Friday, October 2, 2009

"TUMPENGAN" WNI RAYAKAN "HARI BATIK" DI AUSTRALIA

Komunitas Indonesia di Australia, Jumat, mengungkapkan rasa bangga dan syukur mereka pada keputusan UNESCO memilih batik Indonesia sebagai bagian dari warisan budaya dunia dengan mengenakan batik dan menggelar acara "tumpengan".

Penetapan Organisasi Urusan Pendidikan, Sains dan Budaya PBB (UNESCO) bahwa batik termasuk dalam warisan budaya dunia tak benda (intangible cultural heritage/ICH) ini berlangsung bertepatan dengan hari Jumat di Australia sehingga banyak warga Muslim Indonesia yang sengaja berkemeja batik saat salat Jumat.

Di antara mereka itu adalah belasan orang mahasiswa Indonesia di Universitas Queensland (UQ) yang berkemeja batik dengan beragam motif dan corak saat mengikuti salat Jumat di kampus perguruan tinggi terkemuka di negara bagian Queensland itu.

"Saya memang sengaja memakai kemeja batik Cirebon pilihan istri saya ini. Saya bangga dengan batik yang kini diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia," kata Edhi Rahmanto, mahasiswa program magister UQ ini.

Perasaan syukur dan bangga pada pengakuan dunia terhadap batik Indonesia itu diungkapkan Konsulat RI Darwin dengan menggelar acara pemotongan nasi tumpeng di Taman Indonesia kampus Universitas Charles Darwin (CDU).

Sekretaris II Fungsi Pensosbud Konsulat RI Darwin, Arvinanto Soeriaatmadja, mengatakan, acara "selamatan" yang diisi dengan parade dan pameran busana batik oleh anak-anak Indonesia dan Australia ini dihadiri sejumlah wakil pemerintah, akademisi, warga Indonesia dan "sahabat Indonesia" di Northern Territory.

Di antara mereka yang hadir di acara itu adalah Wakil Rektor CDU Prof.Charles Webb dan Administratur Negara Bagian Northern Territory (NT), Tom Pauling, katanya.

Konsul RI di Darwin Harbangan Napitupulu menyerahkan piring berisi potongan nasi tumpeng kepada Wakil Rektor CDU Prof.Charles Webb setelah sebelumnya sempat meminta semua yang hadir mengheningkan cipta sejenak untuk mengenang para korban bencana gempa dahsyat di Sumatera Barat dan Jambi.

Sebagai kelanjutan dari perayaan "Hari Batik" 2 Oktober 2009 ini, Konsulat RI Darwin juga berencana mengundang seorang instruktur "Batik House" (Rumah Batik) Indonesia untuk melakukan eksibisi dan demonstrasi batik di kota Darwin dan sekitarnya serta Alice Springs pada 3 November, kata Arvinanto.

"Instruktur Batik House Indonesia yang kita datangkan dari Jakarta ini akan melakukan eksibisi dan demonstrasi batik di depan pejabat tinggi, masyarakat dan akademisi Australia, serta di depan para guru dan murid sekolah di Darwin dan Alice Springs," katanya.

Kegiatan itu diharapkan dapat semakin memperkuat pemahaman para pelajar Australia bahwa batik adalah ikon warisan budaya asli Indonesia, katanya.

Kampanye pemakaian batik yang diisi dengan pertunjukan tari-tarian dan jualan makanan ringan Indonesia juga akan digelar Pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) ranting Universitas Wollongong (UW) pada 7 Oktober.

"Acara pengenalan batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO ini akan berlangsung saat makan siang dan semua mahasiswa dan warga masyarakat kita diharapkan hadir dengan mengenakan batik pada 7 Oktober, bersamaan dengan 'market day' (hari pasar) kampus," kata Ketua PPIA UW, I Made Andi Arsana.

Penetapan Organisasi Urusan Pendidikan, Sains dan Budaya PBB (UNESCO) bahwa batik termasuk dalam warisan budaya dunia tak benda (intangible cultural heritage/ICH) ini dilakukan di sidang komite antar-pemerintah untuk perlindungan ICH UNESCO di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada 28 September-2 Oktober.

Jauh sebelum adanya pengakuan UNESCO ini, batik sudah lama diakui banyak kalangan asing, termasuk Ibunda Presiden Amerika Serikat (AS) Ann Dunham sebagai warisan budaya bangsa Indonesia.

Bahkan, Mei lalu, koleksi batik Indonesia milik Ann Dunham, antropolog kenamaan Amerika yang pernah lama menetap di Indonesia, ini dipamerkan di sejumlah kota di AS, seperti Chicago, Los Angeles, San Fransisco, Houston, New York dan Washington DC.

*) My news for ANTARA on Oct 2, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity