

Beberapa di antaranya adalah mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid, tokoh gereja Anglikan Australia Phillip Aspinall, Wakil Presiden Federasi Dewan Buddha Australia Mohini Gunesekera, Sekretaris Dewan Hindu Australia Vijai Singhal, Tom Calma (Komisi HAM Australia), Felix Machado (Keuskupan Nashik, India), Jeremy Jones (Dewan Eksekutif Yahudi Australia), Yi Thon (Dewan Antar-Iman Kamboja), dan Dr Loreta Castro (Pusat Pendidikan Perdamaian Filipina).

Dari KTT itu, para peserta diharapkan menemukan titik temu nilai dan prinsip dari agama-agama yang ada dan merumuskan usul kebijakan di tingkat lokal, nasional, dan regional bagi mendorong upaya mewujudkan perdamaian dan harmoni di Australia dan hubungan Australia dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Berbagai poin penting yang dihasilkan para peserta melalui diskusi-diskusi mereka akan dituangkan ke dalam Deklarasi Brisbane.

*) My news for ANTARA on Feb 18, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity