Friday, August 21, 2009

PENERIMA BEASISWA DIKNAS DIMINTA HATI-HATI PILIH AUSTRALIA

Departemen Pendidikan Nasional (Diknas) RI mengingatkan para dosen universitas negeri dan swasta penerima beasiswa Dikti agar mempertimbangkan plus-minus memilih perguruan tinggi di Australia karena pemerintah negara itu tidak membebaskan uang sekolah bagi anak-anak mereka.

"Tahun lalu isu ini sudah diangkat, tetapi tidak ada kemajuan," kata Kabiro Perencanaan dan Kerja Sama Internasional Diknas RI, Dr. R. Agus Sartono, MBA, dalam penjelasannya kepada ANTARA, Jumat, berkaitan dengan hasil kunjungannya ke Canberra pada 11 - 14 Agustus lalu.

Ia mengatakan, jika masalah pembebasan uang sekolah anak-anak para penerima beasiswa Diknas RI ini tidak segera teratasi, pihaknya harus memberikan edaran ke semua perguruan tinggi di Indonesia agar dosen yang akan belajar ke luar negeri mempertimbangkan plus minus memilih Australia sebagai negara tujuan.

Agus Sartono mengatakan, ia kembali mengangkat masalah ini dalam pertemuannya dengan para pejabat terkait Badan Bantuan Luar Negeri Australia (AusAID), Departemen Imigrasi dan Kewarganegaraan (DIAC) dan Departemen Pendidikan, Tenaga Kerja, dan Hubungan Kerja (DEEWR).

Hasil pembicaraan dengan para pejabat terkait dari berbagai kementerian dan badan pemerintah federal Australia itu belum menghasilkan perkembangan yang berarti kecuali "janji untuk membicarakannya", katanya.

"Saya sampaikan bahwa tadi di AusAID dikatakan agar saya bicara di DIAC, kemudian di DIAC saya dikatakan harus bicara dengan DEEWR. Nah saya berharap DEEWR tidak meminta saya untuk bicara dengan kemeterian lain. Mereka berjanji utuk membicarakannya."

"Saya menekankan sekali lagi bahwa untuk tahun anggaran 2010, saya harus memberikan rekomendasi tentang ke negara mana yang sebaiknya dituju," kata mantan atase pendidikan dan kebudayaan RI di KBRI Canberra ini.

Ia berharap persoalan ini dapat segera dipecahkan. "Jika tidak ada alterlatif lain, maka untuk menghindari komplain dari mahasiswa, kita akan membuat edaran ke semua perguruan tinggi di Indonesia," katanya.

Perlakuan Australia pada anak-anak yang menyertai orang tua mereka melanjutkan pendidikan master dan doktor di negara itu dengan beasiswa Diknas RI berbeda dengan apa yang diterima kelompok penerima beasiswa AusAID, katanya.

"Dari dua kelompok penerima beasiswa ini ada perbedaan yang mencolok, dimana anak-anak dari penerima beasiswa Indonesia harus membayar 'tuition fee' (uang sekolah) sekalipun mereka sekolah di public school (sekolah negeri). Tidak demikian halnya dengan anak-anak dari penerima beasiswa AusAID," kata Agus.

Kondisi yang sama justru tidak dialami para penerima beasiswa Diknas RI yang memilih Amerika Serikat sebagai negara tujuan belajar, katanya.

Dalam perrtemuan Mendiknas Bambang Sudibyo dengan para anggota rombongan rektor dari lebih dari 25 perguruan tinggi AS yang menjajaki kerja sama pendidikan dengan universitas-universitas di Indonesia Juli lalu, ada kepastian tentang pembebasan uang sekolah anak-anak dari para penerima beasiswa Diknas RI.

"Salah satu keunggulan dari tawaran AS adalah bahwa anak-anak dari penerima beasiswa bebas sekolah di sekolah negeri tanpa dipungut biaya. Perlu dicatat bahwa salah satu insentif sekolah di luar negeri adalah adanya kesempatan bagi anak-anak untuk juga turut sekolah diluar negeri mengikuti orang tuanya," kata Agus Sartono.

Dalam dua tahun terakhir (2008-2009), Depdiknas RI mengirimkan mengirimkan sedikitnya 495 orang mahasiswa doktoral ke berbagai perguruan tinggi di Australia dengan beasiswa penuh pemerintah RI.

*) My news for ANTARA on Aug 21, 2009

1 comment:

Anonymous said...

из курских студентов http://free-3x.com/ все порно онлайн о курских студентов free-3x.com/ оргии студентов онлайн [url=http://free-3x.com/]free-3x.com[/url]

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity