Konflik dan peperangan yang mewarnai kehidupan umat manusia di dunia hingga saat ini sesungguhnya berakar dari pertarungan antara nilai-nilai baik dan kebiasaan-kebiasaan buruk dalam diri manusia itu sendiri, kata tokoh terkemuka agama Buddha dunia, Master Chin Kung."Akar sesungguhnya dari konflik adalah pertarungan antara nilai sejati kebaikan dan kebiasaan negatif seperti fikiran dan pandangan buruk dalam diri kita sendiri," katanya dalam pidatonya di depan ratusan peserta KTT "Antar-Iman" (Interfaith Summit) yang berlangsung di Brisbane, Rabu.
Dalam konteks ini, pemimpin "Pure Land Learning College" Australia itu percaya sepenuhnya pada peran kerja sama antartokoh dan penganut agama-agama di dunia dalam proses penyelesaian konflik dunia.
Caranya adalah setiap negara, setiap kelompok etnis, setiap partai politik dan faksi, dan setiap kelompok penganut agama memperluas wawasan dan horizon berfikir mereka, hidup berdampingan secara damai, mengedepankan persamaan dan menepikan perbedaan, dan menerapkan azas persamaan dan keadilan, katanya.
"Semua ini memang tidak mudah dicapai, tapi kalau kita memulai upaya ini dari membangun kerja sama antarpenganut agama, hal itu pasti bisa dicapai," kata Master Chin Kung.
Ia mengatakan, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pernah bertanya kepadanya sekitar empat tahun lalu tentang "apakah akan ada perdamaian di muka bumi" dan ia menjawab pertanyaan Mahathir itu dengan mengutarakan cara praktis di atas.
Untuk membangun harmoni dan kehidupan yang damai antarpenganut agama dan keyakinan yang berbeda, Master Chin Kung lebih lanjut mengatakan, kegiatan mempelajari teks agamanya sendiri dan agama-agama lain adalah cara yang baik guna membangun pemahaman.
Ia juga memandang penting kehadiran apa yang disebutnya "universitas agama-agama" untuk mencetak para akademisi dan guru-guru yang tidak hanya memahami secara mendalam nilai-nilai ajaran agamanya tetapi juga belajar dan memahami nilai-nilai ajaran agama-agama lain.
"Saya dengan tulus berharap Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun pemerintah setiap negara mendirikan satu universitas semacam ini... dan saya berharap setiap orang yang hadir di sini (KTT) mendorong Perdana Menteri Australia Kevin Rudd menjadi orang pertama yang membangun universitas global agama ataupun universitas multikultural sehingga Australia memimpin dunia menuju perdamaian dan stabilitas, serta menjadi contoh terbaik negara-negara lain," katanya.
Konferensi tingkat tinggi Antar-Iman yang diselenggarakan Pusat Multi-Keyakinan Universitas Griffith bersama
Pure Land Learning College hingga 21 Februari itu menghadirkan puluhan tokoh lintas agama.
Beberapa di antaranya adalah mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid, tokoh gereja Anglikan Australia Phillip Aspinall, Wakil Presiden Federasi Dewan Buddha Australia Mohini Gunesekera, Sekretaris Dewan Hindu Australia Vijai Singhal, Tom Calma (Komisi HAM Australia), Felix Machado (Keuskupan Nashik, India), Jeremy Jones (Dewan Eksekutif Yahudi Australia), Yi Thon (Dewan Antar-Iman Kamboja), dan Dr Loreta Castro (Pusat Pendidikan Perdamaian Filipina).
Dari KTT itu, para peserta diharapkan menemukan titik temu nilai dan prinsip dari agama-agama yang ada dan merumuskan usul kebijakan di tingkat lokal, nasional, dan regional bagi mendorong upaya mewujudkan perdamaian dan harmoni di Australia dan hubungan Australia dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
*) My news for ANTARA on Feb 18, 2009

No comments:
Post a Comment