Keputusan itu tertuang dalam surat Dirut Garuda Emirsyah Satar kepada Menteri Hubungan Asia Northern Territory (NT), Christopher Bruce Burns, tertanggal 10 Juli 2009. Salinan surat tersebut diperoleh ANTARA di Darwin, Selasa.
Dalam suratnya itu, Emirsyah mengatakan, selain mendapat hak penerbangan domestik dari kota-kota di Australia ke DArwin, atas dasar "non-resiprokal", Garuda akan mempertimbangkan kembali layanan rute penerbangan Denpasar-Darwin jika kondisi ekonomi membaik secara signifikan.
Terlepas dari hasil pertemuan tim teknis bersama Garuda dan Pemerintah NT yang sampai pada tanggal surat ini dikeluarkan belum rampung, Emirsyah mengatakan, pihaknya memandang hasil pertemuan tersebut tidak akan mengubah keputusan dalam jangka pendek.
Garuda menghentikan rute penerbangan Darwin-Denpasar karena dinilai tidak menguntungkan dan kondisi perekonomian dunia yang sulit untuk membaik dalam jangka pendek, katanya.
Sejak operasional Garuda di Darwin dihentikan 22 April lalu, Menteri Chris Burns berupaya mengembalikan maskapai penerbangan nasional Indonesia itu ke negara bagian Northern Territory.
Dia tidak hanya menemui Meneg BUMN Sofyan Djalil, Menhub Jusman Syafii Djamal, dan Dirut Garuda, Emirsyah Satar, di Jakarta, tetapi juga menawarkan dukungan pendanaan kerja sama pemasaran Garuda.
Tawaran dukungan pendanaan kerja sama pemasaran Garuda di Darwin kepada pemerintah RI dan manajemen Garuda itu disampaikannya dalam pernyataan persnya 23 April atau sehari setelah Garuda resmi menutup operasinya di NT.
"Saya akan melakukan apa pun untuk mengembalikan Garuda ke Darwin," katanya saat itu.
Kehadiran maskapai penerbangan nasional Indonesia di Darwin yang sudah hampir 30 tahun itu tidak hanya dipandang sebatas jasa transportasi udara semata tetapi lebih dari itu juga sebagai pembawa panji-panji penguatan hubungan Indonesia-NT.
Pemimpin oposisi negara bagian NT, Terry Mills, termasuk orang yang mendukung kembalinya Garuda ke Darwin karena maskapai ini bukan sekadar jasa transportasi udara bagi rakyat Australia Utara, tetapi kehadirannya yang hampir 30 tahun di kota Darwin itu juga menjadi penguat kerja sama bilateral Indonesia-NT.
"Saya ingin meletakkan persahabatan Australia dengan Indonesia lewat Garuda karena Garuda bukan sekadar maskapai penerbangan tetapi ia juga hubungan bilateral itu sendiri," katanya kepada ANTARA Mei lalu.
Penghentian rute penerbangan Denpasar-Darwin yang sudah berjalan selama hampir 30 tahun itu sangat disayangkan sekalipun ia memahami keputusan manajemen Garuda di Jakarta itu disemangati oleh "pertimbangan komersial" pasar penerbangan dalam negeri Indonesia, kata Mills.
Hanya saja ketidakhadiran Garuda di negara bagian paling utara Australia itu telah menghilangkan salah satu jembatan penting hubungan rakyat NT dan Indonesia.
Berdasarkan data penumpang Garuda yang dikeluarkan otoritas Bandar Udara Internasional Darwin, terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Jika pada 2006, jumlah penumpang Garuda Darwin tercatat 12 ribu orang, pada 2007, jumlahnya meningkat sekitar 27 persen menjadi 17.834 orang.
Sepanjang 2008, jumlah penumpang maskapai penerbangan nasional Indonesia ini mencapai 25.147 orang atau naik sekitar 41 persen dari total jumlah penumpang tahun 2007 sebelum kemudian menurun pada periode Januari-Maret 2009 sebagai imbas dari krisis ekonomi global.
Sejak Juni 2008 hingga sebelum ada keputusan penutupan, Garuda melayani tiga kali penerbangan Darwin-Denpasar per-minggu dengan pesawat Boeing 737-400 berkapasitas 16 kursi kelas bisnis dan 117 kursi kelas ekonomi, yakni setiap Senin, Rabu, dan Jumat.*) My news for ANTARA on July 14, 2009
No comments:
Post a Comment