Hadir mewakili Indonesia pada acara itu adalah Minister Counselor Bidang Politik KBRI Canberra, Samsu Rizal, dalam kapasitasnya sebagai kuasa Usaha Ad-Interim KBRI Canberra karena Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu Primo Alui Joelianto saat itu sedang berada di Tanah Air.
Dalam penjelasannya kepada koresponden ANTARA, Senin, Samsu Rizal mengatakan, kenangan atas mendiang Evert Mokodompit disimbolkan dengan pembakaran lilin dan peletakan sekuntum bunga mawar putih di sebuah karangan bunga yang telah disiapkan panitia "memorial service" Craig Senger.
"Kita diminta mengisi buku duka cita, menghidupkan lilin dan setelah itu meletakkan sekuntum mawar putih di sebuah karangan bunga. Lilin itu sendiri dimaksudkan untuk mengenang mendiang Evert Mokodompit yang ikut tewas bersama Craig Senger dan tujuh korban lain dalam insiden tersebut," katanya.
Selain dirinya, duta besar Selandia Baru dan kuasa usaha Kedubes Belanda di Canberra juga melakukan hal yang sama untuk mengenang warga negara mereka yang ikut menjadi korban, kata diplomat senior lulusan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan itu.
"Walaupun 'memorial service' itu digelar Australia untuk mengenang warganya yang tewas, ternyata Australia juga tidak melupakan para korban dari warga negara lain. Ini menarik. Dalam sambutannya, Menteri Luar Negeri Stephen Smith pun menyinggung para korban selain warga negaranya," kata Samsu Rizal.
Acara "memorial service" bagi Craig Senger yang berlangsung di aula Gedung Parlemen federal Australia di Canberra itu turut dihadiri Gubernur Jenderal Quentin Bryce.
Dalam serangan teroris yang menewaskan sembilan orang dan melukai 55 orang lainnya itu, Australia kehilangan tiga orang warganya. Selain Craig Senger, dua orang lainnya adalah Nathan Verity (pengusaha asal Perth) dan Garth McEvoy (pegawai Industri Pertambangan asal Brisbane).
Menanggapi serangan bom bunuh diri di dua hotel mewah di kawasan niaga Mega Kuningan Jakarta itu, Perdana Menteri Kevin Rudd mengutuk insiden tersebut dan menyebutnya sebagai "saat yang sangat-sangat berat bagi banyak keluarga Australia dan Indonesia".
Pemerintah Australia mencatat total jumlah warganya yang saat ini ada di Indonesia mencapai 4.745 orang dan 1.053 orang di antaranya tercatat tinggal di Jakarta.
Sebelum serangan pemboman di dua hotel di kawasan Kuningan Jakarta ini terjadi, Indonesia sempat relatif aman dari insiden terorisme selepas Bom Bali 2005.
Sejak aksi serangan sejumlah gereja di malam Natal tahun 2000, Indonesia mengalami serangkaian insiden terorisme. Setahun setelah serangan kelompok teroris ke New York dan Washington DC, Amerika Serikat, pada 11 September 2001, Bali diserang kelompok Amrozi dkk pada Oktober 2002.
*) My news for ANTARA on Aug 3, 2009
No comments:
Post a Comment