Sunday, September 13, 2009

"BALIBO FIVE" TAK PENGARUHI PENUMPASAN TERORIS DI INDONESIA

Pemerintah Australia optimis keputusan polisi federalnya (AFP) menginvestigasi kasus kematian lima wartawan di Balibo, Timor Timur, tahun 1975 tidak akan mengganggu kerja sama AFP-Polri dalam menumpas jaringan teroris dan penyelundupan manusia yang sudah berjalan baik selama ini.

Keyakinan kuat Canberra itu disampaikan Menteri Luar Negeri Stephen Smith dalam wawancaranya dengan Paul Bongiorno di acara "Meet the Press" Stasiun TV "Saluran 10", Minggu.

"Kita (Australia) punya hubungan kelas satu dengan Indonesia... Kami tidak percaya kerja sama apapun yang kini sedang dijalankan Australia dan Indonesia akan terganggu," katanya.

Namun Menlu Smith kembali menegaskan perlunya kasus kematian lima wartawan Australia di Balibo tahun 1975 yang populer disebut "Balibo Five" ini ditangani secara hati-hati seperti halnya pada saat menangani isu-isu lain semacam hukuman mati yang berpotensi memunculkan perbedaan pandangan.

"Jadi kami tahu kami harus menangani masalah ini secara hati-hati tapi kami percaya sepenuhnya bahwa hubungan kelas satu dengan Indonesia akan terus berlanjut di bidang apapun, termasuk kerja sama penanganan kejahatan penyelundupan manusia dan kontra-terorisme dimana Indonesia punya prestasi sangat baik," katanya.

Menlu Smith mengelak menanggapi masalah yang terkait dengan investigasi AFP, termasuk apakah ada atau tidak ada tersangka ketika ia ditanya tentang kemungkinan ekstradisi Yunus Yosfiah, bekas perwira TNI yang bertugas di Timtim tahun 1975 dan mantan menteri penerangan di era pemerintahan B.J.Habibie.

"Saya rasa sangat penting bagi kita untuk tidak terlalu jauh masuk ke masalah ekstradisi ataupun prosekusi. Kita harus menanganinya setahap-setahap," katanya.

Lahirnya keputusan AFP menyelidiki kasus yang sudah terjadi lebih dari 34 tahun lalu ini membuat pemerintah RI terkejut namun Pemerintah Australia berlindung di balik independensi keputusan Pengadilan Koroner Negara Bagian New South Wales dan AFP dalam menghadapi reaksi keberatan Jakarta.

Sebelumnya Juru bicara Deplu, Teuku Faizasyah, menegaskan kasus "Balibo Five" sudah selesai dengan kesimpulan bahwa kematian mereka karena kecelakaan.

"Indonesia tidak melihat adanya suatu kepentingan untuk membuka kasus ini lagi. Sudah disimpulkan bahwa kematian kelima wartawan asing tersebut adalah karena kecelakaan bukan disengaja" katanya.

Presiden Yudhoyono bahkan mengingatkan Australia agar ikut mendukung upaya CTF mengakhiri konflik secara bijak dan melihat ke depan dengan sejumlah rekomendasi yang ditindaklanjuti Indonesia dan Timor Leste.

"Ini penting agar hubungan dengan Australia yang sekarang dalam keadaan baik, bahkan sangat baik, tidak terganggu dengan masalah-masalah yang muncul, karena menggunakan cara berpikir, yang menurut kita tidak tepat," katanya.

AFP sudah memulai investigasi kasus "Balibo Five" sejak 20 Agustus 2009 dan pihak keluarga lima wartawan yang tewas tahun 1975 ini sudah diberitahu pada 8 September 2009.

Langkah itu diambil AFP setelah Kantor Kejaksaan Agung Persemakmuran Australia menerima hasil putusan Pengadilan Coroner New South Wales tentang kematian Brian Peters, salah satu anggota "Balibo Five", pada 16 November 2007.

Lebih dari sebulan sebelum AFP mengumumkan keputusannya itu, publik Australia disuguhkan tayangan film fiksi karya Sutradara Robert Connolly berjudul "Balibo".

Sejak insiden yang menewaskan Greg Shackleton, Tony Stewart, Brian Peters, Malcolm Rennie, dan Gary Cunningham itu terjadi hampir 35 tahun lalu, nama Yunus Yosfiah terus terseret ke dalam pusaran masalah ini.

Mantan Menteri Penerangan semasa pemerintahan Presiden BJ Habibie( 1998-99) ini pun konsisten menolak semua tuduhan Australia itu.

*) My updated news for ANTARA on Sept 13, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity