Thursday, April 2, 2009

KINERJA KPU YANG LEMAH PERLU BANTUAN TIM PAKAR

Komisi Pemilihan Umum (KPU) perlu segera didampingi sebuah tim yang beranggotakan para akademisi independen yang memahami secara teoritis dan praktis seluk beluk pemilu karena para personil yang duduk di KPU umumnya "tidak bekerja di bidangnya", kata seorang akademisi Indonesia di Universitas Sydney.

"KPU yang sekarang ini lemah dalam penguasaan informasi teoritik tentang penyelenggaraan dan seluk beluk pemilu nasional. Pengalaman KPU daerah (KPUD) saja tidak cukup," kata Rinduan Zain, akademisi Indonesia yang sedang merampungkan studi doktornya di Universitas Sydney.

Dalam perbincangan dengan ANTARA di sela acara "Bincang-Bincang Cerdas Pemilu 2009" Konsulat Jenderal RI Sydney di kampus Universitas New South Wales (UNSW) Sydney, 28 Maret lalu, Rinduan mengatakan, para personil yang duduk di KPU saat ini adalah orang-orang yang memiliki integritas namun "tidak bekerja di bidangnya".

Karenanya, ia tidak heran jika KPU tidak cukup mampu merespons berbagai masalah rumit penyelenggaraan pemilu yang menuntut penguasaan teoritik dan praktis, seperti tampak dari kisruh daftar pemilih tetap (DPT) dan keputusan tentang model undian untuk menetapkan parpol yang berhak mendapat kursi jika ada parpol yang memiliki sisa suara yang sama.

"Sekarang ini saja, ada Ketua Panitia Pemungutan Suara (KPPS) yang tidak memahami tata cara menabulasi suara antartempat pemungutan suara (TPS). Sepatutnya KPU mengeluarkan aturan atau petunjuk mengenai hal ini," katanya.

Di tengah kondisi demikian inilah, KPU patut segera didampingi satu tim yang beranggotakan orang-orang yang berkemampuan baik secara teoritis dan praktis tentang berbagai seluk beluk penyelenggaraan pemilu, seperti Eep Saefulloh Fatah dan Prof.Dr.Ichlasul Amal, katanya.

"Orang-orang inilah yang bisa mendukung kerja-kerja KPU dalam mengambil langkah-langkah antisipatif. Dengan adanya tim ini, para anggota KPU sebagai komisioner berkonsentrasi pada pelaksanaan pemilu. Saya fikir pemerintah patut segera membentuk tim ini," kata Rinduan Zain.

Menurut kandidat doktor yang sedang merampungkan disertasinya tentang "Islam Political Parties and Democracy in Indonesia" di bawah bimbingan Michael Humphrey ini, urgensi keberadaan tim pakar untuk mendampingi KPU justru penting tidak hanya buat Pemilu legislatif tetapi juga Pemilihan Presiden Juli mendatang.

Pemilu legislatif 9 April akan diikuti lebih dari 170,02 juta orang pemilih di 33 provinsi di Indonesia dan sekitar 1,5 juta orang pemilih di luar negeri.


*) My news for ANTARA on April 2, 2009

No comments:

About Me

My photo
Brisbane, Queensland, Australia
Hi, I am a journalist of ANTARA, Indonesia's national news agency whose headquarters is in Jakarta. My fate has brought me back to Australia since March 2007 because my office assigns me to be the ANTARA correspondent there. My first visit to the neighboring country was in 2004 when I did my masters at the School of Journalism and Communication, the University of Queensland (UQ), Brisbane, under the Australian Development Scholarship (ADS) scheme. However, the phase of my life was started from a small town in North Sumatra Province, called Pangkalan Brandan. In that coastal town, I was born and grown up. Having completed my senior high school there in 1987, I moved to Medan to pursue my study at the University of North Sumatra (USU) and obtained my Sarjana (BA) degree in English literature in 1992. My Master of Journalism (MJ) was completed at UQ in July 2005. The final research project report for my MJ degree was entitled "Framing the Australian Embassy Bombing (Jakarta) in Indonesian and Australian Newspapers". Further details about me can be read in a writing posted in my blog entitled "My Life Journey".

Blog Archive

NeoPod

NeoCounter

The Value of Creativity

The Value of Creativity