Tuesday, February 17, 2009

KTT ANTAR-IMAN DIBUKA DENGAN DOA BAGI KORBAN KEBAKARAN AUSTRALIA

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Antar-Iman se-kawasan Asia Pasifik yang turut dihadiri mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid dibuka di Aula Kota Brisbane, Rabu pagi, dengan pemanjatan doa khusus selama satu menit bagi para korban bencana kebakaran semak belukar di negara bagian Victoria.

Setelah doa khusus bagi para korban bencana yang telah menewaskan sedikitnya 200 orang warga dan seorang anggota pemadam kebakaran yang bertugas itu, sembilan tokoh dari sembilan agama dan keyakinan dunia menyampaikan doa dalam bahasa agama masing-masing.

Ke-sembilan tokoh agama itu adalah Ervad Percy Naval Khambatta yang mewakili komunitas Zoroaster, Pundit Sanat Pandey (Hindu), Rabb Moshe Serebryanski (Yahudi), Master Teo Chai Ngoh (Tao), Ven W Ling (Buddha), Marian Free (Kristen), Syeh Moez Ben Nafti (Islam), Gianni Kuldeep Singh (Sikh),dan Nancy Kent (Baha'i).

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid dan mantan Ibu Negara Sinta Nuriyah Wahid berada di barisan depan dalam KTT yang diikuti lebih dari 300 orang peserta dari Indonesia, China, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Sri Lanka, Fiji, Selandia Baru, Singapura, Malaysia, dan Australia sebagai tuan rumah itu.

Para tokoh dari sembilan agama dan kepercayaan itu dalam doa dan sambutan singkatnya menyuarakan pentingnya para penganut beragam agama senantiasa mengedepankan keadilan, cinta kasih, dan penghargaan pada kemanusiaan serta penanggalan pada kecongkakan diri dalam pergaulan di masyarakat dan antarbangsa.

Seruan yang sama juga disampaikan Pimpinan Pure Land Learning College, Master Chin Kung dalam pidato kuncinya pada sesi pembukaan KTT tersebut.

Master Chin Kung mengingatkan para peserta KTT bahwa akar penyebab konflik dan berbagai persoalan pelik dunia saat ini sejatinya berada di dalam manusia itu sendiri.

Ia mengatakan, terjadi pertarungan yang terus menerus antara kebaikan dan hawa nafsu yang mengedepankan keuntungan pribadi dalam diri manusia.

Sementara itu, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Direktur Pusat Multi-Keyakinan Universitas Griffith (GU) Prof. Toh Swee-Hin, Perdana Menteri Australia Kevin Rudd mengatakan, dialog antar-iman memberikan sumbangan besar bagi terbangunnya pemahaman antarpenganut agama dan keyakinan di dunia.

"Semua agama besar di dunia memiliki pandangan yang sama tentang apa yang benar dan apa yang salah, serta apa itu keadilan," kata PM Rudd.

Mantan presiden RI Abdurrahman Wahid yang akrab disapa "Gus Dur" tampil dalam sesi panel pertama yang mengupas tentang peran agama-agama dalam membangun perdamaian dan harmoni di Australia dan kawasan Asia Pasifik.

Gus Dur tampil bersama tokoh Katolik Australia, Phillip Aspinall, Wakil Presiden Federasi Dewan Buddha Australia, Mohini Gunesekera, dan Sekretaris Dewan Hindu Australia, Vijai Singhal.

Selain Gus Dur, konferensi yang diselenggarakan bersama oleh Pusat Multi-Keyakinan Universitas Griffith dan Pure Land Learning College dengan mengangkat tema "Satu Kemanusiaan, Beragam Keyakinan" itu juga menghadirkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin.

KTT itu juga menghadirkan banyak tokoh lain, seperti Prof.James Haire dari Pusat Kristen dan Budaya Australia, Tom Calma (Komisi HAM Australia), Felix Machado (Keuskupan Nashik, India), Jeremy Jones (Dewan Eksekutif Yahudi Australia), Yi Thon (Dewan Antar-Iman Kamboja), dan Dr.Loreta Castro (Pusat Pendidikan Perdamaian Filipina).

Dari KTT itu, para peserta diharapkan menemukan titik temu nilai dan prinsip dari agama-agama yang ada dan merumuskan usul kebijakan di tingkat lokal, nasional, dan regional bagi mendorong upaya mewujudkan perdamaian dan harmoni di Australia dan hubungan Australia dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Selain Gus Dur dan istri, delegasi RI dalam KTT ini juga diperkuat oleh sejumlah tokoh yang mewakili beragam agama di Tanah Air. Mereka adalah Abdul Fatah Muchit (Depag RI), Dr.Tjahjadi Nugraha Damaris, MA, Bingky Irawan Po, Dewa Ketut Suratnaya, Hermawi Taslim, Bambang Susanto, Sulaiman, dan Isabell Koniawani Kho.

*) My news for ANTARA on Feb 18, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity