Saturday, August 22, 2009

INDONESIA YANG DEMOKRATIS BERKAH BAGI AUSTRALIA

Indonesia yang demokratis, stabil secara sosial, berkomitmen kuat pada perang melawan terorisme, menempatkan nilai-nilai demokratis dalam kebijakan luar negerinya, dan tetap menjadi pemimpin alami Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) adalah berkah bagi Australia.

Pandangan itu disampaikan Redaktur senior Harian "The Australian" Greg Sheridan dalam artikel panjangnya berjudul "Demokrasi Asia dan Australia" yang diterbitkan Sabtu (22/8).

Di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia berkembang menjadi "mitra model" bagi Australia. "Ada kerja sama yang erat antara Indonesia dan Australia dalam penanganan bencana di kawasan, pendidikan, kontra-terorisme, upaya penanggulangan penyelundupan manusia, dan bidang-bidang lain," katanya.

Kedua negara demokratis ini telah pun "merundingkan" perjanjian keamanan namun yang terpenting adalah Indonesia kini tampil sebagai negara demokratis yang stabil secara sosial, berkomitmen kuat pada kampanye memerangi bahaya terorisme, dan memasukkan nilai-nilai demokratis dalam kebijakan luar negerinya.

"Semua ini sepenuhnya merupakan bagian dari kepentingan nasional Australia dan diakui dalam politik Australia. Ini (Indonesia) adalah satu kasus dimana kemenangan demokrasi di Asia menjadi berkah bagi Australia," kata redaktur senior suratkabar berpengaruh milik grup perusahaan media global Rupert Murdoch itu.

Di balik perkembangan positif itu, Sheridan mengingatkan bahwa "Indonesia yang demokratis tetap dengan mudah bisa berbalik menjadi 'anti-Australia' terlebih lagi seandainya pecah konflik di Papua atau pun warga Australia dihukum mati (eksekusi) sistim pengadilan Indonesia.

Sejauh ini, ia melihat orientasi Presiden Yudhoyono cenderung "pro-Australia" dengan pengertian bahwa pemimpin RI itu menemukan kepentingan bersama yang luas dengan Australia. "Semakin demokrasi terkonsolidasi di Indonesia semakin baik bagi Australia," katanya.

Perkembangan demokrasi di Indonesia itu, menurut Sheridan, jelas memberikan manfaat besar bagi Australia namun kondisi ini tetap memerlukan dukungan kebijakan "merangkul Indonesia" yang efektif.

Dalam artikelnya itu, Sheridan mengingatkan bahwa perubahan terpenting bagi Australia terkait dengan demokrasi Asia dalam 15 tahun terakhir ini adalah kemunculan India sebagai "pemain utama di Asia" dan "penerimaan demokrasi di Indonesia yang stabil". "Namun ini adalah cerita tanpa akhir," katanya.

Redaktur senior The Australian itu pun mengingatkan bahwa selain India dan Indonesia yang demokratis, di Asia juga ada China dan Vietnam, dua negara berhaluan Komunis yang sukses membangun perekonomiannya.

*) My news for ANTARA on Aug 22, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity