Wednesday, April 15, 2009

NASIB WNI DI KAPAL PENYELUNDUP MIGRAN "BELUM JELAS"

Konsulat RI di Perth, Australia Barat, belum mengetahui apakah nakhoda dan kru kapal pengangkut 49 orang pencari suaka asal Afghanistan yang ruang mesinnya dilaporkan meledak Kamis pagi termasuk di antara tiga orang yang tewas atau dua orang yang hilang dalam peristiwa itu.

Pejabat Konsul RI di Perth, Andi A.Bastari, Kamis, mengatakan, pihaknya terus memonitor perkembangan kasus ini namun belum mengetahui nasib nakhoda maupun awak kapal pengangkut pencari suaka yang ditangkap kapal perang Australia, HMAS Albany, sekitar dua mil dari Pulau Karang Ashmore, Selasa lalu (14/4).

"Kami sudah diberitahu pejabat kekonsuleran KBRI Canberra mengenai kejadian ini berdasarkan informasi dari Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia di Canberra tapi kami belum mendapat penjelasan dari kantor Imigrasi Australia di Perth," katanya.

Dalam musibah yang terjadi pada saat kapal perang HMAS Albany memandu kapal pengangkut 49 orang pencari suaka asal Afghanistan dari perairan Pulau Karang Ashmore menuju Pulau Christmas, Australia Barat, itu, tiga orang dilaporkan tewas dan dua orang lainnya "hilang", kata Andi.

Kapal ini merupakan kapal pengangkut migran gelap ke-enam yang ditangkap di perairan Australia. Pada 8 April lalu, sebuah kapal berpenumpang 45 orang warga asing juga tiba di Pulau Christmas.

Dalam menangani aksi kejahatan penyelundupan manusia dan migran gelap, pemerintah Australia bekerja sama dengan negara-negara mitra di kawasan Asia Pasifik melalui forum "Bali Process" beranggotakan 42 negara.

Forum pertemuan tingkat menteri "Bali Process" merupakan inisiatif bersama Australia dan Indonesia untuk memperkuat komitmen bersama negara asal, negara transit dan negara tujuan untuk merespons aksi-aksi kejahatan penyelundupan manusia dan perdagangan orang.

Dalam beberapa tahun terakhir, Australia terus diganggu dengan kedatangan kapal-kapal pencari suaka.

Sepanjang 2008, otoritas keamanan Australia menangkap 162 orang pencari suaka dengan tujuh kapal. Para pencari suaka dan awak kapal pengangkut mereka dibawa ke Pulau Christmas untuk menjalani pemeriksaan.

Indonesia juga menghadapi apa yang disebut Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda "fenomena baru" menyusul kedatangan sekitar 400 orang warga Muslim Rohingya.

*) My news for ANTARA on April 16, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity