Saturday, December 29, 2007

PELUANG RUDD AKHIRI ERA HOWARD MAKIN TERBUKA


Oleh Rahmad Nasution

Peluang Ketua Partai Buruh Australia Kevin Rudd (50) untuk mengalahkan Perdana Menteri John Winston Howard (68) dalam Pemilu Federal 24 November 2007 makin terbuka setelah unggul dalam hasil survei terbaru.


Survei "Newspoll" untuk harian "The Australian" yang dipublikasikan Selasa (23/10) menunjukkan dukungan responden terhadap Partai Buruh Australia (ALP) naik dari 48 persen menjadi 51 persen atau jauh di atas kubu koalisi Partai Liberal-Nasional pimpinan Howard yang hanya meraih 38 persen.

Survei yang diikuti lebih dari 1.700 pemilih itu menunjukkan peningkatan kepercayaan mayoritas responden atas kemampuan Rudd mengelola perekonomian dan keamanan negara.

Kenyataan itu menunjukkan keunggulan Rudd memasuki pekan kedua kampanye Pemilu Federal atas Howard.

Hasil survei yang diselenggarakan setelah kubu ALP dan kubu koalisi yang berkuasa sama-sama mengumumkan paket kebijakan pemotongan pajak mereka pekan lalu itu juga memupus harapan baru bagi kubu Howard untuk mempertahankan kekuasaannya untuk periode kelima.

Howard yang lahir di Sydney 26 Juli 1939 memimpin pemerintahan negeri Kanguru itu setelah menang dalam pemilu tahun 1996, 1998, 2001, dan 2004. Pada Pemilu 2007 ia berusaha memperpanjang kekuasaannya untuk periode kelima.

Sebelumnya, media massa mendaulat kemenangan Rudd atas Howard dalam debat Minggu malam (21/10).

Sebagian besar komentator politik di berbagai stasiun televisi, radio, dan suratkabar yang mengulas performa Howard dan Rudd dalam forum debat yang disiarkan langsung stasiun TV ABC itu memberikan keunggulan pada Rudd yang menjadi pemimpin oposisi.

Trevor Cook, konsultan ratusan organisasi dan direktur Perusahaan Humas Jackson Wells Morris Sydney, misalnya, memberikan nilai positif bagi penampilan Rudd karena berhasil menunjukkan kepada publik bahwa Australia adalah negara yang memiliki masa depan cerah.

"Saya pikir terlibat dengan masa depan merupakan salah satu sumber pengharapan pada para pemilik suara," Rudd kelahiran Queensland 21 September 1957 dalam ulasan yang dipublikasi ABC sehari setelah usai debat.

Jajak pendapat di kalangan pembaca "The Australian" dan "The Sydney Morning Herald" juga memberikan keunggulan pada Rudd atas Howard dalam debat itu.

Dari 23.379 pembaca koran "The Sydney Morning Herald", 71 persen diantaranya mengunggulkan Rudd sebagai pemenang, 21 persen memilih Howard, dan delapan persen sisanya abstain.

Debat Howard dan Rudd yang menarik perhatian publik di Australia itu berlangsung sepekan setelah pada 14 Oktober lalu Howard mengumumkan penyelenggaraan Pemilu Federal 2007.

Debat itu memberikan gambaran tentang beragam rencana aksi dan kebijakan kubu koalisi dan ALP jika memerintah nanti.

Kubu Howard mengumumkan janji potongan pajak pendapatan senilai 34 miliar dolar Australia sedangkan kubu Rudd muncul dengan kebijakan pengurangan pajak senilai 31 miliar dolar Australia serta potongan biaya pendidikan.

Keduanya juga memaparkan secara gamblang rencana aksi dan kebijakan masing-masing di berbagai bidang seperti pajak, hubungan industrial, perubahan iklim, kebijakan luar negeri, rencana rekonsiliasi dengan penduduk asli Aborigin, serta pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Howard dan Rudd saling menyerang dan mematahkan argumentasi.

Howard menuduh Rudd tidak akan efektif mengelola perekonomian negara karena sekitar 70 persen dari para anggota kabinetnya mantan aktivis organisasi buruh (unionist).

Rudd membantah dan balik menyerang Howard yang dianggap tidak becus saat menjabat bendahara persemakmuran di era pemerintahan PM Malcolm Fraser (1977-1983).

Rudd juga menyebut Howard sebagai sosok pemimpin yang mengingkari janji kepada rakyat karena gagal mempertahankan tingkat inflasi rendah.

Rudd menekankan pentingnya pemimpin baru yang memiliki ide-ide segar untuk membangun masa depan Australia yang lebih baik sehingga Pemilu Federal 2007 merupakan momentum penting bagi masa depan rakyat, terutama para keluarga pekerja.

Jika mayoritas rakyat memilihnya sebagai perdana menteri maka masa depan Australia yang lebih baik itu bakal terwujud melalui revolusi pendidikan dan reformasi sistem pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit.

Kesemua itu diyakini Rudd akan membantu para keluarga pekerja keluar dari tekanan yang selama ini mereka rasakan.

Sebaliknya Howard tetap membela kondisi perekonomian Australia yang dinilainya maju selama pemerintahannya selama ini.

"Saya percaya pada apa yang kami lakukan ... dan kami harus menjaga apa yang telah kami capai," katanya.

Selama 90 menit jalannya debat itu, Howard berulang kali diingatkan moderator karena sering melewati alokasi waktu yang diberikan saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari moderator, Rudd, maupun sejumlah wartawan yang menjadi panelis debat tersebut.

Debat yang berlangsung di aula utama Gedung Parlemen Australia dan sempat diwarnai insiden gangguan terhadap siaran langsung TV Channel Nine itu merupakan yang pertama bagi Howard dan Rudd sejak mereka menabuh genderang "perang" memperebutkan kursi perdana menteri.

Pemilu yang diikuti bakal lebih dari 13,5 juta orang dari 20,2 juta jiwa penduduk Australia itu akan menentukan nasib karir politik Howard ke depan.

Jika Howard berambisi mengukir sejarah perpolitikan di negaranya sebagai orang yang lima kali berturut-turut menjadi perdana menteri maka Kevin Rudd justru ingin menjegal ambisi Howard itu sekaligus membalas kekalahan bertubi-tubi ALP dalam 11 tahun terakhir.

Jalan menuju kursi perdana menteri semakin terbuka namun untuk bisa memenuhi ambisinya, Rudd harus mampu menambah sedikitnya 17 kursi bagi kubunya dari negara-negara bagian dalam Pemilu Federal 24 November itu.

Akankah Rudd menjadi Perdana Menteri Australia ke-26?

*)
dipublikasi ANTARA pada 23 Oktober 2007


No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity