Monday, March 10, 2008

PELAJAR INDONESIA YANG DIPUKUL PEMABUK DI AUSTRALIA AKAN DIOPERASI

Pelajar Indonesia, Airlangga Utama, yang dipukul pemuda Australia yang mabuk di Adelaide, Australia Selatan, Minggu pagi (9/3), sudah mulai bisa makan namun masih harus menjalani operasi di bagian dagunya hari Kamis (13/3), kata Konsul Jenderal RI Sydney Sudaryomo Hartosudarmo.

"Saya terus memantau kondisi kesehatan Airlangga. Kamis ini ia akan dioperasi di bagian dagu tapi kondisinya sudah relatif membaik dan hari ini (Selasa) sudah mulai bisa makan," katanya kepada ANTARA, Selasa, sehubungan dengan kondisi terakhir kesehatan Airlangga dan perkembangan kasus pemukulan terhadapnya.

Sudaryomo mengatakan, ia pun sudah menghubungi langsung ayah Airlangga, Hermansyah, di Jakarta via telepon untuk memberitahu kondisi terakhir putranya yang dirawat di Rumah Sakit Royal Adelaide sejak pemukulan terjadi pada Minggu pagi.

"KJRI Sydney pun sudah mengirim surat 'sponsorship' yang diperlukan untuk pengurusan visa kedua orang tua Airlangga di Kedubes Australia di Jakarta karena mereka berencana menjenguk putra mereka itu di Adelaide," katanya.

Pihaknya juga sudah menyurati kepolisian Adelaide untuk meminta perhatian serius mereka terhadap kasus pemukulan terhadap warga negara Indonesia ini. "Kita bersama unsur masyarakat dan mahasiswa Indonesia di Adelaide senantiasa memantau perkembangan penanganan kasus ini," katanya.

Sudaryomo mengatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus pemukulan ini kepada aparat kepolisian setempat dengan harapan, sebagai negara hukum, aparat penegak hukum Australia benar-benar mengambil tindakan hukum terhadap pelaku.

"Pelaku pemukulan sendiri sudah ditangkap polisi Adelaide sejak hari kejadian," katanya.

Aksi kekerasan yang dilakukan seorang pemuda mabuk terhadap Airlangga itu terjadi Minggu pagi pada saat berjalan kaki menuju areal parkir mobil sepulang dari pub bersama tiga orang rekannya.

Menurut Febriyan Hidayat, saksi mata yang ada bersama Airlangga pada saat pemukulan terjadi, insiden terjadi pada Minggu pagi sekitar 5.45 waktu setempat di jalan Hindley depan Hotel Rockford ketika dia, Airlangga, Oscar dan Rian hendak menuju halaman parkir mobil di Jalan Rose.

"Saat lagi melintasi Jalan Hindley, kami melihat sekelompok anak muda, jumlahnya sekitar tujuh sampai sembilan orang yang kelihatan lagi mabuk. Kami menyadari mereka tampaknya ingin mencari-cari keributan. Saya berjalan bersebelahan dengan Oscar di sebelah kiri trotoar jalan, sedangkan Airlangga dan Rian berjalan di belakang saya," kata Febriyan.

Oscar yang kebetulan mengenal salah seorang dalam kelompok anak muda mabuk itu mencoba mendekatinya dengan harapan mereka mengurungkan niat untuk berbuat onar. Tapi salah seorang pemuda itu justru mencoba memukul Oscar.

"Untungnya temannya Oscar itu menahan rekannya supaya tidak memukul Oscar dengan berkata "Don't hit him guys, I know him, he always playing Bongo (Brazilian drum) at Rundle Mall and Rundle st' (Jangan pukul dia. Saya kenal sama dia karena dia sering main Bongo (drum Brazil) di Mal Rundle dan di Jalan Rundle," kata Febriyan.

Namun provokasi terhadap mereka, kata Febriyan, terus dilakukan oleh anak-anak muda Australia mabuk ini dengan cara mendekati dan menyenggolkan bahu keras-keras ke dirinya dan diri Rian namun mereka berhasil menghindar.

"Pada saat yang sama, seorang lainnya justru berdiri dan langsung memukul muka Airlangga dengan siku kanan. Airlangga yang tidak menyadari situasi (datangnya serangan mendadak-red.) itu tidak bisa menghindar dan tersungkur. Wajahnya menghantam aspal jalan," katanya.

Kejadian pemukulan itu disesalkan Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di KBRI Canberra, Dr.R.Agus Sartono,MBA.

Ia meminta kasus pemukulan pelajar Indonesia, Airlangga Utama, itu ditangani serius oleh aparat kepolisian Australia Selatan.

Penanganan serius terhadap kasus ini penting karena, jika tidak, insiden ini bisa merusak citra negara bagian itu sebagai salah satu daerah tujuan pelajar dan mahasiswa Indonesia serta mancanegara, katanya.

Jika kasus tindak kekerasan ini tidak ditangani secara tuntas, para pelajar dan mahasiswa maupun orang tua mereka di Indonesia bisa saja berpandangan bahwa Adelaide dan Australia Selatan tidak kondusif untuk sekolah.

"Kalau image (citra) tersebut berkembang maka universitas di 'South Australia' (Australia Selatan) justru akan kehilangan kesempatan mendapatkan mahasiswa asing. Jadi saya harap bukan hanya Polisi tetapi seluruh komunitas di South Australia harus menciptakan kondisi yang aman," katanya.

Sebelumnya, Sekretaris I/Konsul Bidang Kekonsuleran KJRI Sydney, Edy Wardoyo, mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, Airlangga Utama dipukul pelaku dengan siku di bagian wajah sehingga hidung dan rahang patah. Akibatnya, dia dilarikan ke unit gawat darurat (ICU) dan menjalani operasi pelastik.

"Untungnya bagian leher aman dan dia tidak mengalami geger otak. Sekarang ini, Airlangga sudah dipindahkan ke ruang perawatan khusus. Kasus pemukulan oleh pemuda mabuk ini adalah hal yang biasa dan bisa menimpa siapa saja di Australia," katanya.

Menyusul adanya kejadian pemukulan oleh pemuda mabuk di Australia ini, Edy meminta seluruh warga negara Indonesia di mana pun, khususnya di Australia Selatan, Queensland, dan New South Wales, sebagai tiga wilayah kerja KJRI Sydney, agar meningkatkan kewaspadaan mereka saat berpapasan dengan para pemabuk.

Imbauan yang sama juga disampaikan Ketua Umum PPIA, Duddy Abdullah. Mahasiswa Universitas Melbourne ini meminta kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia di seluruh Australia agar menghindari sekelompok pemuda mabuk untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Di seluruh Australia, terdapat lebih dari 16 ribu orang pelajar dan mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan di Australia.

*) my news for ANTARA on March 11, 2008

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity