Friday, October 2, 2009

TIM MISI KEMANUSIAAN AUSTRALIA BERTOLAK KE SUMBAR

Operasi misi kemanusiaan Angkatan Bersenjata Australia (ADF) untuk para korban gempa Sumatera Barat (Sumbar) dimulai Jumat dengan keberangkatan pesawat angkut Hercules C-130 dan C-17 "Globemaster" yang memuat puluhan tim penyelamat, kesehatan, dan teknik angkatan darat ke Padang.

Panglima ADF, Marsekal Angus Houston AC, mengatakan dalam penjelasan persnya, Jumat, "Operasi Bantuan Padang" yang melibatkan sepuluh anggota tim pendahulu teknis angkatan darat, tim penilai kesehatan angkatan udara, dan 36 anggota tim penyelamat sipil digelar setelah ada "lampu hijau" dari pemerintah RI.

"ADF sudah membentuk Satgas gabungan unsur militer dan sipil untuk memberikan dukungan terbaik bagi upaya pemerintah Australia membantu Indonesia," katanya.

Pesawat Hercules C-130 AU Australia (RAAF) yang membawa personil Satgas serta berbagai peralatan pendukung yang diperlukan selama misi kemanusiaan di Padang sudah bertolak dari Darwin, negara bagian Northern Territory (NT) Jumat.

Sebuah pesawat super jumbo C-17 yang mengangkut tim medis ADF dan 36 anggota tim penyelamat dari Brisbane juga telah bertolak menuju wilayah bencana Jumat sore dari pangkalan udara RAAF Amberley.

Dalam operasi kemanusiaan di Padang ini, para personil gabungan ADF dan sipil Australia akan memberikan bantuan darurat kepada para korban bencana sesuai dengan arahan pemerintah RI, kata Angus Houston.

ADF juga berencana mengirim kapal HMAS Kanimbla untuk mendukung misi kemanusiaan di Sumbar. Kapal yang pernah dilibatkan dalam misi bantuan Australia bagi para korban bencana tsunami Aceh dan gempa Nias (2004-2005) itu akan meninggalkan pangkalannya di Sydney menuju Padang dalam beberapa hari lagi, katanya.

HMAS Kanimbla dilibatkan

HMAS Kanimbla yang dilengkapi fasilitas medis modern ini akan didukung satu helikopter jenis "Sea King" untuk membantu operasi pengiriman bantuan ke daerah-daerah bencana yang sulit dijangkau, katanya.

Sebelumnya ADF juga mengirim misi kemanusiaan ke Samoa untuk membantu para korban bencana tsunami yang meluluhlantakkan sebagian wilayah negara kecil di Pasifik Selatan itu.

"Tetangga-tetangga kami di Pasifik Barat Daya, Samoa dan Tonga, serta Indonesia sedang menderita dan kami berangkat untuk membantu. Kami sampaikan belasungkawa yang mendalam kepada mereka yang kehilangan sanak saudara dan rumah mereka."
"Kami percaya upaya kami akan ikut membantu mereka membangun kembali kehidupan normal secepat mungkin," kata Panglima ADF itu.

Sebelumnya, dalam merespons dampak gempa yang telah menewaskan lebih dari seribu orang dan merobohkan banyak gedung di kota Padang sehingga ratusan korban diperkirakan masih terperangkap di bawah reruntuhan atap dan dinding bangunan ini, Kedubes Australia di Jakarta juga telah menurunkan timnya.

Selain itu, Kedutaan Besar (Kedubes) Australia itu juga telah menyiapkan bantuan darurat berupa obat-obatan, selimut dan tenda, bagi para korban serta memberikan bantuan sebesar 250 ribu dolar Australia kepada LSM Muhammadiyah untuk mendukung tim kesehatan dan operasi kemanusiaan mereka.

Negara bagian juga bantu

Aksi tanggap darurat Australia bagi para korban gempa Sumbar ini tidak hanya ditunjukkan pemerintah federal tetapi juga pemerintah negara bagian. Di antara negara bagian yang bersimpati dan mendukung misi kemanusiaan Australia itu adalah Queensland.

Presiden Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Universitas Queensland (UQISA), Cecep Setiawan menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Premier (Kepala Pemerintah) Negara Bagian Queensland Anna Bligh.

Sebagai wujud dari keprihatinannya itu, Anna Bligh bersama sejumlah menteri dan anggota Parlemen Queensland telah pun mengadakan pertemuan dengan para wakil Palang Merah Australia serta komunitas Indonesia, Samoa, Filipina dan Vietnam yang ada di kota Brisbane dan sekitarnya Kamis (1/10).

Pemerintah federal Australia melalui Menlu Stephen Smith juga telah menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada para korban dan keluarga korban bencana.

"Hati kita tertuju pada Indonesia dan warga Indonesia yang terkena dampak bencana ini," katanya dalam penjelasan persnya kepada media setempat.

Gempa dahsyat yang melanda Sumbar itu tidak hanya menewaskan lebih dari seribu orang dan melukai sedikitnya 2.177 orang tetapi juga merusak sedikitnya 2.650 bangunan.

Untuk meringankan penderitaan para korban, berbagai elemen masyarakat Indonesia di Australia terus melakukan penggalangan dana bantuan kemanusiaan dalam tiga hari terakhir.

Di Sydney misalnya, komunitas Indonesia yang berhimpun dalam "Minang Saiyo" melakukan aksi pengumpulan dana bantuan bencana lewat rekening organisasi itu. Aksi dompet peduli bencana Sumatera juga digelar kalangan mahasiswa Indonesia.

*) My news for ANTARA on Oct 2, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity