Tuesday, September 22, 2009

GARUDA NOMOR DUAKAN PERTIMBANGAN DIPLOMASI

Garuda Indonesia masih menjadikan penerbangan dalam negeri target utama namun maskapai penerbangan nasional ini tetap memerhatikan peluang pasar penerbangan luar negeri selama memberi keuntungan, kata Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil.

"Pertimbangan komersial adalah yang pertama dan pertimbangan diplomasi kedua," katanya kepada ANTARA yang menemuinya seusai menghadiri acara ramah tamah dan dialog dengan puluhan mahasiswa dan warga masyarakat Indonesia di kampus Universitas Queensland (UQ), St.Lucia, Selasa malam.

Sofyan Djalil mengatakan, Garuda Indonesia tetap memerhatikan peluang pasar penerbangan luar negeri namun jumlah pesawat yang terbang masih menjadi kendala maskapai penerbangan nasional ini.

Di tengah jumlah armada yang masih terbatas itu, kondisi Garuda saat ini "sudah lebih baik" dan perbaikan berkelanjutan terus dilakukan di berbagai lini. "Insya Allah tahun 2010, Garuda 'go public'," katanya.

Menurut doktor lulusan Sekolah Hukum dan Diplomasi Fletcher Universitas Tufts Amerika Serikat itu, sekalipun "punya uang", Garuda masih memerlukan waktu untuk membangun rute penerbangan luar negeri yang baik dan menyiapkan pilot yang lebih baik.

"Selama ini, pasar internasional Garuda seperti Australia dan Timur Tengah sudah relatif oke namun tidak demikian halnya dengan pasar internasional yang lain," katanya.

Tentang kemungkinan Garuda kembali membuka rute penerbangan Denpasar-Darwin yang pernah dilayaninya selama 30 tahun sebelum dihentikan sejak 22 April 2009, Menneg BUMN Sofyan Djalil menegaskan bahwa Garuda belum mungkin kembali terbang ke ibukota negara bagian Northern Territory itu.

"Belum ada kemungkinan dibuka kembali karena pasar Darwin secara komersial tidak masuk. Pertimbangan pertamanya adalah hitung-hitungan komersial tapi jika turis Australia semakin meningkat ke Indonesia dan ketersediaan pesawat cukup, bukan tidak mungkin Garuda akan kembali menerbangi Darwin," katanya.

Sementara itu, dalam dialognya dengan puluhan mahasiswa dan warga Indonesia di Brisbane, Sofyan Djalil juga sempat menyinggung tentang perubahan kinerja Garuda Indonesia ke arah yang lebih baik saat ini.

Ia mengatakan, pada 2007 Garuda masih mengalami kerugian sekitar Rp50 miliar namun pada 2008, maskapai penerbangan yang kini diperkuat sedikitnya 51 pesawat terbang, termasuk empat pesawat baru untuk mendukung rute penerbangan luar negeri itu, berhasil meraih keuntungan sebesar Rp600-an miliar.

"Pada 2009 keuntungan Garuda diperkirakan mencapai 800 - 900 miliar rupiah," katanya.

Anggota Kabinet Indonesia Bersatu kelahiran 23 September 1953 ini mengatakan, jumlah armada Garuda akan terus bertambah dengan datangnya pesawat-pesawat baru yang dipesan. "Akhir 2009, Garuda akan mendapat enam sampai tujuh pesawat baru. Ditargetkan pada 2014, Garuda memiliki 147 pesawat," katanya.

Sofyan Djalil dan istri, Dr. Ir. Ratna Megawangi, M.Sc, berada di Brisbane untuk mengunjungi anak mereka yang kuliah di UQ.

Di sela kunjungan pribadinya itu, Sofyan Djalil memenuhi undangan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di UQ (UQISA), Perhimpunan Masyarakat Muslim Indonesia di Brisbane (IISB) dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Queensland untuk bertatap muka dan berdialog dengan kalangan mahasiswa dan warga.

*) My news for ANTARA on Sept 22, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity