Saturday, July 25, 2009

PESERTA "SAIL BUNAKEN" TAK TUNDUK PADA KEMAUAN TERORIS

Reli wisata bahari internasional "Sail Indonesia/Sail Bunaken" yang diikuti 157 kapal layar (yacht) dari 21 negara membuktikan aksi teror para pelaku pemboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Jakarta, Jumat (17/7), gagal total menakut-nakuti para peserta, kata panitia kegiatan itu di Darwin.

Panitia Lokal "Sail Indonesia/Sail Bunaken", David Woodhouse, mengatakan, serangan teroris di Jakarta itu sama sekali tidak ada pengaruhnya bagi para peserta dan pelepasan (flag off) kapal-kapal layar peserta dari perairan Darwin, Northern Territory (NT), berlangsung Sabtu siang sesuai rencana.

"Tidak ada dampaknya sama sekali dan tidak ada perubahan rencana. Memang ada satu peserta yang mengundurkan diri hari Jumat tapi pengunduran diri kapal peserta dari Belgia itu sama sekali tidak terkait insiden Jakarta melainkan karena salah seorang anaknya jatuh sakit," kata Woodhouse.

Warga Australia yang sejak lama membantu pelaksanaan kalender kegiatan tahunan yang sudah berlangsung sembilan tahun ini mengatakan, kondisi keamanan Saumlaki sebagai kota pertama Indonesia yang disinggahi kapal-kapal layar peserta relatif kondusif.

Sementara itu, Panitia Nasional "Sail Bunaken" Aji Sularso mengatakan, semua elemen pemerintah dan masyarakat yang terlibat dalam upaya menyukseskan kegiatan reli wisata bahari akbar ini bekerja keras untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan kepada kapal-kapal layar peserta di setiap daerah yang dilalui.

"Jadi walaupun ada (negara yang mengeluarkan) 'travel warning' (peringatan perjalanan), 'Sail Bunaken' jalan terus," kata Aji Sularso yang juga Dirjen Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Dirjen P2SDKP) ini.

Sebanyak 127 dari 132 kapal layar, Sabtu siang, bertolak dari Darwin ke Saumlaki, ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat, dengan dikawal dua kapal patroli Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), "Hiu Macan Tutul 001" dan "Hiu Macan 006".

Mereka diperkirakan tiba di Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat itu pada 20 Juli.

Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy mendapat kehormatan menembakkan senapan ke udara pertanda pelepasan (flag off) kapal-kapal layar dari 21 negara itu dari atas geladak kapal "The Spirit of Darwin".

Acara "flag off" 127 dari 132 kapal peserta yang telah memberikan konfirmasi kepada panitia tentang titik awal pelayaran menuju Saumlaki di Darwin itu disaksikan puluhan orang, termasuk Duta Besar RI Primo Alui Joelianto, Menteri Hubungan Asia NT Chris Burns, dan Konsul RI di Darwin Harbangan Napitupulu.

Sebanyak lima kapal peserta yang telat tiba di Darwin tidak mengikuti acara "flag off" yang juga dihadiri sejumlah pejabat pemerintah daerah tingkat dua di kawasan timur Indonesia.

Penyelenggaraan reli kapal layar "Sail Indonesia/Sail Bunaken" ini juga diikuti 25 kapal lainnya yang berlayar menuju Bitung, Sulawesi Utara, dari Kota Kinibalu Malaysia.

Dari Saumlaki, kapal-kapal layar peserta menuju Tual (26-29 Juli), Banda, Ambon (4-7 Agustus), Ternate, Bitung (12-19 Agustus), Banggai, Wakatobi (26-30 Agustus), Ende (5-9 September), Nagikeo (11-13 September), Labuan Bajo (16-20 September), dan Mataram (24-28 September).

Dari Mataram, para penjelajah samudera mancanegara itu melanjutkan pelayarannya ke Bali (30 September - 4 Oktober), Karimun Jawa (8-15 Oktober), Banjarmasin (8-12 Oktober), Kumai (14-17 Oktober), dan Belitung (21-25 Oktober).

Di berbagai kota pantai yang dilalui kecuali Banda, Banggai dan Belitung, para peserta "Sail Indonesia" dan "Sail Bunaken" 2009 itu akan disambut dengan aneka acara hiburan rakyat.

Kapal-kapal layar peserta berasal dari Australia, Selandia Baru, Kanada, Amerika Serikat, Belgia, Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Swedia, Swiss, Vanuatu, Denmark, Afrika Selatan, Pulau Virgin, Pulau Cook, Panama, Kepulauan Marshall, Finlandia, dan Spanyol.

*) My updated news for ANTARA on July 18, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity