Saturday, August 15, 2009

PEMANASAN GLOBAL ANCAM PARIWISATA

Fenomena pemanasan dan perubahan iklim global yang antara lain ditandai dengan naiknya permukaan air laut akibat melelehnya sebagian bongkahan es di kawasan kutub mengancam banyak daerah tujuan wisata dunia, kata Pakar Manajemen dan Pariwisata Universitas Lund Swedia, Stefan Gossling.

"Australia, Selandia Baru, dan negara-negara kepulauan kecil di Samudera India dan Samudera Pasifik tidak luput dari pengaruh pemanasan global ini," katanya dalam seminar akademik Sekolah Pariwisata Universitas Queensland (UQ) bertajuk "Masa Depan Pariwisata: Perspektif Perubahan Iklim" di Brisbane, Jumat (14/8).

Laporan IPCC (Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim) 2007 misalnya, menyebutkan, suhu panas rata-rata Australia sejak 1950 naik dari 0,4 menjadi 0,7 derajat Celsius.

Australia juga mengalami lebih banyak gelombang panas, kekeringan panjang, naiknya permukaan air laut sekitar 70 mm, serta curah hujan yang lebih besar di wilayah barat laut tetapi lebih kecil di bagian selatan dan timurnya.

Gejala pemanasan global ini mengancam sejumlah kekayaan pariwisata Australia, seperti "Great Barrier Reef", hutan tropis basah Queensland, dan kawasan Taman Nasional Kakadu pada 2020, katanya.

Kawasan dunia lainnya tak luput dari ancaman pengaruh pemanasan global yang diyakini mayoritas ilmuwan sebagai "sesuatu yang nyata", kata Gossling.

Perubahan iklim global ini memberikan pengaruh langsung terhadap industri pariwisata, seperti berubahnya musim liburan, masa tinggal dan mutu liburan, katanya.

Untuk itu, diperlukan adaptasi terhadap daerah tujuan wisata yang saling terkait dengan perubahan permintaan akibat fenomena pemanasan dan perubahan iklim global ini, kata Stefan Gossling.

*) My news for ANTARA on Aug 15, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity