Sunday, September 27, 2009

KONSER "HEBOH" NIDJI DAN KAHITNA DI BRISBANE

Konser "Nidji" dan "Kahitna" yang merupakan puncak acara "Pesta Rakyat" komunitas Indonesia di kawasan wisata "South Bank" kota Brisbane, Sabtu (26/9) malam, menggoyang ratusan orang penonton yang umumnya para pelajar, mahasiswa, dan residen tetap Indonesia di Queensland.

Di antara para penonton yang mengaku terhibur dan "puas" dengan aksi panggung para personil dua grup band papan atas Indonesia itu adalah Ary Bestari dan I Gede Suparwata.

Kedua anak muda Bali ini mengatakan, mereka bersyukur dapat menyaksikan konser dua grup musik yang sudah lama menjadi "fans berat" mereka itu dalam satu panggung yang sama.

"Aksi panggung Nidji dan Kahitna 'heboh dan top'. Buatku, harga tiket 35, 45, dan 60 dolar Australia (1 dolar = Rp8.200-red) 'nggak' (tidak) mahal karena kita dapat nonton dua grup band papan atas sekaligus. Pokoknya 'keren' (hebat) dan mereka tampil sangat maksimal," kata Ary.

Anak muda yang belum lama menamatkan studinya di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ini mengatakan, konser musik yang berlangsung sekitar empat setengah jam di panggung gedung "Sancorp Piazza" Southbank itu diawali dengan aksi personil band lokal, "Faroroci", dan sendra tari "Ramashinta".

Sehabis itu giliran para personil "Kahitna", kelompok musisi asal Bandung yang dibentuk tahun 1986, membawa ingatan para penonton dengan serangkaian lagu-lagu pop mereka, seperti "Cantik", "Cerita Cinta", "Andai Dia Tahu" dan "Tak Sebebas Merpati".

"Menurutku, lagu-lagu Kahitna lebih enak di telinga pas (saat) mereka 'live' (konser-red.) daripada hanya didengar lewat kaset. Kalau mereka konser di Hard Rock Cafe dan Kamasutra Bali, pasti saya nonton," katanya.

Kehebohan sekitar 200 orang yang menyaksikan konser "Pesta Rakyat" yang merupakan puncak acara peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-64 Sabtu malam itu bertambah ketika para personil "Nidji" menguasai panggung dari pukul 20.30 - 22.00 waktu Brisbane.

Grup musik asal Jakarta beranggotakan Giring Ganesha (vokalis), Rama dan Ariel (gitaris), Adrie (drum), Andro (bassis), dan Run-D (kibor) ini, menurut Ary, tampil secara maksimal dengan serangkaian lagu-lagu "hits"-nya seperti "Laskar Pelangi", "Hapus Aku", Biarlah", Disco Lazy Time", "Child", "Shadow", dan "Sudah".

"Tak lupa juga Giring membawakan lagu dari album barunya yang kabarnya akan dirilis Oktober ini, 'Sang Mantan', dan lagu tenar John Lenon, 'Imagine'. Di antara para penonton, tampak juga beberapa orang Australia, khususnya mereka yang punya teman khusus orang Indonesia," katanya.

Giring "jual mahal"

Seperti halnya Ary Bestari, I Gede Suparwata juga mengaku "puas" dan kerinduannya pada suasana Tanah Air terobati setelah menyaksikan penampilan "Nidji" dan "Kahitna".

Hanya saja, mahasiswa pascasarjana Institut Teknologi Southbank (SIT) Brisbane ini mengatakan, aksi panggung "Nidji" yang "heboh" Sabtu malam itu akan semakin sempurna jika sang vokalis tidak "jual mahal" alias tidak mudah disentuh para fansnya.

"Terlepas dari itu, aksi panggung Giring dan kawan-kawan sangat memikat karena komposisi pemilihan lagu-lagu mereka yang pas. Giring pun mampu membuat kita seperti terhipnotis. Kita mengikuti saja ajakannya untuk 'jumping and dancing' (melompat dan menari-red.)," katanya.

Badai debu yang kembali menerpa kota Brisbane dan sekitarnya Sabtu malam itu bahkan tidak dihiraukan dan tidak mengganggu jalannya konser "Pesta Rakyat", kata mahasiswa jurusan manajemen hospitaliti SIT ini.

Selain menghadirkan "Nidji" dan "Kahitna", acara Pesta Rakyat yang merupakan puncak acara peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-64 juga diisi dengan aneka pertunjukan seni budaya, permainan (games), dan bazar makanan asli Indonesia.

Kegiatan Pesta Rakyat itu dimulai dengan aneka "games" pada pukul 10.00 - 12.00 dan dilanjutkan dengan konser band lokal, pertunjukan tarian "Ekspresi, "Gamelan", tari "Megapati" (Bali), angklung, tari Nusa Tenggara Timur, "Saman" (Aceh), tari Minahasa, simfoni Indonesia, serta pameran busana daerah.

Para pengunjung "Pesta Rakyat" yang dihadiri langsung ratusan orang Indonesia, Australia, dan turis asing itu juga dimanjakan dengan aneka menu makanan Indonesia, seperti ayam bakaka, nasi timbel, bakso Malang, Pempek, sate ayam, sate Komoh, kue kering, klepon, onde-onde, siomay, dan es kelapa muda.

Gerai menu "Sweet Javanese" misalnya mematok harga makanan dan minumannya dari 2 hingga 13 dolar Australia.

"Pesta Rakyat" 2009 merupakan puncak kegiatan perayaan HUT RI yang sudah ketiga kalinya digelar komunitas Indonesia di Brisbane yang dimotori Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Cabang Queensland sejak 2007.

*) My news for ANTARA on Sept 27, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity