Thursday, September 17, 2009

AUSTRALIA "DISERBU" PENCARI SUAKA LEWAT LAUT

Kedatangan perahu-perahu pengangkut pencari suaka ilegal ke perairan Australia belum menunjukkan tanda mereda. Setelah memergoki tiga perahu pada 12 dan 15 September, kapal patroli keamanan laut Australia kembali berhasil menangkap satu perahu hari Rabu (16/9).

Perahu terakhir yang berhasil ditangkap Kapal Patroli Angkatan Laut Australia, HMAS Maitland, di perairan sekitar 78 mil barat Darwin, Northern Territory, Rabu malam sekitar pukul 23.02 waktu setempat itu mengangkut 48 orang yang diduga pencari suaka.

Dalam pernyataan persnya Kamis, Menteri Dalam Negeri Australia, Brendan O'Connor, mengatakan, para penumpang dan empat awak kapal dalam keadaan aman. "Mereka tampaknya memang berniat datang ke Australia," katanya.

O'Connor mengatakan, aksi penyelundupan manusia merupakan masalah global dan konflik dunia merupakan pemicu gelombang kedatangan para pencari suaka ilegal ke negaranya.

Ia menggarisbawahi pentingnya kerja sama bilateral dan regional dengan berbagai negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia dan Malaysia, untuk menangani masalah ini.

Menurut dia, sejak September 2008, Indonesia misalnya telah menahan 1.237 warga asing dan menangkap 19 orang yang diduga menfasilitasi dan mengorganisir aksi penyelundupan manusia.

Seperti dalam kasus-kasus sebelumnya, 48 orang penumpang dan empat orang awak perahu dibawa ke Pusat Tahanan Imigrasi di Pulau Christmas untuk kepentingan pengecekan keamanan, identitas, kesehatan, dan penyelidikan atas alasan kepergian mereka ke Australia.

Kapal ini merupakan kapal pengangkut pencari suaka ke-33 yang memasuki perairan Australia tahun ini.

Mengenai akar penyebab maraknya kedatangan para pencari suaka ke negara benua itu lewat laut, kubu oposisi Australia menuding kebijakan pemerintah federal sebagai pemicunya.

Sebaliknya Perdana Menteri Kevin Rudd justru melihat "faktor-faktor keamanan global" sebagai pendorong munculnya kasus-kasus baru para pencari suaka ke Australia.

Di era pemerintahan PM John Howard, Australia menerapkan kebijakan "Solusi Pasifik", yakni para pencari suaka yang tertangkap di perairan negara itu dikirim ke Nauru.

Kebijakan ini kemudian dihapus pemerintahan Partai Buruh dengan sepenuhnya memberdayakan keberadaan pusat penahanan imigrasi di Pulau Christmas.

*) My news for ANTARA on Sept 17, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity