Monday, March 10, 2008

KETIKA WNI JADI KORBAN KEKERASAN PEMABUK DI AUSTRALIA

Oleh Rahmad Nasution

Tindak kekerasan bisa terjadi di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Di negara maju dengan tingkat kriminalitas relatif rendah seperti Australia sekalipun, aksi kekerasan tetap memangsa siapa pun.

Itulah yang terjadi pada Airlangga Utama, pelajar Indonesia yang sedang mengikuti pendidikan persiapan ke universitas di Adelaide, Australia Selatan, Minggu pagi (9/3) sekitar pukul 05.45 waktu setempat.

Airlangga bahkan terpaksa harus dilarikan ke Rumah Sakit Royal Adelaide untuk menjalani perawatan akibat luka di bagian muka setelah seorang pemuda Australia yang lagi mabuk mendaratkan pukulan telak dengan siku kanan di bagian muka anak Indonesia ini.

Sekretaris I/Konsul Bidang Kekonsuleran KJRI Sydney, Edy Wardoyo, mengatakan, kasus pemukulan terhadap Airlangga Utama sepulang dari pub bersama tiga rekannya itu sangat disayangkan namun polisi setempat sudah menangkap pelaku pemukulan dan sedang menangani kasusnya.

"Senin pagi ini, langkah kita (KJRI Sydney) adalah mengirim surat ke polisi Adelaide untuk meminta perhatian mereka terhadap kasus pemukulan yang menimpa pelajar kita yang masih mengikuti pendidikan persiapan masuk ke universitas ini. Terlebih lagi dia harus dirawat di rumah sakit," katanya.

Polisi sudah mengamankan pelaku walaupun proses hukum terhadapnya akan memakan waktu lama seperti yang selama ini lazim berlaku di Australia.

Edy Wardoyo mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya dari pelajar Indonesia di Adelaide, Airlangga Utama dipukul pelaku dengan siku di bagian wajah sehingga hidung dan rahang patah. Akibatnya, dia dilarikan ke unit gawat darurat (ICU) dan menjalani operasi pelastik.

"Untungnya bagian leher aman dan dia tidak mengalami geger otak. Sekarang ini, Airlangga sudah dipindahkan ke ruang perawatan khusus. Kasus pemukulan oleh pemuda mabuk ini adalah hal yang biasa dan bisa menimpa siapa saja di Australia," katanya.

Untuk itu, ia mengimbau seluruh warga negara Indonesia di manapun, khususnya di Australia Selatan, Queensland, dan New South Wales, sebagai tiga wilayah kerja KJRI Sydney, agar meningkatkan kewaspadaan mereka saat berpapasan dengan para pemabuk di Australia.

Himbauan yang sama juga disampaikan Ketua Umum PPIA, Duddy Abdullah. Mahasiswa Universitas Melbourne ini meminta kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia di seluruh Australia agar menjauhkan diri dari sekelompok pemuda mabuk untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kasus pemukulan pelajar kita ini tidak hanya sudah diketahui pihak KJRI Sydney tapi juga sudah diketahui bagian kekonsuleran KBRI Canberra," katanya.


Kronologis kejadian
Bagaimana kronologis pemukulan itu terjadi? Febriyan Hidayat, saksi mata yang ada bersama Airlangga pada saat pemukulan terjadi, menuturkan, insiden tersebut terjadi pada Minggu pagi sekitar 5.45 waktu setempat di jalan Hindley depan Hotel Rockford.

Ketika itu dia, Airlangga, Oscar dan Rian hendak menuju halaman parkir mobil di Jalan Rose. "Saat lagi melintasi Jalan Hindley, kami melihat sekelompok anak muda, jumlahnya sekitar tujuh sampai sembilan orang yang kelihatan lagi mabuk."
"Kami menyadari mereka tampaknya ingin mencari-cari keributan. Saya berjalan bersebelahan dengan Oscar di sebelah kiri trotoar jalan, sedangkan Airlangga dan Rian berjalan di belakang saya," kata Febriyan.

Oscar yang kebetulan mengenal salah seorang dalam kelompok anak muda mabuk itu mencoba mendekatinya dengan harapan mereka mengurungkan niat untuk berbuat onar. Tapi salah seorang pemuda itu justru mencoba memukul Oscar.

"Untungnya temannya Oscar itu menahan rekannya supaya tidak memukul Oscar dengan berkata 'Don?t hit him guys, I know him, he always playing Bongo (Brazilian drum) at Rundle Mall and Rundle st' (Jangan pukul dia. Saya kenal sama dia karena dia sering main Bongo (drum Brazil) di Mal Rundle dan di Jalan Rundle," kata Febriyan.

Namun provokasi terhadap mereka, kata Febriyan, terus dilakukan oleh anak-anak muda Australia yagn mabuk ini dengan cara mendekati dan menyenggolkan bahu mereka keras-keras ke dirinya dan ke diri Rian namun mereka berhasil menghindari provokasi itu.

"Pada saat yang sama, seorang lainnya justru berdiri dan langsung memukul muka Airlangga dengan siku kanan. Airlangga yang tidak menyadari situasi (datangnya serangan mendadak-red.) itu tidak bisa menghindar dan tersungkur. Wajahnya menghantam aspal jalan," katanya.

Tak puas hanya bisa memukul satu orang, pemuda yang memukul Airlangga ini juga mencoba memprovokasi dan mengancam akan memukul dirinya, Oscar dan Rian sedangkan rekan-rekan pemuda mabuk itu hanya tertawa-tawa menyaksikan kejadian itu, kata Febriyan.

Anak-anak muda Australia yang mabuk itu kemudian mengeluarkan kata-kata rasis terhadap mereka yang mereka sebut "orang-orang Asia" namun untungnya tak lama kemudian, ada tiga orang lain melintas di jalan itu. Mereka berhenti dan mencoba memberikan pertolongan, katanya.

Ia dan Oscar segera menelepon ambulan dan aparat kepolisian setempat. "Sekitar lima atau sepuluh menit kemudian, polisi datang bersama mobil ambulan. Petugas para medis segera memberikan pertolongan, sedangkan polisi menanyakan kami tentang apa yang terjadi," katanya.

Polisi meminta mereka merinci peristiwa pemukulan itu, meminta identitas nama dan nomor telepon yang dapat dihubungi untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut. Tak lama berselang, aparat kepolisian tiba bersama orang yang memukul Airlangga, kata Febriyan.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di KBRI Canberra, Dr.R.Agus Sartono,MBA, sangat menyayangkan insiden pemukulan ini.

Sebelumnya pada Oktober 2007, Ketua Ranting PPIA di Universitas Victoria, Andi Syafrani, juga pernah mengalami tindak kekerasan yang membuatnya harus masuk rumah sakit saat dua pemuda dan seorang pemudi Australia merampok dirinya di halaman parkir Stasiun Kereta Footscray, Melbourne, negara bagian Victoria.


Keprihatinan Australia
Aksi kekerasan terutama yang menimpa Airlangga Utama jelas terkait erat dengan dampak negatif minuman keras.

Kebiasaan pesta minuman keras di Australia yang telah pun merasuki kehidupan kalangan berusia mudanya tidak saja sudah merisaukan kalangan tertentu seperti para aktivis pusat rehabilitasi alkohol dan aparat kepolisian, tetapi juga Perdana Menteri Kevin Rudd.

Kegalauan PM Rudd pada apa yang disebutnya "epidemi pesta minuman keras di Australia" itu semakin nyata setelah ia bertemu para perwira polisi negara itu belum lama ini.

Kekhawatirannya itu sangat beralasan mengingat masalah kekerasan yang disebabkan oleh minuman keras cenderung semakin membesar di Australia.

Bahkan, minuman keras, menurut Kantor Berita AAP, merupakan penyumbang kedua terbesar setelah rokok bagi beban penyakit kronis di Australia dengan ongkos ekonomi yang harus ditanggung masyarakat sebesar 15 miliar dolar Australia per tahun.

Pemerintah Federal Australia, Senin (10/3), telah pun mengumumkan pendanaan sebesar 53 juta dolar Australia untuk mendukung rencana nasional penanggulangan budaya pesta minuman keras di kalangan anak muda negara itu.

Menteri Kesehatan Nicola Roxon mengatakan, pemerintah federal ingin bekerja sama para orang tua dan masyarakat untuk mengubah tren buruk ini.

Kekhawatiran pemerintah Australia akan budaya minuman keras di kalangan rakyatnya, khususnya mereka yang berusia produktif, sangat beralasan karena hasil survei Biro Pusat Statistik Australia (ABS) tahun 2004-2005 misalnya menunjukkan adanya tren peningkatan konsumsi minuman keras beresiko tinggi.

Pola konsumsi minuman keras di Australia berdasarkan survei kesehatan tahun 2004-2005 itu menunjukkan, sebanyak 62 persen responden orang dewasa mengaku mengonsumsi minuman beralkohol seminggu sebelum mengikuti survei.

Sekitar satu dari setiap delapan orang responden dewasa masuk kategori pengonsumsi alkohol beresiko tinggi. Kategori ini mewakili 13 persen dari keseluruhan orang dewasa atau sekitar dua juta orang pada 2004-2005.

Proporsi warga berusia dewasa yang masuk kategori pengonsumsi alkohol beresiko tinggi itu terus naik dalam tiga kali survei kesehatan nasional dilakukan, yakni dari 8,2 persen tahun 1995 naik menjadi 10,8 persen tahun 2001, dan naik lagi menjadi 13,4 persen pada 2004-2005.

Ditilik dari umur dan jenis kelamin kelompok peminum beresiko tinggi di Australia itu, ABS menyebutkan bahwa 15 persennya adalah kaum pria dan 12 persennya wanita namun dari tiga kali survei kesehatan, tren kedua kelompok ini meningkat.

Proporsi konsumen wanita beresiko tinggi naik dari 6,2 persen menjadi 11,7 persen, sedangkan kaum pria naik dari 10,3 persen menjadi 15,2 persen.

Pola konsumsi pada apa yang disebut PM Rudd sebagai "binge drinking" (pesta minuman keras) yang diyakini banyak pihak sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor dan aksi kekerasan itu tidak hanya merasuki orang-orang berumur 18 tahun ke atas tetapi juga mereka yang berusia 14 tahun-an.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit hati, strok, berbagai penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah, serta beberapa jenis kanker.

Selain itu, kebiasaan mengonsumsi minuman keras secara berlebihan itu juga bisa memicu terjadinya kematian akibat kecelakaan, tindak kekerasan dan bunuh diri.

Hasil studi Yayasan Pendidikan dan Rehabilitasi Alkohol (AER) Australia baru-baru ini semakin menegaskan berbagai dampak negatif minuman keras di negara itu.

Disebutkan kebiasaan mengonsumsi minuman keras itu telah pula menjadi sumber utama aksi kekerasan di rumah tangga serta kekerasaan seksual dan verbal terhadap anak di Australia.

Kondisi ini tercermin dari hasil studi AER Australia yang menanyakan pengalaman 1.000 orang terkait dengan minuman keras pada saat perayaan Natal dan tahun baru.

Ketua AER, Daryl Smeaton, mengatakan, pada periode perayaan Natal dan tahun baru itu, sekitar 2,2 juta warga Australia berusia di atas 14 tahun mengalami pelecehan fisik maupun verbal dari para pemabuk.

Setidaknya dua juta warga Australia bermasalah dengan minuman keras, dan kondisi ini tampaknya akan terus berlanjut.

Pemukulan terhadap pelajar Indonesia, Airlangga Utama, hanyalah salah satu dari sekian banyak kasus kekerasan fisik maupun verbal yang telah dilakukan para pemabuk di Australia.

Kasus ini tidak boleh dibiarkan "menguap" begitu saja. Sebaliknya, seperti harapan Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di KBRI Canberra, Dr.R.Agus Sartono,MBA, kasus pemukulan terhadap Airlangga Utama, oleh pemuda mabuk itu harus ditangani serius oleh aparat kepolisian Australia Selatan.

Penanganan serius terhadap kasus ini penting karena, jika tidak, insiden ini berpotensi merusak citra negara bagian itu sebagai salah satu daerah tujuan pelajar dan mahasiswa Indonesia serta mancanegara, katanya.

Lebih daripada itu, budaya pesta minuman keras yang telah merasuki kehidupan sebagian kalangan muda Australia mutlak perlu segera diatasi karena prilaku agresif para pemabuk tetap mengancam siapa pun di sekitar mereka.

*) My news writing for ANTARA to complete the two previous news items on March 10, 2008

1 comment:

Anonymous said...

See Here or Here

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity