Tuesday, September 29, 2009

ANGKLUNG "IKON" INDONESIA DI ACARA MAHASISWA ASEAN

Komunitas mahasiswa Indonesia di Brisbane meneguhkan batik dan angklung sebagai dua "ikon" warisan budaya bangsa Indonesia pada festival seni budaya Asia Tenggara di depan ratusan mahasiswa mancanegara di kawasan danau kampus Universitas Queensland (UQ) St.Lucia, Selasa.

Dalam kegiatan pesta seni budaya dan kuliner acara "ASEAN Uni Games 2009" yang diikuti organisasi mahasiswa Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura itu, kehadiran batik ditopang oleh busana dua puluhan orang pemain angklung dan ornamen yang digunakan beberapa gerai kontingen Merah Putih.

Konser angklung mahasiswa Indonesia yang para pemainnya berasal dari UQ, Universitas Teknologi Queensland, dan Universitas Griffith itu membawakan empat lagu.

Diiringi petikan gitar, grup angklung Indonesia itu menghibur puluhan pengunjung dengan lagu "Tanah Airku", "Ondel-Ondel", "Indonesia Jaya" dan "Laskar Pelangi". Kemudian, seorang aktivis mahasiswi Indonesia di UQ memperkaya penampilan kontingen Merah Putih dengan beberapa lagu daerah Nusantara.

Menurut Salim Darmadi, kegiatan seni-budaya, kuliner, dan pertandingan olahraga antarmahasiswa dari ke-empat negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ini sangat mendukung upaya mempererat tali persahabatan antarmahasiswa ASEAN.

Pandangan yang sama juga disampaikan Christine Low, mahasiswi Singapura di UQ. Ia mengatakan, kegiatan "ASEAN Uni Games" ini akan membantu mengintegrasikan komunitas mahasiswa ASEAN, khususnya mereka yang berasal dari Singapura, Indonesia, Brunei, dan Malaysia.

"ASEAN Uni Games ini kegiatan yang bagus. Perlu ada lebih banyak kegiatan bersama yang dilakukan," kata anggota Komunitas Mahasiswa Singapura di UQ ini.

Singapura sumbang lagu
Sementara itu, kalau Indonesia menampilkan angklung dan lagu-lagu daerah, menurut Christine Low, Singapura menyumbangkan lagu yang populer saat perayaan Hari Raya Imlek (Tahun Baru China), "He Xin Nian".

Berbeda dengan Indonesia dan Singapura, Malaysia menyuguhkan beberapa tarian dan pameran busana khas negeri jiran itu.

Menurut mantan Presiden Perhimpunan Mahasiswa Malaysia di UQ, Johan Kamal Hamidon, pihaknya menampilkan tari Zapin dan tari India, serta pameran busana tradisional dari sejumlah kelompok etnis di Sabah.

Selain dihibur dengan aneka pertunjukan seni-budaya, puluhan orang pengunjung festival ASEAN Uni Games 2009 yang penyelenggaraannya bertepatan dengan pekan libur tengah semester kampus itu juga dimanjakan dengan aneka makanan khas Indonesia, Brunei, Malaysia dan Singapura.

Setidaknya ada delapan gerai yang menawarkan aneka menu masakan dengan "harga mahasiswa". Gerai makanan Indonesia tampak menonjol karena tidak hanya menghadirkan gerai yang dikelola mahasiswa tetapi juga keluarga mahasiswa dan warga, seperti "Makanan Indonesia" dan "Sweet Javanese".

Gerai "Makanan Indonesia" menawarkan menu masakan ampal, ikan goreng sambal balado, dan ayam goreng, sedangkan "Sweet Javanese" menyuguhkan sejumlah menu andalan, seperti martabak telur, siomay, dan "es Kopyor" dengan harga satu sampai lima dolar Australia.

Gerai makanan yang dikelola Hemy Arwandy, Masyhadi Halidi dan beberapa orang rekannya menawarkan menu berupa "nasi Katok" berisi nasi lemak, ayam dan sambal, "nasi lemak", dan Pop Mie buatan Indonesia, sedangkan gerai makanan mahasiswa Singapura menjual satai dan aneka makanan ringan seharga dua dolar.

Para pengunjung pun disuguhkan tontonan film gratis di gedung teater "Schonell" UQ. Film Indonesia "Ada Apa dengan Cinta" dan film Singapura "I Not Stupid" (Saya Tidak Bodoh) ditayangkan masing-masing pada pukul 11.00-13.00 dan 15.00-17.00.

Berkaitan dengan pesta olahraga yang menjadi inti parlehatan "ASEAN Uni Games" ini, panitia menetapkan enam cabang olahraga yang dipertandingkan. Ke-enam cabang olahraga itu adalah sepakbola, "touch rugby", atletik, "netball", futsal, dan bola basket.

Kontingen Indonesia mengikuti semua cabang yang dipertandingkan di pesta olahraga yang berlangsung dari Minggu (27/9) hingga Kamis (1/10) itu.

*) My news for ANTARA on Sept 29, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity