"Selama sekitar tujuh tahun tinggal di Sydney, baru pertama kali ini badai debunya separah ini. Jarak pandang pendek. Saya perkirakan pagi tadi jarak pandang hanya sekitar lima puluh sampai seratus meter," kata Muhamad Arifin, warga Indonesia yang sehari-hari bekerja di Rumah Sakit "War Memorial" Sydney ini.
Dampak badai debu yang sempat menghentikan sementara penerbangan di Bandar Udara Sydney itu tidak hanya sempat memperburuk jarak pandang tetapi juga menyebabkan dibatalkannya sementara operasi kapal feri dan ditutupnya sementara "tunnel" (lorong) jalan raya menuju dalam kota Sydney, katanya.
"Saat bagun sekitar pukul 04.00 pagi tadi suasana di luar rumah sangat pekat. Karena 'tunnel' ditutup dan warna langit memerah dengan jarak pandang hanya sekitar lima puluh sampai seratus meter, saya putuskan ke kantor (War Memorial Hospital-red.) dengan KRL," kata Arifin.
Kepekatan badai debu berangsur menurun sejak pukul 13.00 dengan hembusan angin yang juga tidak lagi sekencang pagi hari. "Sekarang ini suasana di luar sudah mulai terang tapi debu masih terasa pekat," katanya.
Namun presiden Pusat Informasi dan Pelayanan PKS Australia-Selandia Baru (PIP PKS ANZ) ini mengingatkan bahwa dampak badai debu terhadap kesehatan pernafasan baru dirasakan warga dalam beberapa hari lagi.
Sementara itu, badai debu pekat yang menyelimuti kota Sydney dan sekitarnya itu tidak mempengaruhi kegiatan pelayanan kantor Konsulat Jenderal RI Sydney.
Konsul Fungsi Kekonsuleran KJRI Sydney, Fahmi Jamaludin Malik, mengatakan, pihaknya tetap melayani warga Indonesia dan asing yang memerlukan kepengurusan kekonsuleran kendati badai debu merah itu dilaporkan sempat memengaruhi kegiatan penerbangan dan mengurangi jarak pandang.
Kegiatan pelayanan publik di kantor KJRI Sydney tak terpengaruh badai debu ini. "Setelah dua hari tutup karena libur lebaran, hari ini kita mulai buka. Kita tidak ambil cuti bersama untuk memperlancar pelayanan kepada warga," kata Fahmi.
Sejauh ini, jumlah warga yang datang untuk mengurus perpanjangan paspor dan legalisasi dokumen masih mencapai 20-an orang, katanya.
Fenomena alam ini menjadi obyek liputan langsung berbagai stasiun televisi utama Australia. Stasiun TV "Channel Seven" misalnya melaporkan, akibat badai debu merah itu, kegiatan penerbangan di Bandara domestik dan internasional Sydney terganggu.
Sejumlah penerbangan dari Bandara Sydney sempat ditunda dan sebagian lagi dialihkan ke Bandara Brisbane namun ibukota negara bagian Queensland yang juga kota terbesar ketiga Australia itu pun Rabu siang tak luput dari serangan badai debu yang membuat langit berwarna oranye disertai hembusan angin kencang.
*) My updated news for ANTARA on Sept 23, 2009
No comments:
Post a Comment