Wednesday, September 23, 2009

SISTIM RANKING CIPTAKAN GENERASI PINTAR TAPI ANTI-KRITIK

Pendidikan di Indonesia yang masih melanggengkan sistim ranking di kelas telah menjadikan para pelajar yang "masuk ranking" tumbuh menjadi manusia yang merasa dirinya pintar, egois, dan tidak bisa menerima kritik, kata Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil.

"Di Indonesia anak-anak pintar diberi ranking. Akibatnya anak-anak pintar di Indonesia menjadi sangat tidak menarik," katanya pada acara ramah tamah dan dialog dengan puluhan mahasiswa dan warga masyarakat Indonesia di kampus Universitas Queensland (UQ), St.Lucia, Selasa malam (22/9).

Akibat sistim ranking di kelas sekolah-sekolah Indonesia itu, para siswa berkemampuan biasa merasakan dirinya "loser" (pecundang) dan kondisi psikologis tersebut meruntuhkan rasa percaya diri yang sangat penting, katanya.

Produk sistim pendidikan nasional yang menghasilkan anak-anak pintar namun tidak bisa menerima kritik itu telah pun dirasakan dampaknya oleh sejumlah lembaga pemerintah dan non-pemerintah.

Sebagai contoh, Sofyan Djalil menyebut pengakuan sejumlah diplomat senior Departemen Luar Negeri RI tentang karakter sejumlah diplomat muda yang sekalipun pintar namun "sangat egois" dan "tidak bisa dikritik".

Di mata Sofyan Djalil, kekeliruan lain dari sistim pendidikan di Indonesia selama ini adalah tidak berkembangnya kreatifitas anak didik.

Dalam bagian lain ceramahnya, anggota Kabinet Indonesia Bersatu kelahiran Aceh 23 September 1953 ini juga mengeritisi pemberian dana Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang disebutnya sebagai "kebijakan yang salah" karena BOS diberikan ke setiap siswa tanpa kecuali.

Menurut menteri yang masih aktif mengajar di Universitas Indonesia dan beberapa perguruan tinggi terkemuka lainnya ini, BOS seharusnya diperlakukan sebagai "selective subsidy" (subsidi terpilih) karena dengan adanya BOS, banyak orang tua murid tidak lagi merasa perlu membayar biaya pendidikan.

Akibatnya kemampuan sekolah untuk membayar gaji para guru pun berkurang. "BOS lebih banyak merusak. Sistim sekolah gratis di daerah-daerah itu salah," katanya.

Doktor lulusan Sekolah Hukum dan Diplomasi Fletcher Universitas Tufts Amerika Serikat itu juga menggarisbawahi fakta tentang kemampuan berbahasa Inggris banyak lulusan yang diukur dengan standar TOEFL (Test of English as a Foreign Language) sebagai kendala para lulusan untuk mendapatkan tawaran beasiswa studi ke luar negeri.

"TOEFL tidak siap. Bahasa jadi kendala," kata mantan menteri Kominfo ini saat menjelaskan kendala umum bagi banyak pelamar program beasiswa studi ke luar negeri.

Sofyan Djalil mengatakan, kemampuan berbahasa Inggris itu sepatutnya sudah dibenahi sejak sekolah lanjutan atas.

Sofyan Djalil dan istri, Dr. Ir. Ratna Megawangi, M.Sc, berada di Brisbane untuk mengunjungi anak mereka yang kuliah di UQ.

Di sela kunjungan pribadinya itu, Sofyan Djalil memenuhi undangan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di UQ (UQISA), Perhimpunan Masyarakat Muslim Indonesia di Brisbane (IISB) dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Queensland untuk bertatap muka dan berdialog dengan kalangan mahasiswa dan warga.

*) My updated news for ANTARA on Sept 23, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity